"Aku ingat siang pada musim gugur tahun itu. Aku sedang memandangi daun kering yang jatuh di pekarangan rumah. Aku tidak tahu mengapa, tapi pemandangannya cukup menarik untukku. Terkadang itu memberiku ketenangan, dan terkadang itu melukiskan perasaanku. Jadi aku mengambil gambar - maksudku, bukan hanya satu, tapi banyak gambar dengan kameraku. Kemudian ada satu daun ini - daun yang paling hijau di antara yang lainnya. Dia jatuh dan pergi ketika tertiup angin. Aku mengikutinya. Aku hanya berlari mengikuti daun itu bergerak dengan kamera menggantung di leherku. Kemudian daun itu membawaku ke danau, dan aku melihat gadis itu.. duduk di tepi danau. Tatapannya yang kosong menatap permukaan air. Dia mengenakan baju biru saat itu, dia juga menggerai rambutnya. Rambut hitam itu sudah sepanjang pinggulnya dan aku langsung mengenalinya ketika cahaya matahari menyorot langsung ke wajahnya. Dia gadis yang tinggal di seberang rumahku. Dia Madison. Dia tampak sehat hari itu, seseorang merawatnya dengan baik. Tapi dia juga sedih. Ketika aku mendekat, dia tidak berbalik, dia menolak untuk menunjukkan wajahnya, dan dia malah memintaku untuk berhenti disana.
"Berhenti! Tetap disana, katanya dan aku bergetar. Itu adalah percakapan pertama kami. Aku tidak mau merusaknya, jadi aku menurutinya saja. Tapi aku tidak pergi, aku bertanya apa yang dapat kubantu dan dia menjawab: tidak ada. Dan aku bertanya lagi sebuah pertanyaan paling bodoh yang seharusnya tidak kuajukan dalam momen itu: Aku menyukaimu, bolehkan aku mengambil gambarmu? Gadis itu tidak menjawab, jadi aku mengangkat kameraku dan mulai mengambil gambarnya. Ketika cetakan gambarnya keluar dari kamera, aku hanya dapat melihat sebuah bayangan kabur berwarna hitam dan putih, tapi kemudian bayangan itu membentuk sesuatu yang lebih nyata: kontur wajahnya yang lembut di bawah pantulan sinar matahari. Kameraku hanya dapat mengangkap sebagian wajahnya karena posisiku saat itu. Tapi aku masih bisa mengingat gambarnya cukup jelas. Ada sinar matahari di bagian pojok kiri atas, cahaya itu merambat lurus ke permukaan danau, kemudian wanita itu berada di sisi kanan gambar, dia sedang duduk dengan kedua lutut terangkat. Rambut ikal bergelombangnya jatuh dengan lembut di kedua sisi bahunya. Sementara wajahnya sedikit berputar ke samping, persis di atas bahu kiri nya. Seolah-olah dia ingin berputar, tapi terlalu malu.
"Itu mungkin gambar terbaik yang pernah kuambil darinya, tapi aku tidak ingin membuatnya takut, jadi kuserahkan gambar itu padanya dan kukatakan dia bisa memilikinya sebagai kenang-kenangan. Dia tidak mengatakan apa-apa, tapi dia menerimanya dan itu sekaligus menjadi pertemuan terakhir kami. Keesokkan harinya, aku melihat van putih terparkir di halaman depan rumahnya. Van itu dilabeli dengan nama sebuah lembaga yayasan anak. Aku melihatnya dari balik jendela kamarku, tidak terpikir untuk mengambil gambar dengan kameraku, karena aku melihat ada banyak anak duduk di dalam van itu. Kemudian ada dua petugas berseragam yang turun untuk membawa gadis ini. Mereka memasukkannya ke dalam van bersama belasan anak lainnya yang menunggu disana. Selama sesaat, aku hanya berdiri disana - menatap. Aku kebingungan, dan akhirnya van itu bergerak pergi, menjauhi halaman rumah kosong di depan sana dan menghilang di ujung jalan. Sorenya aku duduk di teras, menunggu kepulangan gadis itu, tapi dia tidak pernah kembali, dan itu adalah saat terakhir aku melihatnya."
-
THE UNSEEN (YANG TIDAK TERLIHAT)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE UNSEEN (COMPLETE)
Mystery / ThrillerRachael Simone, seorang mantan terapis profesional, ditemukan terkurung di gudang setelah peristiwa penembakan yang menewaskan suami dan sahabatnya terjadi. Kebisuan Rachael yang tiba-tiba membuat kepolisian menyakini bahwa wanita itu bukanlah korba...