Dengungan percakapan menggantung dimana-mana. Elias dan Fritz telah duduk menempati kursi paling pojok di pub itu selama hampir satu jam. Mereka menghabiskan dua gelas bir selagi mengobrol. Di sepanjang waktu Fritz menceritakan banyak hal tentang wanita yang baru dinikahinya satu tahun yang lalu dan dalam hitungan minggu pasangan itu akan memiliki seorang anak.
Elias mendengarkannya dengan serius, sesekali pikirannya terganggu oleh dengungan percakapan atau suara musik yang keluar dari mikrofon di dalam ruangan. Sementara itu pikirannya mulai rancu. Wajah Rachael terus muncul di kepalanya seperti kabut gelap yang akan terus mengikutinya kemanapun ia pergi. Sementara itu ia masih harus berusaha keras mencerna apa saja yang dikatakan Fritz, terutama ketika rasa pening yang berdenyut-denyut mulai menekan kepalanya.
"Dok!!" seruan Fritz membuyarkan lamunan Elias. Tiba-tiba ia tersentak di atas kursinya.
"Ya?"
"Kau bercanda? Apa kau mendengarku?"
"Maaf, aku hanya.."
"Kau baik-baik saja?"
"Ya, hanya sedikit pusing."
"Pasti karena alkohol."
"Tidak, ini cuma migrain."
"Aku ingin mengantarmu pulang, tapi aku harus berjaga malam ini. Bagaimana kalau kau menginap saja? Ada ranjang kecil di ruang penyimpanan. Kau bisa tidur disana."
Elias sempat terpikir untuk menolak. Malam itu hampir pukul dua belas. Gerbang di posko keamanan pastinya sudah ditutup, selain itu jarak tempuh untuk sampai di rumahnya bisa memakan waktu selama belasan menit. Namun, karena langitnya sudah gelap ditambah lagi migrain yang tak tertahankan, Elias cukup yakin perjalanan kembali akan memakan waktu lebih lama dari yang seharusnya. Akhirnya Elias menyerah untuk menuruti Fritz kembali ke rumah sakit. Mereka masuk melewati pintu belakang. Begitu sampai di pekarangan Elias sempat muntah. Sesuatu yang bergejolak di dalam tubuhnya membuat Elias memuntahkan seisi perutnya saat itu juga. Wajahnya menjadi pucat sementara migrain yang dirasakannya kian menjadi-jadi.
"Sial!"
Fritz meletakkan lengan Elias melingkari pundaknya kemudian membantunya berdiri tegak.
"Kapan terakhir kali kau mabuk?"
"Aku tidak ingat."
"Ya Tuhan! Aku akan mencari obat untukmu."
Dengan bantuan Fritz, Elias berjalan menyusuri lorong di lantai satu. Seluruh lampu di lorong itu sudah dimatikan, kecuali satu lampu di ujung lorong yang menyebarkan cahaya redup berwarna keemasan ke setiap sudut tempat. Seluruh pintu ruangan telah ditutup. Para perawat sudah pergi meninggalkan bangsal sekitar satu jam yang lalu dan yang tersisa disana hanya seorang penjaga yang bertugas shift malam.
"Kupikir Theodore yang bertugas malam ini?" tanya Elias. Selagi Fritz berkutat dengan serangkaian kunci untuk membuka pintu ruang penyimpanan, Elias menyandarkan tubuhnya di dinding.
"Ya, tapi Amos menintanya untuk mengurus sesuatu jadi aku harus menggantikannya."
"Apa seluruh pasien sudah tidur?"
"Tidak semua, kebanyakan dari mereka hanya berpura-pura."
Pintu ruangan terbuka dan bau apak yang tajam dari sejumlah perabotan yang tersimpan di dalam sana langsung tercium.
"Masuklah! Aku akan kembali dan membawakan obat untukmu."
Elias menurutinya. Ia berjalan masuk melintasi ruangan sembari mengabaikan bau apak yang tercium tajam itu. Tatapannya menyapu tumpukan kardus yang mengisi sudut-sudut ruangan. Setiap kardus masing-masing diberi label. Kemudian, di sudut lain ruangan ada meja dan kursi-kursi yang tidak terpakai. Sejumlah alat peraga diletakkan di dalam lemari kayu. Sementara itu, ada sebuah tirai putih yang menggantung di dinding. Tirai itu membelakangi jendela dan sebuah ranjang kecil yang dimaksud Fritz. Langsung saja Elias menyambar tepi ranjang dan berbaring disana.
Kurang dari sepuluh menit kemudian, Fritz datang dan membawakannya obat dan air mineral. Laki-laki itu meninggalkannya di atas nakas sebelum pergi.
"Aku harus berjaga di luar. Jika kau butuh sesuatu, tekan saja alarmnya."
"Baiklah, terima kasih."
"Beristirahatlah Dok!"
Elias mengamati Fritz hingga laki-laki itu menghilang di balik pintu ruangan. Saat keheningan menyelimutinya, ia berusaha memejamkan mata, namun suara detak jarum jam yang menggantung di ruangan itu membuatnya tetap sadar. Setelah menelan obatnya, Elias hanya berbaring sembari menatap dinding yang kosong. Ia membiarkan sejumlah hal merasuki pikirannya sebelum meluap secepat kemunculannya.
-
THE UNSEEN (YANG TIDAK TERLIHAT)
![](https://img.wattpad.com/cover/310672342-288-k591699.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE UNSEEN (COMPLETE)
Mystery / ThrillerRachael Simone, seorang mantan terapis profesional, ditemukan terkurung di gudang setelah peristiwa penembakan yang menewaskan suami dan sahabatnya terjadi. Kebisuan Rachael yang tiba-tiba membuat kepolisian menyakini bahwa wanita itu bukanlah korba...