"Orangtuanya meninggalkan Madison selama beberapa hari untuk berlibur, atau setidaknya kupikir begitu. Aku melihat mereka memasukkan sejumlah barang ke dalam bagasi mobilnya seperti tenda lipat, peralatan berburu, tas berisi pakaian, keranjang makanan, topi, sepatu ganti, dan barang-barang lainnya. Barang yang biasa kau bawa untuk berlibur, kau tahu..?"
Abe menganggukkan kepalanya, kemudian mengangkat sudut bibinya hingga membentuk senyum tipis. Laki-laki itu duduk di seberang kursi dengan menyilangkan satu kaki di atas kaki lainnya dan bersandar dengan nyaman. Tangannya terkulai di atas pangkuan, seperti yang selalu dilakukannya setiap kali mendengar Elias berbicara dan seluruh pehatiannya terpusat penuh pada Elias. Satu hal yang dikagumi Elias tentang laki-laki itu adalah ketenangannya. Abe tidak pernah memotong ucapannya, alih-alih menunggu sampai Elias mengungkapkan semua yang terbesit dalam benaknya. Dan satu yang terpenting: laki-laki itu tidak pernah mengabaikan Elias, bahkan dengan cerita konyol yang mungkin tidak ingin di dengar orang lain tentang gadis kecil di seberang rumahnya.
"Itu terjadi pada musim panas. Aku melihatnya duduk sendirian di teras, menunggu - entah apa yang dia tunggu, tapi orangtuanya pergi cukup lama dan aku khawatir gadis ini kehabisan makanan. Jadi aku mencuri persediaan makanan dari dapur untuk kuberikan padanya. Tapi hari itu ketika kupikir aku bisa berbicara padanya, dia mengunci pintu rumahnya rapat-rapat. Aku.. tidak melihatnya selama dua hari. Dia tidak duduk di teras, dia tidak terlihat dimanapun selama itu. Rumah itu seperti rumah kosong. Kupikir dia pergi, tapi kemudian aku mendengar seekor anjing menggonggong di pintu belakang rumahnya, dan aku datang untuk memeriksanya. Pintunya masih tertutup rapat, tapi jendelanya tidak terkunci. Aku harus menariknya menggunakan linggis dan ketika aku berhasil memanjat untuk melihat ke dalam, aku melihat gadis itu - Madison.. dia terbaring di lantai rumahnya dengan sebuh pisau di satu tangannya dan ada genangan darah disana. Genangan darah itu keluar melewati celah pintu yang terkunci. Madison berusaha melukai dirinya. Aku menjadi panik. Maksudku.. aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, jadi aku berlari kembali ke rumah dan menggunakan telepon untuk menghubungi polisi."
Elias beringsut di atas kursi selagi mengatur nafasnya. Kedua matanya terpejam, mencoba mengulang ingatannya yang samar tentang wajah gadis itu.
"Aku memiliki ketakutan jika dia terlambat diselamatkan. Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri, ketika petugas mengangkatnya ke atas tandu dan membawanya masuk ke dalam ambulans. Selama satu minggu berturut-turut, aku tidak mendapat kabar apapun tentangnya. Sementara itu, orangtuanya belum juga pulang. Rumah itu menjadi kosong, maksudku, kali ini benar-benar kosong. Aku sempat terpikir untuk menyusup masuk ke dalam sana, pergi ke kamar Madison untuk melihat apa yang disembunyikannya di dalam sana, tapi tidak kulakukan. Aku terlalu takut, aku takut jika aku sudah melangkah terlalu jauh, dan aku tidak bisa memikirkan alasan mengapa aku melakukannya."
"Alasan apa?" tanya Abe.
Elias tertegun, kali ini menatap jari-jarinya yang polos selagi ia memikirkan jawaban itu. Apa alasannya? Abe akan tahu ketika Elias berusaha menyembunyikannya.
"Semacam keinginan untuk memiliki atau hanya rasa penasaranku saja. Kupikir kami sama, itulah mengapa aku merasa terikat padanya. Kami disakiti oleh orang yang kami cintai. Itu mungkin bukan kata yang tepat: disakiti. Aku tidak tahu. Mungkin lebih tepatnya.. diabaikan. Dan kupikir itu akan menarik jika kami saling memiliki satu sama lain." Kedua mata Elias menyipit, dahinya mengerut. "Tapi itu berbeda untuknya."
"Kenapa kau pikir itu berbeda untuknya?"
Ada suatu perasaan aneh yang menggelitik perutnya. Elias pernah merasakan hal itu, tapi dulu ia terlalu takut untuk mengakuinya. Sebelum Abe muncul dan yang tersisa hanya kebohongan-kebohongan kecil di mulutnya. Tapi semua itu sudah sirna. Laki-laki itu telah mendapatkan kepercayaan Elias, atau mungkin karena Abe satu-satunya yang dimiliki Elias saat ini.
"Karena.." Elias meluruskan kedua kaki saat mencari posisi nyaman di atas kursinya. ".. beberapa hari kemudian, Madison kembali ke rumahnya. Aku tidak pernah merasa sesenang itu melihat kehadiran seseorang. Tapi dia terlihat murung, tentu saja dengan perban yang menutupi luka di lengannya. Hari itu juga dia ibunya kembali. Tapi ayahnya tidak. Ibunya, namanya Alice, membawa kabar kalau ia dan suaminya sempat mengalami kecelakaan di dekat kawasan hutan. Mobil mereka terperosok masuk ke dalam danau. Alice selamat tapi entah bagaimana suaminya tidak. Aku tahu karena berita itu tersebar dimana-mana. Polisi juga sempat datang ke rumah itu untuk menanyai Alice. Wanita itu tampak kacau, tampilannya seperti orang mabuk dan aku tidak tahu apa dia mengatakan yang sebenarnya tentang kecelakaan itu. Aku hanya merasa khawatir kalau dia akan melukai Madison, tapi Madison tidak mengatakan apa-apa - atau dia hanya tidak berani. Aku tidak tahu pasti tentang itu, yang kutahu dia tidak tampak keberatan dengan hal itu."
-
THE UNSEEN (YANG TIDAK TERLIHAT)

KAMU SEDANG MEMBACA
THE UNSEEN (COMPLETE)
Mystery / ThrillerRachael Simone, seorang mantan terapis profesional, ditemukan terkurung di gudang setelah peristiwa penembakan yang menewaskan suami dan sahabatnya terjadi. Kebisuan Rachael yang tiba-tiba membuat kepolisian menyakini bahwa wanita itu bukanlah korba...