Elias bertanya-tanya haruskah ia memercayai Rachael setelah mendengar cerita itu? Tapi ia menolak untuk mengatakannya karena tahu kalau Rachael tidak membutuhkan seseorang yang akan mempertanyakan kejadian itu setelah ia menceritakannya. Namun, bukti-bukti yang ditemukannya: sebuah senjata yang disembunyikan di dalam gudang, rekaman cctv yang memperlihatkan gambaran ketika wanita itu berkeliling di sekitar rumahnya malam sebelum kejadian itu berlangsung membuat Elias bertanya-tanya bagaimana kisah itu dapat dijadikan sebagai bukti kuat di pengadilan? Bagaimana jika polisi berpikir kalau Rachael dan bukannya Sean yang terlibat karena merasa cemburu? Bagaimana jika tuduhan berbalik pada wanita itu dan polisi akan menangkapnya?
Elias tidak tahu apa yang lebih membuatnya takut: kebenaran atau fakta kalau Rachael akan gagal dalam usahanya meyakinkan polisi. Bagaimanapun Elias telah menghilangkan satu barang bukti yang mungkin saja berarti dan membuangnya di danau. Kalau tuduhan itu jatuh pada Rachael, ia akan terseret karena dianggap bekerjasama menghilangkan bukti.
Tiba-tiba dunianya berpusat di satu tempat: Rachael. Apa yang terpenting bagi Elias saat itu hanyalah memastikan agar Rachael tidak akan terseret dalam masalah apapun. Elias dapat melakukan apa saja untuk membuktikan kalau Rachael tidak bersalah. Mungkin upayanya akan menentang apa yang ditakutinya, namun Elias memiliki suatu keyakinan bahwa entah bagaimana mereka akan berhasil melewatinya.
Satu pekan sejak kedatangan Rachael, segala rutinitasnya di dalam rumah telah berubah. Setelah berhari-hari mengamati kebiasaan Rachael, Elias mendapati bahwa wanita itu dapat bangun lebih pagi darinya. Pada pukul tujuh Rachael lebih seringnya terlihat berkeliaran di sekitar kebun untuk mencabuti sejumlah tanaman yang mati. Sebelum pukul delapan, wanita itu akan melakukan sesuatu di dapur, entah mencuci porselen bekas makan malam mereka, atau membuat kopi untuknya. Sekitar pukul sepuluh sampai dua belas siang, mereka akan duduk di ruang kerja Elias dan mengobrol. Siangnya Elias seringkali menemukan Rachael tertidur di atas sofa ruang tamu dengan sejumlah bungkusan makanan ringan di sekelilingnya. Wanita itu sangat suka makanan ringan.
Pada akhir pekan, Elias akan pergi ke pusat kota untuk membeli lebih banyak makanan ringan untuk Rachael. Terkadang mereka berjalan-jalan di sekitar danau dan memancing sebelum menghabiskan sisa hari dengan bercinta di dalam kabin.
Elias menikmati semua rutinitas itu, terutama karena Rachael ada bersamanya sepanjang hari. Terkadang wanita itu hanya akan duduk memandanginya selagi ia bekerja. Rachael suka memberi saran, menilai hasil pekerjaannya, dan bahkan memperbaikinya.
"Kulihat kau sudah siap untuk bekerja lagi," simpul Elias suatu hari ketika mengamati bagaimana Rachael mengedit hasil pekerjaannya di komputer.
Untuk menanggapinya, wanita itu tersenyum simpul, tapi tidak mengatakan apa-apa. Untuk sejenak Elias berpikir kalau segalanya menjadi semakin membaik dari hari ke hari. Elias bahkan tidak begitu menghawatirkan persidangan seperti hari-hari sebelumnya. Bahkan, dalam beberapa kesempatan, Elias mengajak Rachael pergi ke restoran untuk makan malam dan menikmati kebersamaan mereka di pusat kota.
Suatu hari Elias mengajaknya mengelilingi sebuah galeri. Hari itu Rachael tidak banyak bicara, wanita itu hanya menurutinya setiap kali ia meminta sesuatu. Kemudian ketika Elias memintanya untuk menunggu selagi ia membeli dua kopi panas untuk mereka, Rachael menghilang di tempat terakhir ia meninggalkan wanita itu sendirian.
Elias panik setelah belasan menit mengelilingi tempat itu tanpa hasil. Sementara itu seisi kota semakin padat. Orang-orang mengelilingi pancuran air yang terletak di tengah-tengah mereka. Suara keributan menggantung dimana-mana, dan langit yang gelap hanya menyulitkan Elias dalam usaha pencariannya.
Setelah nyaris putus asa, Elias menemukan wanita itu sedang berdiri di salah satu sudut taman. Tatapannya terarah lurus pada bohlam-bohlam kecil yang menggantung di atasnya. Tiba ketika Elias berjalan mendekat dan menyentuh pundaknya, wanita itu terlonjak kaget, seolah-olah kehadiran Elias telah membuyarkan apapun yang sedang dipikirkannya.
"Kau baik-baik saja? Aku mencarimu kemana-mana. Kenapa kau tidak menunggu di tempatmu?"
"Umm.. aku.." Rachael tampak kebingungan. Wanita itu mengedarkan tatapan ke sekitarnya, tampak begitu terganggu dengan suara kebisingan kota sampai Elias menariknya menjauh. Mereka berjalan di alun-alun taman kota, tempat dimana mereka dapat menemukan ketenangan.
"Apa yang ingin kau katakan?" tanya Elias ketika ia menghentikan langkahnya.
"Aku merasa tidak enak badan akhir-akhir ini."
"Kenapa tidak mengatakannya padaku?"
"Tidak, aku tidak ingin membuatmu khawatir."
"Mungkin kita harus pergi ke dokter sekarang."
Elias hendak menyeret langkahnya untuk kembali ke tempat dimana ia memarkir mobilnya sebelum Rachael menghentikan langkahnya dengan cepat.
"Tidak, Elias! Dengarkan aku!"
"Aku disini, Rachael. Kau boleh menyampaikan apapun yang ingin kau katakan."
"Aku tahu ini konyol, tapi aku tidak ingin pergi ke dokter. Maksudku, aku sudah pernah mengalaminya dan aku tahu jelas situasi seperti apa yang kualami."
Merasa tertarik, Elias berbalik dan memusatkan perhatian sepenuhnya pada wanita itu. Alih-alih membuka mulut untuk menanggapi apapun yang hendak disampaikan Rachael, Elias memilih untuk menunggu wanita itu mengatakannya saja.
Rachael mengerjap, tampak ragu-ragu. Wajahnya memerah dan jari-jarinya menekuk dengan kaku.
"Kurasa aku hamil," katanya.
Mendengar wanita itu mengatakannya, Elias merasa seakan-akan langit baru saja runtuh di atas kepalanya. Selama beberapa detik, ia kehilangan kata-kata. Tiba-tiba saja suara-suara di sekelilingnya teredam, cahaya kerlap-kerlip lampu di sepanjang jalan memudar, dan sekujut tubuhnya menjadi peka ketika angin dingin menembus jaket yang dikenakannya malam itu sebelum menyentuh kulitnya. Rachael mengangkat wajah. Dalam pancaran matanya, wanita itu sama terkejutnya dengan Elias. Hanya saja, Elias tidak dapat memastikan emosi apa yang benar-benar mendominasi suasana hatinya saat itu.
"Kau yakin?" tanya Elias, lega ketika ia berhasil menemukan suaranya lagi.
Rachael mengangguk seolah sedang meyakinkannya.
"Jika kau tidak menginginkannya.."
"Tidak, tidak," Elias menyela dengan cepat. "Ini bukan apa yang kuinginkan, ini adalah apa yang kau inginkan. Apa kau menginginkannya?"
Perlahan namun pasti wanita itu mengangguk keras seolah-olah ia sedang berusaha meyakinkan dirinya sendiri, alih-alih menyakinkan Elias.
"Ya, aku ingin."
Elias tidak bisa menahan diri untuk tersenyum lebar. Pada detik itu dunianya berhenti berputar dan ia berharap momen itu berlangsung selamanya.
"Apa kau senang?" tanya Rachael.
"Ya! Ya! Kita akan mencobanya. Setuju?"
"Ya."
-
THE UNSEEN (YANG TIDAK TERLIHAT)

KAMU SEDANG MEMBACA
THE UNSEEN (COMPLETE)
Gizem / GerilimRachael Simone, seorang mantan terapis profesional, ditemukan terkurung di gudang setelah peristiwa penembakan yang menewaskan suami dan sahabatnya terjadi. Kebisuan Rachael yang tiba-tiba membuat kepolisian menyakini bahwa wanita itu bukanlah korba...