Bab 43

5 5 1
                                    

"Aku tidak pernah melihat Madison lagi - maksudku, aku benar-benar tidak melihatnya lagi setelah dia dibawa ke yayasan anak. Sebelum itu, aku tidak tahu kalau dia dibawa ke yayasan sampai suatu hari aku melewati pekarangan rumahnya dan bertanya pada wanita yang saat itu menempati rumahnya. Wanita itu sangat mirip dengan ibunya, hanya saja lebih tua, jadi aku berpikir kalau bisa saja dia kakak perempuan dari ibunya. Dan wanita itu menyebutkan tentang yayasan anak. Dia tidak memberikan detail lebih lengkap dimana alamat yayasan itu atau siapa yang akan merawatnya – dia tampak tidak begitu peduli. Dalam sekejap Madison menghilang begitu saja. Ketika sehari sebelumnya aku berpikir kalau kami akhirnya akan menjadi teman dalam waktu dekat, dia justru menghilang, dan aku tidak pernah melihatnya lagi sejak saat itu."

Abe menyilangkan satu kaki di atas kaki lainnya saat mendengar Elias. Alisnya bertaut saat laki-laki itu bertanya, "apa kau sudah mencoba mencarinya?"

"Ya aku mencarinya. Aku mencoba mengunjungi beberapa panti yang kutahu. Tapi.. aku tidak bisa menemukannya. Dia tidak.. seolah-olah sesuatu mencegahku untuk dapat menemuinya, dan aku merasa sendirian lagi. Aku tidak pernah merasa begitu kehilangan sejak hari itu. Meskipun kami tidak pernah berbicara secara langsung – kecuali hari itu di danau, tentu saja – tapi aku merasa kalau kami sama. Aku dan gadis itu, kami berada dalam situasi yang sama. Kami kesepian, kami mencoba menemukan sesuatu. Kami membutuhkan satu sama lain, aku tahu itu. Aku tahu aku akan menjadi sempurna untuknya."

Abe mengedipkan mata. Setelah cukup lama terdiam di kursinya, laki-laki itu akhirnya menemukan kata untuk diucapkan. Entah bagaimana, pemilihan waktunya selalu tepat. Itulah yang perlu diketahui. Sikap empati yang ditunjukan Abe mampu mendorong Elias untuk mengungkapkan apa yang dipikirkannya secara gamblang. Seolah, ia baru saja menumpahkan seisi kepalanya secara mentah-mentah di hadapan sang terapis.

"Pernahkah kau berpikir kalau semua itu hanya membuatmu merasa bergantung atas keberadaannya?"

"Itu berbeda!" kilah Elias dengan cepat. Kedua matanya berkedip, tangannya bergetar.

"Coba jelaskan padaku!"

"Itu berbeda karena.. perasaan itu – perasaan saling memiliki, membawaku ke tempat berbeda. Aku hanya terbangun untuk menyadari kalau aku tidak berada di tempat yang sama. Semua hal yang kulakukan terasa benar dan aku bisa merasakan jantungku memompa begitu cepat. Itu seperti sebuah perasaan ketika aku meninggalkan semua ketakutanku dan menghadapi apa yang menunggu di depan dengan berani. Aku tidak pernah merasa begitu baik, tidak pernah merasa sepuas ini sebelumnya."

Abe menganggukkan kepala, dengan pelan berkata, "aku mengerti. Kau merasa kalau gadis itu memberimu kekuatan – kekuatan untuk menguasai dirimu."

"Ya, ya!"

"Itu karena kau berpikir kalau kalian adalah individu yang sama. Seperti cahaya yang mereflesikan bayanganmu."

"Ya!"

"Aku bisa melihat keuntungannya, tapi terkadang kita melupakan konsekuensi ketika berhadapan dengan keinginan. Kau boleh mengatakan kalau gadis ini – Madison, mampu membawamu ke tempat yang berbeda dimana kau kau memiliki kemampuan untuk mengendalikan emosimu dengan lebih baik. Tapi apa konsekuensi yang harus kau hadapi jika gadis ini menghilang? Kau belum menceritakan padaku bagian itu."

Abe benar. Elias tidak bisa hanya mengabaikannya begitu saja. Malam penuh mimpi buruk menghantuinya sejak hari itu. Elias lupa menghitung berapa kali ia merasa khawatir tentang kehilangan. Rasanya seperti melewati tahun-tahun tersulit dalam hidupnya. Elias harus mengabaikan fakta bahwa hidupnya sudah berubah. Namun, bukannya membaik, Elias hanya mendapati dirinya terombang-ambing oleh keinginan untuk menemukan gadis itu - atau sesuatu yang lain. Sesuatu yang dapat mengalihkan perhatiannya dari apa yang terjadi di dalam rumah.

THE UNSEEN (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang