Sore sekitar pukul empat Elias sedang menyusuri lorong bangsal untuk mengamati sejumlah pasien ketika Amos menyerukan namanya dari ruangan di ujung lorong dan memberi isyarat agar Elias masuk ke dalam sana.
"Dokter Kermitt! Ke ruanganku sekarang!"
Sejumlah firasat buruk mendominasi Elias di sepanjang perjalanan menuju ruangan itu. Amos sudah duduk di atas kursinya ketika Elias datang. Setelah meminta Elias untuk menutup pintu, Amos melambai pada kursi kosong di seberang meja kerjanya.
"Tolong duduklah!" katanya.
Sejauh itu Elias menurutinya, ia menolak godaan untuk mengungkapkan apa yang dipikirkannya alih-alih diam sampai Amos mengatakan maksudnya.
"Bagaimana tur-mu bersama pasien kemarin?"
Elias sudah dapat menebak Amos akan menanyakan tentang tur itu. Fritz atau Theodore pasti menceritakan apa yang terjadi kemarin di pesisir pantai, ketika Elias dan Rachael menghilang dari rombongan dan Rachael ditemukan setelah nyaris saja berjalan masuk ke dalam air.
"Aku menikmatinya," Elias berdeham, kemudian membenahi posisi duduknya di atas kursi. "Maksudku, itu kegiatan yang cukup baik untuk beberapa pasien di bangsal ini. Kulihat mereka juga menikmatinya."
"Ya, tapi petugas kami mengalami kesulitan saat kau dan Rachael menghilang. Kemudian ditambah lagi histeria Olive yang tidak diduga-duga sehingga mereka menajdi kewalahan dan terpaksa menyuntikkan obat penenang. Kau tahu itu, Dokter Kermitt?"
Sembari mengangguk pelan, Elias berkata, "ya, aku tahu."
Keheningan sempat berlangsung selama beberapa saat hingga Elias nyaris berpikir kalau Amos akan meledak saat itu juga. Namun laki-laki itu justru melambaikan satu tangannya di udara dengan tidak acuh kemudian berkata. "tapi itu sudah berlalu dan beruntung semua pasien kembali dengan selamat. Dan aku juga mendengar kabar baik kalau kau sudah membuat sebuah kemajuan dengan Rachael?"
Elias mengangguk, kemudian Amos menyandarkan tubuhnya di atas sofa dengan santai.
"Ceritakan padaku! Kemajuan seperti apa? Apa dia akhirnya berbicara?"
"Ya."
Selama beberapa saat Amos mematung di kursinya, kemudian laki-laki itu mencondongkan tubuh dan bertanya, "apa kau bercanda?"
"Tidak, dia benar-benar bicara."
Laki-laki itu mengetuk-ngetukkan jarinya di atas kursi dengan tidak percaya. Kedua matanya menatap Elias selagi bertanya, "apa yang dia katakan?"
"Tidak banyak, tapi dia berusaha untuk menyampaikan sesuatu tentang putrinya," sahut Elias, berharap kalau ia terdengar cukup meyakinkan dengan jawabannya. Elias tidak harus membohongi Amos, setidaknya ia mengatakan kebenaran tentang Morgan. Tapi Elias juga tidak dapat menceritakan seluruh percakapannya dengan Rachael pada Amos. Untuk saat ini kepercayaan Rachael-lah yang terpenting.
"Itu sangat bagus," ucap Amos setelah beberapa saat tertegun memikirkannya. "Tidak ada yang berhasil melakukannya, bahkan Dokter Caroll yang sudah bekerja selama belasan tahun di tempat ini."
"Kurasa itu hanya masalah waktu."
Amos mengangguk-anggukan kepalanya. "Jadi apa rencanamu?"
"Aku menginginkan ruang," tegas Elias. "Aku ingin waktu lebih banyak untuk terapi. Mungkin aku akan mengajukan keloggaran padamu untuk pertemuan selama dua kali dalam satu hari. Apa yang dia butuhkan adalah ruang dan waktu untuk berbicara. Aku hanya perlu terus berada di dekatnya untuk membuatnya terbiasa."
"Aku bisa mempertimbangkan itu. Pukul berapa kau ingin memulai terapimu?"
"Sekitar pukul sepuluh, dan sore sebelum pukul enam."
Amos mengangguk. "Aku akan memberitahu petugas kalau begitu. Tapi aku perlu mendengar hasil analisamu tentangnya. Apa yang sudah kau amati sejauh ini?"
"Dia semakin baik setiap harinya, aku yakin itu. Dia mungkin belum melupakan kejadian itu, tapi dia akan pulih cepat atau lambat. Dia sudah terkurung cukup lama di tempat ini, dan aku ingin membawanya kembali pada kehidupannya sebelum kejadian mengerikan itu menimpanya."
Amos menyipitkan kedua matanya saat bertanya, "menurutmu dia tidak gila?"
"Aku belum bisa memastikannya, tapi dia akan pulih."
"Jika benar begitu maka rumah sakit harus melepaskannya."
Kalimat terakhir itu membuat Elias duduk tegak di atas kursinya. Ia tertegun selama beberapa saat untuk mencernanya, kemudian kembali mencondongkan tubuh dan bertanya, "maaf?"
"Itu kesepakatannya. Derek Vaughn membawanya kesini karena dia dianggap mengalami trauma pasca kejadian itu, tapi kami tidak pernah benar-benar tahu apa kewarasannya terganggu atau tidak. Rachael punya banyak catatan bagus yang mendukung kalau dia tidak sesakit itu. Tapi dia tidak mau berbicara, dia tidak memberikan kesaksian apapun atas apa yang menimpanya. Jadi aku dan Derek punya kesepakatan, kami akan melepaskan Rachael jika dia terbukti sehat. Lagipula, aku tidak bisa berlama-lama menanggungnya di tempat ini. Kau tahu maksudku? Ada banyak mulut yang harus diberi makan dan kau bisa melihat sendiri kondisi tempat ini - hanya masalah waktu sebelum benar-benar ditutup."
"Apa yang akan terjadi saat Rachael keluar dari tempat ini?"
"Itu tergantung pada kepolisian untuk melanjutkan sidang atas kasusnya atau tidak. Jika tidak, dia mungkin akan dibebaskan secara bersyarat, tapi itu benar-benar berada di luar kendaliku."
"Menurutmu apa aku bisa merawatnya?"
"Merawatnya?" Amos menaikkan sebelah alisnya.
"Mengambil alih," Elias memperbaiki. "Kau bilang tempat ini tidak bisa memfasilitasi banyak pasien, jadi bagaimana jika aku mengambil alih tugas rumah sakit ini untuk merawat Rachael?"
"Itu menarik, tidak ada perawat yang bersedia membawa pasien pulang sebelumnya.."
"Selalu ada yang pertama, kan?"
Kedua bahunya berguncang saat laki-laki itu tertawa. "Benar. Tapi itu bergantung pada kepolisian juga. Aku tidak bisa mengizinkanmu membawa pasien secara sepihak. Jika dia tidak terbukti bersalah dan dalam keadaan sehat, akan lebih mudah untuk membebaskannya dari tempat ini."
"Aku mengerti."
Amos mengembuskan nafas kemudian meletakkan kedua telapak tangannya di atas permukaan meja seraya berkata, "baik, kurasa sudah cukup untuk hari ini, kau punya tugas yang harus diselesaikan, Dokter Kermitt. Terima kasih sudah berbicara denganku."
Elias mengangguk, kemudian bangkit dari atas kursinya dan berjalan menuju pintu sebelum Amos menghentikannya dengan berkata, "tunggu! Istriku membuat banyak kue coklat dan aku tidak bisa menghabiskannya sendirian. Kau tahu? Dokterku bilang aku harus mengontrol kadar gula darahku.. jadi, jika kau mau menolongku.."
Seringai lebar mengambang di wajah Elias seketika itu juga. "Tentu saja."
"Bagus! Datang ke sini saat makan siang, oke? Kau bisa membawa semuanya kalau kau mau."
"Oke."
-
THE UNSEEN (YANG TIDAK TERLIHAT)
![](https://img.wattpad.com/cover/310672342-288-k591699.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE UNSEEN (COMPLETE)
Mystery / ThrillerRachael Simone, seorang mantan terapis profesional, ditemukan terkurung di gudang setelah peristiwa penembakan yang menewaskan suami dan sahabatnya terjadi. Kebisuan Rachael yang tiba-tiba membuat kepolisian menyakini bahwa wanita itu bukanlah korba...