Bab 27

11 6 2
                                    

"Pak! Pak!!"

Seseorang mengetuk-ngetuk kaca jendela mobilnya dengan keras. Elias berusaha membuka mata dan mengangkat wajahnya untuk melihat siapa yang berdiri di luar sana. Namun luka berdarah pada kening dan kakinya membuat sekujur tubuhnya mati rasa. Dengungan itu terus berlanjut, kali ini dengungannya diiringi oleh suara raungan keras sirine ambulans dari kejauhan.

"Pak, kau mendengarku? Buka kuncinya! Buka kunci pintunya!"

Sekujur tubuhnya bergetar, dahinya berkeringat, Elias masih kesulitan untuk menggerakan tangannya. Kemudian baru ia sadari, buku-buku jarinya memerah setelah menghantam setir. Pecahan kaca mobil menusuk salah satu lengannya, menyobek pakaiannya dan mengenai kulitnya. Darah mengalir dari luka di lengan itu. Namun bukan itu saja, pecahan keramik itu juga menusuk kakinya. Darah dimana-mana. Kemudian Elias ingat apa yang baru saja terjadi. Sebuah ford biru, pembatas jalan, dan batang pohon besar. Bumper mobilnya menghantam batang pohon besar itu dengan keras, menyebabkan kaca bagian depan mobilnya pecah dan membentuk sebuah lubang kecil menganga yang memungkinkan dahan pohon menerobos masuk ke dalam. Dahan itu menancap persis di sofa penumpang, mengoyak pundak wanita berambut hitam yang duduk di sampingnya.

Tidak! Elias sudah siap untuk menghantamkan kepalan tangannya ke atas dasbor kemudian berteriak hanya untuk menghindari semua itu, tapi kemudian seseorang dari luar kembali mengetuk kaca mobilnya dan berbicara dengan suara keras.

"Pak, buka kuncinya!"

Pandangannya kembali berkabut, kini Elias hanya melihat orang-orang yang berkerumun di depan mobilnya sebagai bayangan kabur yang bergerak tak menentu arah. Setiap detik bergilir membuat dengungan itu kian menjadi-jadi. Kemudian, sembari menekan rasa sakit pada sekujur tubuhnya, Elias mengarahkan tangannya yang bergetar untuk membuka tombol kunci. Udara dingin menyeruak masuk ke dalam mobilnya seperti badai yang mengamuk keras. Begitu banyak dengungan yang menggantung di udara. Kemudian Elias merasakan tangan besar seseorang menariknya keluar dari dalam mobil, kemudian menggotongnya dan membaringkan tubuhnya pada alas yang memiliki permukaan cukup keras.

Brankar?

Langit di atasnya masih gelap dan berkabut. Rasanya seperti sesuatu telah menutupi pandangannya dari semua kekacauan yang terjadi disana. Samar-samar Elias menyaksikan asap mengepul di atas wajahnya. Ia sampai bertanya-tanya apa yang disaksikannya benar-benar nyata? Tapi cahaya merah dan biru dari lampu sirine mobil polisi dan juga ambulans menari-nari di sekitarnya. Semakin banyak orang yang berdatangan, Elias dapat menyadarinya seolah mereka telah mencuri udara segar disana. Tempat itu menjadi semakin sempit dan panas, terutama ketika petugas ambulans menyeret brangkarnya dan memasukkan Elias ke dalam kotak putih yang sempit.

Mengapa mereka membawanya ke dalam kotak? Tapi apa itu benar-benar kotak? Tidak! Itu mobil – mobil ambulans.

"Talia.." bisik Elias. Berusaha untuk meneriakkan kalimat itu, namun usahanya terkesan sia-sia. Tidak ada teriakkan yang benar-benar keluar dari mulutnya selain bisikan pelan yang teredam oleh kebisingan di sekitarnya.

"Tidak, tolong.. tolong.. istriku. Tolong istriku.. Talia! Talia!"

Tangan Elias terangkat mencakar di udara. Namun ia sudah tahu kalau sudah terlambat untuk menyelamatkan Talia. Sudah terlambat untuk mengembalikan keadaan seperti semula.

-

THE UNSEEN (YANG TIDAK TERLIHAT)


THE UNSEEN (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang