Bab 22

11 5 1
                                    

Catatan harian Rachael Simone

Ditulis pada: Desember 2017

(3 tahun sebelum pembunuhan)

Denise tertidur sangat pulas. Pagi itu ada banyak pekerjaan yang menunggu untuk diselesaikan, tapi aku tidak segera bangun untuk menyelesaikan semua itu. Aku hanya berbaring disana dan memandangi bagaimana Denise tertidur lelap. Ada sesuatu yang benar-benar menggangguku. Kepalaku terasa sakit, aku tidak merasa sehat. Mungkin aku harus menunda jadwal terapi dengan beberapa pasienku, ya tentu saja aku bisa. Jadi aku menghubungi Mandy untuk mengatur ulang jadwal kami.

Sekitar pukul sepuluh Denise pergi bekerja. Dia mengatakan akan pulang larut malam jadi aku tidak perlu menunggunya. Tapi tidak ada pekerjaan khusus yang akan kuselesaikan hingga sore. Aku bisa duduk berlama-lama di depan televisi, atau membaca beberapa buku yang belum sempat kuselesaikan.

Akhir-akhir ini aku merasa mual dan sejumlah emosi yang bermunculan datang dan pergi lebih cepat dari biasanya. Itu bukan suatu hal yang biasa terjadi. Aku merasa bahwa aku telah menjadi sedikit lebih emosional dari biasanya. Seorang pasien yang kutangani mengatakan perubahan sikapku yang dirasakannya secara langsung. Kuanggap itu sebagai sinyal. Kurasa sudah saatnya untuk pergi ke dokter.

Aku sengaja tidak memberitahu Denise hanya untuk berjaga-jaga jika sesuatu yang cukup buruk terjadi. Aku tidak ingin membuatnya resah – atau aku hanya tidak ingin dia terlibat, entahlah. Aku merasa kacau dua hari setelahnya, tidak banyak yang kulakukan selagi aku menunggu hasil tes-ku keluar. Kemudian, seseorang dari rumah sakit menghubungiku pagi ini. Namanya Dokter Mira, dan dia memberitahuku pagi tadi, sesuatu yang benar-benar berada di luar ekspektasiku.

Dia bilang, selamat! Aku sedang mengandung.

Aku tidak tahu apa yang lebih mendominasi perasaanku setelah mendengarnya, tapi satu yang pasti itu bukan perasaan senang. Semua emosi itu menggangguku, dan aku hanya larut di dalamnya seolah semua itu tidak nyata – seolah-olah semua itu hanya berada di dalam kepalaku saja.

Bagaimana aku akan megatasinya? Situasi ini sama seperti apa yang terjadi pada pasienku. Beberapa diantara mereka berusaha bertahan dengan perubahan yang terjadi setelah melahirkan, beberapa yang lain hanya melepasnya begitu saja. Tapi bukankah ini hidup yang aku inginkan? Aku menyayakan hal yang sama pada diriku hanya untuk mendapati bahwa aku tidak pernah merasa yakin dengan semua itu.

Aku takut – tapi mustahil untuk mengakuinya. Lagipula siapa yang dapat kuajak berbicara tentang hal itu? Cathy? Kurasa tidak. Denise? Bagaimana mungkin! Siapa lagi yang kupunya? Dan pertanyaan itu hanya menunjukkan daftar kosong yang ada.

Semua ini seperti ilusi: kehidupan ini – pernikahan ini – Denise. Mereka hanyalah sesuatu yang berada di luar kendaliku – aku tidak pernah bisa meraihnya meskipun mereka berada di sekelilingku. Pada akhirnya aku selalu sampai pada kesimpulan bahwa aku benar-benar sendirian di sini. Aku tidak memiliki siapapun untuk membagi perasaanku, aku terlalu takut mengecewakan Denise jika aku mengatakan kalau aku tidak menginginkan pernikahan ini – aku takut akan mengecewakannya jika aku mengatakan bahwa aku tidak menginginkan bayi ini.

Bagaimana Denise akan bereaksi tentang hal itu? Bagaimana aku bisa jujur padanya tentang perasaanku? Apa dia akan menerimanya?

Aku menghabiskan sepanjang sore untuk memikirkan semua itu. Malamnya, kuputuskan untuk berbicara dengan Denise. Kupikir cepat atau lambat dia akan tahu, tidak ada yang harus disembunyikan mengenai kehamilan itu. Namun yang kukhawatirkan benar-benar terjadi: bahwa dia menginginkan bayi ini. Dia tampak begitu senang ketika mendengarnya dan aku sudah punya firasat kalau dia tidak akan memberi celah bagiku untuk mengungkapkan semuanya – maksudku, bagaimana perasaanku tentang hal itu. Denise hanya ingin tahu kalau kami akan segera menjadi orangtua, dan itu saja.

Pada detik itu, aku hancur. Aku tahu seharusnya tidak begitu. Seharusnya aku ikut merasakan kebahagiaan yang sama. Seharusnya kami merayakan kabar itu dengan suka cita. Tapi mengapa aku tidak bisa? Mengapa rasanya begitu sulit? Apa yang salah denganku?

-

THE UNSEEN (YANG TIDAK TERLIHAT)


THE UNSEEN (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang