Bab 51

10 5 1
                                        

"Aku sendirian saat itu. Duduk di bangku panjang dan menyaksikan semuanya. Kejadian itu.. ketika dua mobil yang datang dari arah berlawanan saling bertabrakan. Aku bahkan sempat memotretnya dengan kameraku, tapi hasilnya buram karena kejadiannya begitu cepat. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan, jadi aku hanya berdiri disana, menyaksikan asap mengepul keluar dari kap mobil itu. Satu mobil hancur parah, satu yang lain melesat menuju jurang, tapi dihentikan oleh batang pohon besar. Tiba-tiba semuanya menjadi hening. Aku berdiri, dan menatap. Itu seperti berlangsung selamanya. Sampai seseorang pengemudi lain datang, dan dia menghentikan mobilnya. Seorang pria turun dari sana, dia tampak cemas, dia berlari mendekati dua mobil itu, kemudian mengangkat ponselnya. 'Hubungi polisi!' dia berteriak, barulah aku tersadar. Tapi dia tidak berbicara denganku, dia berbicara pada wanita yang turun dari mobil yang sama. 'Oh Tuhan.. oh Tuhan..' aku tidak tahu berapa kali wanita itu menyebutnya. Aku memerhatikan tangannya bergetar ketika mengambil ponsel, dia menjauh. Dia tampak.. ketakutan. Baru saja kusadari kalau aku seharusnya berteriak, melalukan sesuatu, berlari untuk mencari bantuan. Seharusnya aku melakukan apa saja yang bisa dilakukan pada saat itu, tapi aku tidak. Apa yang kulakukan hanyalah berdiri dan menatap, seolah tabrakan itu adalah bagian dari sebuah pertunjukan. Pada detik berikutnya, wanita itu berlari ke arahku, dia mencengkram lenganku kuat-kuat sampai aku bisa merasakan kuku-kuku jarinya menancap di atas pakaianku. 'Kau baik-baik saja, Nak?' katanya. Aneh dia bertanya begitu karena, aku satu-satunya yang tidak terluka. Kemudian aku sadar, ada sesuatu yang salah. Kepalaku.. kepalaku berdarah. Darahnya mengalir melewati wajahku, jatuh di atas tanganku yang menggenggam kamera. Kemudian aku mengakat kamera itu, melihat hasil gambar yang kuambil saat kecelakaan itu terjadi, dan jantungku seakan berhenti. Gambar itu memperlihatkan bayangan kabur ketika mobil itu merabrakku. Tubuhku terlempar jauh. Aku seharusnya berteriak, atau menangis, tapi tidak. Aku tidak merasakan apa-apa. Aku tidak bisa merasakan kakiku, atau tanganku. Mulutku seakan ditutup rapat. Pada saat itu aku mulai ketakutan, dan saat itu juga aku menangis. Aku berteriak. Aku berteriak begitu kencang sampai tenggorokanku terasa sakit dan kemudian aku sadar, aku kehilangan kedua kakiku. Aku jatuh dengan kedua mata menatap langit. Wanita itu mencoba menghalangi pandanganku. Aku melihat wajahnya di hadapanku, dia tampak tidak asing, tapi aku tidak bisa mengingatnya. Aku berteriak, dan aku terbangun. Aku terbangun!"

Elias menyandarkan tubuhnya di punggung bangku saat berusaha mengendalikan nafasnya. Di sampingnya, Rachael duduk dan mendengarkan dengan serius. Ketika ia menunduk untuk menatap jari-jarinya yang tiba-tiba terasa kaku, tangan wanita itu terangkat. Ibu jarinya menekan pergelangan tangan Elias, berusaha mencari denyut nadinya. Tindakan itu entah bagaimana mampu menenangkan Elias. Kemudian dengan gelisah, Elias mengangkat pandangannya. Matanya berkedip, satu tangannya terangkat. Ia menyampirkan helai rambut Rachael ke belakang kepala, kemudian otot-ototnya mulai mengendur.

"Itu mimpi yang buruk," ucap Rachael sembari menunjukkan rasa simpatinya.

"Tidak cukup buruk," kilah Elias. "Ketika aku masih kecil aku seringkali bermimpi buruk sampai-sampai aku takut untuk pergi tidur. Itu adalah sesuatu yang paling kubenci: tidur. Terkadang aku terjaga di tengah malam dan berjalan mengelilingi rumah hanya untuk mengusir ketakutan itu. Ayahku merasa kesal setiap kali dia mendengar suara langkah kaki di pekarangan, di lorong, atau di dapur. Katanya kalau aku tidak pergi ke kamarku dan berusaha untuk tidur, dia akan mengunciku di kamar mandi."

"Apa dia pernah melakukannya?"

Elias tersenyum miris. "Sesekali."

"Apa kau melawannya?"

"Tidak, aku ketakutan. Dia dua kali lebih besar dariku. Saat terakhir kali aku berusaha melawannya, dia membenturkan kepalaku ke dinding. Terkadang ketika dia sedang marah, dia akan menyita barang-barang pribadiku. Terkadang dia akan membuang lukisanku. Dia bisa melakukan apa saja: membawa pria asing masuk ke dalam rumah kami dan bersetubuh dimanapun dia ingin."

THE UNSEEN (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang