Bab 11

10 6 1
                                    

"Dok!"

Elias berbalik begitu mendengar seruan Fritz di belakangnya. Laki-laki itu melambaikan tangan kemudian meminta Elias untuk mengikutinya sampai ke ruangan Amos.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa ada polisi?"

"Sudah kukatakan padamu, wanita itu masih dalam pengawasan polisi. Jika dia melakukan suatu tindakan gegabah, itu akan menarik banyak perhatian. Sekarang Amos memanggilmu."

"Untuk apa?"

"Bertemu Vaughn. Kau kenal Vaughn?"

Elias mengingat nama Derek Vaughn disebutkan beberapa kali dalam surat kabar. Polisi itu yang bertanggungjawab atas Rachael persis setelah wanita itu dimasukkan ke rumah sakit jiwa. Vaughn tidak memberikan banyak informasi pada publik mengenai kondisi Rachael, ia hanya menyebutkan Rachael mengalami trauma pasca kejadian mengerikan yang menimpanya, namun cukup jelas kalau Vaughn berusaha menyembukan sesuatu dari publik. Elias sudah tidak mendengar namanya disebutkan lagi sejak kasus itu ditutup, namun ia tidak akan mengatakan semua itu pada Fritz, alih-alih menggeleng untuk berpura-pura.

"Dia yang membawa Rachael kesini satu tahun lalu. Dia juga yang bertanggungjawab mengawasinya. Sekarang karena kau akan menjadi terapisnya untuk beberapa waktu, Amos merasa Vaughn harus mengenalmu."

"Aku rasa itu tidak perlu. Aku hanya pendatang disini."

Fritz mengangguk, enggan menggubris pendapatnya, alih-alih berkata, "ya, katakan itu pada Amos."

Tidak seperti yang dibayangkan Elias, Derek Vaughn lebih pendek dan bertubuh kurus. Sepasang matanya cekung dan rahangnya berbentuk oval. Laki-laki itu cukup ramah ketika menyambut Elias di dalam ruangan. Sembari menganggukkan kepalanya, Derek tersenyum kemudian menjabat tangan Elias dengan kuat.

"Kau Elias Kermit?"

Elias mengangguk kemudian menatap Amos yang masih berdiri di seberang meja.

"Tolong, duduklah!" ujar Amos sembari melambaikan tangan pada dua kursi kosong di depannya.

"Aku izin keluar." Fritz mengangguk ke arahnya kemudian menarik pintu hingga tertutup rapat.

Di sampingnya, Derek menarik kursi dan menghempaskan tubuh dengan santai. Elias melakukan hal yang sama selagi berusaha menyesuaikan diri di tengah pertemuan tak terduga itu. Meskipun begitu, baik Amos maupun Derek tidak mengalami ketegangan yang sama seperti Elias. Seolah-olah tidak ada topik yang cukup serius untuk dibahas disana.

"Kau ingin minum sesuatu, Elias?"

"Tidak," Elias menolehkan wajahnya, masih kebingungan tentang apa yang harus diucapkannya. "Sebenarnya, aku tidak tahu apa yang terjadi disini?"

Amos tertawa rendah, sementara Derek mengangguk-anggukan kepalanya. Sembari menepuk lututnya, polisi itu menjelaskan, "bukan sesuatu yang serius. Amos memberitahuku kalau kau menjadi terapis Rachael sekarang?"

"Ya, aku tidak yakin terapis merupakan sebutan yang tepat. Aku hanya sedang melakukan observasi untuk tulisanku."

Derek mengernyitkan dahinya selagi bertanya, "tulisan apa?"

Elias mengerjapkan mata, menatap permukaan lantai selagi menjelaskan, "aku menjadi salah satu partisipan di sebuah fakultas psikologi dan ini bagian dari studi lanjutan. Jadi aku melakukan penelitian secara langsung dan membuat tulisan dari hasil penelitian itu. Semacam tesis."

Mulut Derek terbuka membentuk huruf 'o' sementara kepalanya mengangguk-angguk. "Jadi kau bukan terapis?"

"Tidak secara profesional."

THE UNSEEN (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang