Bab 39

6 6 1
                                    

Elias bangun dengan nafas tersengal. Alarm di atas nakas masih menunjukkan pukul dua dini hari, dan langit di balik jendela kamarnya masih gelap gulita. Setelah menegakkan tubuhnya di atas kasur, Elias memejamkan mata sembari mengatur nafasnya. Di balik pintu kamarnya, cahaya lampu dapur masih menyala. Sementara itu lampu merah kecil dari mesin telepon yang mengintip melewati celah pintunya, berkedip beberapakali. Elias memutuskan berjalan menuju dapur untuk segelas air. Ia memeriksa beberapa laci untuk menemukan obat penenang, namun ketika tidak kunjung mendapatkannya, pilihannya jatuh pada pil-pil hijau milik Rachael yang diam-diam dikumpulkannya di dalam wadah kecil berwarna putih.

Elias menelan pil itu bulat-bulat dan menunggu hingga nafasnya kembali teratur sebelum memutuskan untuk pergi ke ruang tengah dan membuka laptopnya untuk memeriksa sejumlah e-mail. Lima belas menit berikutnya, Elias sedang mendengarkan rekaman suara Rachael yang ditangkap oleh alat perekam tersembunyi di balik pakaiannya. Rekaman itu telah diambil sejak kemarin tanpa sepengetahuan siapapun. Elias telah memutar bagian tertentu selama belasan kali, berusaha mencerna setiap detail kalimat yang disampaikan Rachael sebelum mencatatnya ke dalam jurnal. Kemudian ia mengulangi bagian yang sama ketika Rachael menceritakan masa kecilnya.

Dia - entah bagaimana - menjadi gila dan mulai menusukkan keramik itu berkali-kali di wajah kekasihnya. Aku meringkuk di sudut dinding dan menyaksikan kejadian itu dengan mata kepalaku sendiri. Aku berusaha melupakannya, tapi aku tidak bisa. Ibuku harus menghabiskan sisa hidupnya di penjara karena hal itu, sementara polisi mengirimku ke yayasan anak. Setiap malam disana, aku seringkali bermimpi buruk. Terkadang mimpi itu terasa begitu nyata sampai aku tidak bisa tertidur. Aku mencoba mengabaikannya dan aku gagal..

Aku mencoba mengabaikannya dan aku gagal. Elias mengulangi kalimat itu dalam bisikan pelan yang hanya dapat didengar oleh telinganya sendiri. Ia berusaha mengingat sejumlah percakapan dengan orang-orang yang mengenal Rachael cukup baik. Masing-masing dari penjelasan itu mengarahkan Elias pada satu kesimpulan yang pasti tentang keterlibatan Rachael. Wanita itu sendiri juga menceritakan tentang masa lalunya yang mengerikan. Seorang anak tunggal yang usianya bahkan belum mencapai angka matang, hampir menjadi korban pelecehan, sekaligus menjadi saksi mata pembunuhan yang dilakukan oleh orangtuanya, bisa saja mengalami gangguan mental serius yang dapat muncul kapan saja. Meskipun begitu, semua tidak menjawab pertanyaan tentang mengapa Denise dan Cathy yang harus menjadi korbannya?

Jadi Elias mengulang kembali rekaman itu, menuliskan beberapa hal penting yang akan ditelunsurinya ke dalam catatan, kemudian menulis sejumlah pertanyaan yang masih menggantung di kepalanya. Diam-diam tatapannya menekuri permukaan kotak kayu milik Rachael yang diletakkannya di atas meja. Elias menelunsuri setiap sudut kotak itu menggunakan jarinya, berusaha menemukan cara untuk membuka kotak itu, namun usahanya sia-sia. Tidak ada jalan lain untuk membuka kotak selain merusaknya. Rachael tidak mengatakan kalau kotaknya terkunci. Elias juga tidak menemukan ada kunci yang menggantung di dinding gudang, jadi ia hanya dapat duduk sembari mengamati dan berusaha menebak isinya.

Mungkin saja kotak itu berisi barang-barang pribadi seperti buku catatan, perhiasan atau semacamnya, namun rasanya aneh jika Rachael memiliki barang-barang pribadi untuk disimpan. Wanita itu pernah terlihat di kamera dengan menggenggam buku catatan berwarna biru yang sampai saat ini masih disembunyikannya, namun pastinya Rachael tidak meletakkannya di dalam kotak itu. Ada begitu banyak hal yang tidak diketahuinya tentang Rachael dan Elias mulai khawatir jika ia berdiri pada pijakan yang salah. Menganggap bahwa dirinya telah mengenal wanita itu hanya dari serangkaian berita di surat kabar yang dikumpulkan menjadi satu adalah sebuah kesalahan besar. Elias tidak mengenal Rachael sebelum peristiwa itu terjadi – dan ia juga tidak mengetahui apa yang mungkin sedang direncanakannya.

Mengapa wanita itu berpura-pura sakit?

Mengapa wanita itu mau berbicara dengannya?

Dan mengapa Elias dapat menganggap semua itu sebagai sesuatu yang normal?

Elias membiarkan pertanyaan itu hanyut di kepalanya, kemudian menguap begitu ia memejamkan mata.

-

THE UNSEEN (YANG TIDAK TERLIHAT)


THE UNSEEN (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang