Bab 44

7 6 1
                                    

Sore itu hujan deras. Percikan air hujan memukul-mukul atap rumahnya dengan keras, kemudian mengalir melewati kaca jendela. Di luar sana badai sedang mengamuk. Sejumlah dahan pohon melambai tak menentu arah. Jalanan sepenuhnya basah, langit tampak gelap bahkan sebelum malam tiba. Sementara itu, kabut menutupi pemandangannya menuju kaki bukit di kejauhan sana. Elias bergerak mondar mandir di dapur selagi mengamati dua peti yang terbuka di atas meja makan. Sejumlah barang dibiarkannya berserakan. Kebanyakan dari barang-barang itu adalah tumpukan berkas lama, koleksi jam tangan, mainan anak, dan lebih banyak kertas berisi surat-surat lama. Beberapa di antara barang itu milik Denise, beberapa yang lainnya milik Morgan.

Rachael menyimpan naskah lama milik Denise di sana, kemudian menumpuknya dengan jam tangan antik dan cairan parfum yang hanya tersisa setengah botol. Ketika Elias menyemprotkannya ke punggung tangan, aroma yang menyengat segera menusuk hidungnya. Ia mencuci tangannya dengan cepat untuk menyingkirkan aroma itu, berkutat selama belasan menit untuk menyingkirkan apa yang terasa begitu familier.

Setelah berhasil menyingkirkan aroma tajam parfum itu, Elias menarik kursi dan duduk untuk membaca tumpukan kertas di dalam map. Kertas-kertas itu berasal dari kotak milik morgan. Elias langsung mengenali kopnya. Sebuah rumah sakit yang mencetaknya. Disana tertulis tanggal kedatangan dan sejumlah tindakan yang dilakukan terhadap kandungan Rachael.

Elias menghabiskan belasan menit untuk membaca setiap detail laporan itu kemudian melihat sejumlah foto yang diambil ketika bayi Rachael berada di dalam inkubator kecil. Bayi itu begitu kecil sampai Elias tidak percaya Rachael benar-benar melahirkannya. Tapi ada sesuatu yang aneh dalam gambarnya, bukan hanya warna kulitnya yang membiru, namun bayi itu juga tampak kaku. Wajahnya begitu pucat, kedua kakinya menekuk dengan aneh dan tidak ada sejumlah selang yang sebelumnya dihubungkan ke tubuhnya telah dilepas. Kemudian Elias membaca tulisan yang tercantum di bawah gambar itu: Gabriel Simone, meninggal lima menit setelah persalinan.

Elias mengedipkan matanya berkali-kali, membaca kalimat itu sekali lagi. Kali ini lebih keras. Tiba-tiba sesuatu terasa seperti menusuk perutnya. Badai di luar sana masih mengamuk kencang. Rating pohon yang bergelayutan berusaha mengetuk-ngetuk atap jendela dapurnya sampai ketika suara bisingnya terasa begitu mengganggu, Elias meninggalkan meja dan laporan yang sedang dibacanya, terburu-buru ketika meraih gelas dan mengisinya dengan air keran. Pikirannya kini terpusat pada catatan rumah sakit yang baru saja dibacanya. Elias menghabiskan minumannya dengan cepat, berpikir kalau hal itu akan membantunya pulih, namun ia begitu dikejutkan oleh fakta bahwa bayi Rachael telah tewas, sehingga Elias tidak dapat duduk tenang untuk melanjutkan sisa bacaaanya.

"Tidak mungkin," bisiknya sembari berjalan mondar-mandir di depan jendela. Elias mengulangi kalimat yang sama berkali-kali. Sementara badai yang mengamuk mulai mereda, Elias merasakan darah mengalir deras ke sekujur tubuhnya. Jantungnya berdegup kencang saat sebuah pemikiran muncul di kepalanya. Dengan tergesa-gesa, Elias berjalan mendekati meja kemudian mencari di antara tumpukan kertas itu sampai ia menemukan nomor rumah sakit yang dapat dihubunginya. Setelah menyambar telepon yang menggantung di dinding, Elias menekan nomor yang segera tersambung dalam deringan kedua.

"Rumah sakit bersalin, ada yang bisa kubantu?"

"Ya, ya! Aku butuh beberapa informasi tentang pasien yang pernah dirawat disana."

"Maaf, tapi siapa ini?"

"Ini Dokter Elias Kermitt, ahli terapis. Aku hanya ingin tahu pasien bernama Rachael Simone yang pernah dirawat disana empat tahun yang lalu."

"Kau menanyakan arsip empat tahun yang lalu, itu akan mengambil waktu kurang lebih belasan menit. Apa kau bersedia menunggu? Aku akan menghubungimu setelah mendapatkan arsipnya."

"Tentu saja. Aku akan menunggu."

Kurang dari lima belas menit berikutnya, telepon itu berdering. Elias mengangkat panggilan itu dengan cepat dan suara wanita yang sama terdengar di seberang telepon.

"Apa ini Dokter Kermitt?"

"Ya, ini aku."

"Aku mendapatkan data pasien bernama Rachael Simone, apa yang ingin kau tanyakan?"

"Aku ingin tau mengenai riwayat persalinannya. Dia pernah ditangani disana empat tahun yang lalu."

"Itu benar."

"Apa putrinya bernama Gabriel Simone?"

"Ya, benar."

"Apa rumah sakit mengeluarkan catatan kelahariannya?"

"Aku khawatir tidak. Bayi itu tewas beberapa menit setelah persalinan."

Elias menelan liurnya, berpikir sebelum memutuskan untuk bertanya, "apa aku bisa mendapatkan catatan kejadiannya?"

"Aku minta maaf, tapi catatan pasien bersifat rahasia."

"Oke, um.. bagaimana dengan dokter yang menangani Rachael saat itu? Bisakah aku mendapatkan kontaknya?"

"Bisa kau sebutkan kepentinganmu?"

"Aku terapis Rachael, dia berada di rumah sakit jiwa sekarang. Aku hanya butuh catatan lengkap riwayat kesehatannya untuk kepentingan pengobatan."

"Aku perlu mencatat identitasmu lebih jelas jika kau tidak keberatan?"

"Tentu saja."

Lima menit berikutnya terlewatkan untuk menjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh petugas rumah sakit itu sebelum Elias akhirnya benar-benar dapat terhubung dengan dokter yang menangani proses persalinan Rachael saat itu. Sang Dokter bernama Sebastian, berusia sekitar lima puluhan dan telah berpengalaman selama dua belas tahun di bidangnya, menjawab panggilan telepon Elias dengan sopan. Karena sang dokter memiliki sederet pekerjaan yang menunggunya sore itu, mereka akhirnya memutuskan untuk mengatur pertemuan besok sekitar pukul sebelas. Kemudian, panggilan telepon itu berakhir.

Elias meletakkan gagang teleponnya dalam posisi semula selagi ia menarik nafas panjang. Baru disadarinya kalau badai sudah berakhir dan menyisakan kekacauan di halaman rumahnya. Ada bayak dedaunan dan ranting-ranting yang gugur, berserakan disana. Pagar kayu yang dipasangnya baru-baru ini berdiri miring akibat badai. Belum lagi bekas hujan yang menyisakan kubangan air di sekitar pekarangan.

Elias meletakkan kembali sejumlah barang ke dalam kotak. Setelah memastikan tidak ada sesuatu yang tertinggal di atas meja Elias kembali mengunci kotak itu menggunakan deplikasi kunci yang didapatkannya pagi ini dari toko kelontong. Pikirnya ia harus segera mengembalikan kotak itu jika tidak ingin mendapatkan masalah. Tapi pertama-tama Elias perlu mendapatkan informasi yang dibutuhkannya mengenai putri Rachael yang tewas.

-

THE UNSEEN (YANG TIDAK TERLIHAT)


THE UNSEEN (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang