Epilog

14 6 3
                                    

Elias mengetukkan jari-jarinya di atas permukaan dinding selagi menunggu seorang datang untuk menjemputnya. Tak lama kemudian dua polisi muncul dari pintu dan membawanya keluar. Mereka membimbing Elias berjalan menyusuri lorong menuju aula dimana persidangannya telah dimulai. Kali pertama Elias memasuki ruangan itu, seluruh pasang mata langsung menatapnya. Ia merasa gentar sekaligus malu. Namun, seorang polisi dengan papan nama Berd di belakangnya terus membimbing Elias masuk dan menempati kursinya di sudut paling kiri. Seorang pengacara yang akan membelanya sedang sibuk membolak-balik halaman kertas dalam map hitam. Di belakangnya, Fritz dan Amos duduk dengan tegang. Tatapan mereka tidak pernah lepas dari Elias. Elias tahu apa yang mereka pikirkan.

Pembunuh.

Kalimat itu terus terngiang-ngiang dalam benaknya. Meskipun Abe tidak sepenuhnya menghakimi Elias atas kejadian itu, tetap saja tidak ada yang dapat membebaskan Elias dari jerat hukum. Ia tahu mungkin tidak lama lagi sang hakim akan menuntutnya bertanggungjawab atas dua peristiwa pembunuhan yang terjadi di kediaman Simone. Beberapa pihak seperti Fritz dan Amos akan terkejut, tapi melebihi semua itu, Elias tidak peduli. Bahkan selama persidangan itu berlangsung, seisi pikirannya melayang pergi ke tempat yang jauh. Sampai hakim memutuskan hukuman belasan tahun penjara baginya, Elias tidak banyak bereaksi. Ada banyak pihak di dalam ruangan yang ingin agar Elias dihukum mati, tapi keadilan tampaknya mengatakan hal lain.

Persidangan itu nyatanya menyita begitu banyak energi. Belum lagi pers yang menerobos masuk saat berusaha mendapatkan gambar wajahnya. Saat itu ia merasakan jantungnya mencelos. Tepat seperti itulah yang alami Rachael satu malam setelah pembunuhan Denise. Elias tidak dapat membayangkan bagaimana wanita itu sanggup menjalaninya selama satu tahun. Namun hidupnya tidak berakhir malam itu juga. Elias punya firasat kalau segalanya akan menjadi semakin buruk setiap harinya. Itu tidak akan pernah cukup untuk menebus kematian Rachael.

Suara keributan menggantung dimana-mana saat dua polisi menggiring Elias masuk ke dalam mobil. Media massa berkerumun mengajukan sejumlah pertanyaan. Elias hanya mendengarnya sebagai dengungan yang samar. Persis ketika polisi itu membawanya masuk ke dalam mobil, Elias menatap keluar jendela dimana orang-orang yang berdiri disana berharap mendapatkan kejelasan atas kematian Rachael Simone. Namun mobil itu membawanya dengan cepat meninggalkan kerumunan. Tak lama kemudian, hujan turun deras. Airnya mengguyur setiap sudut jalan dan kabutnya menutupi pandangan. Di tengah suara gemuruh itu pikirannya melayang. Ia memikirkan Rachael – memikirkan tentang kejadian malam itu ketika pelurunya melesat melewati wajah Rachael, kemudian bertanya-tanya apa yang akan terjadi kalau saja Rachael tidak pernah muncul dalam hidupnya?

THE END

-

Well, well, well.. beritahu saya tanggapan kalian.


THE UNSEEN (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang