Dari balik jendela dapur, Elias memandangi mobil Derek yang terparkir di halaman depan rumahnya. Terik matahari membanjiri kap sedan itu. Permukaan kacanya tampak gelap. Sejumlah daun yang berguguran jatuh persis di atasnya. Kala angin bertiup, daun itu bergulung sebelum jatuh ke permukaan jalan.
Di balik sekat dinding yang membatasi dapur dengan ruang duduk, Rachael sedang berbicara dengan seorang pengacara bernama Matt. Elias hanya mendapat kesempatan untuk mengintip dan mendengar percakapan mereka sekilas. Derek duduk tak jauh disana, mengawasi percakapan itu selagi Elias menyiapkan minuman untuk mereka.
Setidaknya sudah lima belas menit berlalu sejak ia menyambut kedatangan tak diduga, sepuluh menit sejak sang pengacara berbicara dengan Rachael, dan selama itu itu Elias tidak berhenti merasa gelisah. Ia merasakan suatu ketidaknyamanan yang aneh saat menyadari kalau ia tidak akan pernah tahu apa yang sedang dibicarakan mereka. Bagaimana jika Rachael kewalahan saat menghadapi mereka sendirian?
Namun, Derek tidak akan mengizinkannya bergabung dalam lingkaran. Laki-laki itu mengajaknya keluar selagi Matt sang pengacara menyelesaikan urusannya bersama Rachael. Untuk satu alasan, berada di luar jauh lebih baik ketimbang berdiri di dapur, melamun dan sibuk menebak percakapan apa yang dilakukan mereka, tapi Elias juga tidak dapat menyingkirkan kegelisahannya begitu saja. Dari pekarangan rumahnya, ia terus menatap ke balik jendela, tepat dimana Rachael dan sang pengacara duduk berhadap-hadapan. Sementara itu, Derek berdiri di samping sembari menggenggam cangkir kopinya. Sesekali menyesap kopi itu kemudian mengedarkan pandangannya ke sekitar.
"Kau punya rumah yang bagus," simpul Derek setelah menghabiskan beberapa detik waktunya untuk mengamati pekarangan, pagar kayu, dan jalanan di sekitar rumahnya.
"Ini rumah sewaan," ucap Elias untuk meluruskan anggapan polisi itu. Anehnya, Derek tampak tidak begitu terkejut.
"Jadi kau tidak berencana menetap disini?"
Elias menggeleng. "Tidak."
"Kemana kau berencana pergi?"
"Aku tidak benar-benar punya tempat tinggal tetap dan biasanya aku tidak tinggal lama.."
Laki-laki itu menyipitkan kedua mata untuk menghalangi sinar matahari yang menyorot langsung ke wajahnya.
"Ada tempat khusus untuk dikunjungi?"
"Tidak, tidak, tidak.. aku belum punya rencana spesifik setelah ini. Mungkin aku dapat menetap selama beberapa bulan lagi."
Derek mengangguk. "Bagaimana dengan Rachael?"
"Aku akan membawanya bersamaku," Elias menjawabnya tanpa ragu-ragu.
"Itu bukan tanggungjawabmu.."
"Memang bukan, tapi aku menginginkannya."
Tiba-tiba Elias terpikir sesuatu. Ia menanyakannya segera setelah pemikiran itu muncul di kepalanya.
"Hei, aku ingin bertanya sesuatu padamu. Menurutmu bagaimana persidangan nanti? Apa Rachael akan dibebaskan dengan hak-haknya?"
"Mungkin."
"Aku tidak mengerti, apa maksudnya itu? Apa namanya akan bersih lagi setelah ini?"
"Kita tidak bisa mencabut tuntutan keluarga Denise atas Rachael begitu saja. Well, meskipun Nicole Simone sudah meninggal beberapa bulan yang lalu, tuntutan itu tetap ada dan itu bukan kuasaku untuk menentukan nasibnya di persidangan."
"Apa aku diberikan kuasa untuk membantunya?"
"Sebagai terapisnya kau memiliki hak. Hakim mungkin akan mendengarkan kesaksianmu.." tatapan Derek mengintimidasinya. "Selama kau bisa menutupinya dengan baik, mereka mungkin akan mempertimbangkannya."

KAMU SEDANG MEMBACA
THE UNSEEN (COMPLETE)
Mystery / ThrillerRachael Simone, seorang mantan terapis profesional, ditemukan terkurung di gudang setelah peristiwa penembakan yang menewaskan suami dan sahabatnya terjadi. Kebisuan Rachael yang tiba-tiba membuat kepolisian menyakini bahwa wanita itu bukanlah korba...