Bab 26

7 6 1
                                    

Rumah yang dimaksud Derek tempat pasangan suami istri yang mengadopsi Morgan tinggal, letaknya persis di bawah kaki bukit. Rumah itu diberi cat dinding berwarna hijau dan dikelilingi oleh pagar putih setinggi satu meter. Kebun dan pekarangannya cukup luas. Dari depan, Elias dapat melihat dua jendela yang tertutup di lantai atas, dihalangi oleh dahan pohon tinggi yang menayun persis di depannya. Kemudian ada dua jendela lagi di lantai dasar. Lampunya di teras dibiarkan padam sehingga rumah itu tampak gelap, kecuali karena cahaya temaram dari lampu di pekarangannya. Di sudut kiri bangunan juga terdapat sebuah garasi yang cukup luas. Dua mobil hitam terparkir disana.

Tampaknya pasangan suami istri itu suka memelihara anjing. Mereka memiliki lima anak anjing di dalam kurungan besi setinggi dua meter dan seekor anjing rotwiller yang terikat di pekarangan. Dua pohon tinggi berdiri tegak pada kedua sisi bangunan itu. Terdapat jalur kecil di halaman depan. Elias menatap lurus pada jendela-jendela yang tertutup rapat itu, berusaha membayangkan bahwa Morgan berada di sana. Gadis itu mungkin sedang tertidur lelap, tidak tahu kalau ibunya sedang memikirkannya saat ini. Kemudian lamunan Elias dibuyarkan oleh seruan Derek dari belakang. Laki-laki itu menyembulkan kepalanya dari balik kaca jendela mobil selagi bicara, "aku tidak bisa tinggal lama."

"Tidak apa-apa, kau bisa pergi."

"Sebaiknya kau pulang, sudah terlalu larut."

"Ya, aku hanya perlu duduk sebentar."

"Baik, aku pergi."

"Terima kasih sudah mengantarku."

Derek melambaikan tangannya. Kedua lampu sen mobilnya menyorot persis ke arah Elias, kemudian mobil itu bergerak mundur secara perlahan, berputar, dan pergi meninggalkan kawasan itu. Elias mengawasi mobil Derek menjauh. Ia telah menyalakan mesin mobilnya untuk berjaga-jaga, bergerak mundur hingga mobil Derek tidak terlihat lagi di kejauhan, kemudian mematikan kembali mesin mobilnya.

Setelah mematikan lampu mobil, kegelapan diiringi oleh keheningan yang memekakan langsung menyelimutinya. Elias menatap ke sekitar untuk memastikan tidak ada seseorang yang berlalu lalang disana. Namun sejauh ia memandang, tempat itu benar-benar kosong. Jarang ada pengendara yang berlalu lalang. Pohon-pohon tinggi yang berbaris di sepanjang kaki bukit berhasil meredupkan suara bising dari arah hutan hingga yang tersisa hanyalah suara embusan angin, lolongan anjing di kejauhan, dan helaan nafasnya sendiri.

Elias telah memutuskan bahwa ia akan menunggu disana. Namun saat itu hampir pukul 12 malam dan tidak ada siapapun yang muncul dari balik pintu. Sembari bersandar di punggung sofa, Elias menyalakan radio, membiarkan iringan musik pop menemaninya sepanjang malam. Beberapa hal telah menjarah pikirannya selama belasan menit dan kebanyakan dari itu didominasi oleh Rachael. Elias sedang memikirkan apa yang akan dikatakannya pada Rachael besok tentang Morgan, bagaimana wanita itu akan bereaksi, dan nasibnya sendiri. Apa yang akan dilakukan jika ia benar-benar tidak berhasil dengan Rachael? Lagipula untuk apa Elias jauh-jauh datang kesana jika ia tahu kalau usahanya akan gagal? Tentu saja tidak. Cepat atau lambat, semua potongan surat kabar berisi pertanyaan misterius tentang malam itu akan terjawab. Elias yakin bahwa sejauh ini ia telah mengambil langkah yang tepat. Ia mengumpulkan kepingan petunjuk yang nantinya akan mengarahkan Elias pada satu kesimpulan akhir: mengapa Denise dan Cathy?

Pertanyaan itu seperti bergelayutan di kepalanya. Diam-diam Elias suka menyuarakannya dengan pelan: mengapa Denise dan Cathy? Mengapa Denise dan Cathy? Mengapa..?

Ketika arlojinya menunjukkan pukul satu dini hari, rasa kantuk mulai menyelimutinya. Elias merapatkan jaket, untuk mengusir hawa dinginnya. Suara musik dari radio pemutar di dalam mobil kini hanya terdengar sebagai dengungan yang samar hingga suaranya benar-benar menghilang persis ketika kegelapan menariknya menjauh.

-

THE UNSEEN (YANG TIDAK TERLIHAT)


THE UNSEEN (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang