Bangunan dua lantai itu memiliki banyak sekat yang membatasi satu ruangan dengan ruangan lain. Toilet umum letaknya di lantai satu, bersebrangan dengan ruang tunggu dan lobi utama, sementara ruangan yang digunakan Dokter Joan Melburne untuk prakteknya terletak di latai dua. Ruangan itu tidak lebih besar dibandingkan ruangan lainnnya, namun suhu udaranya terasa cukup hangat disana. Beberapa barang disusun dengan rapi: sebuah lemari di sudut, meja persegi, dua sofa yang diletakkan secara berhadap-hadapan dan sebuah lukisan yang memperlihatkan gambaran menarik tentang sebuah kepadatan kota.
Elias duduk menempati salah satu sofa berlengan. Selagi menunggu kehadiran Dokter Melburne, ia menatap keluar jendela yang letaknya tak jauh disana. Lima belas menit kemudian, terdengar suara langkah kaki yang tergesa-gesa dari luar ruangan. Seseorang baru saja mendorong pintu hingga terbuka lebar dan wajah tidak asing Dokter Melburne muncul disana.
Elias bangkit berdiri untuk menyambutnya. Sang dokter memintanya untuk kembali duduk, dan Elias terus mengamatinya selagi wanita paruh baya itu meletakkan sebuah map di atas meja kemudian berjalan melintasi ruangan untuk menempati sofa kosong di seberangnya.
"Maaf membuatmu menunggu lama," ucap Dokter Melburne. Nafasnya terengah karena terburu-buru.
"Tidak masalah."
Sang dokter berpakaian cukup santai pagi itu: ia mengenakan setelan kemeja berwarna biru dan sweter rajut hijau. Rambut gelapnya telah dikuncir rapi dan ia menggunakan kaca mata tebal yang menempel pas di atas hidungnya. Dokter Melburne memiliki ekspresi gelap yang tampak serius. Tidak seperti seorang psikiater profesional yang dibayangkannya, wanita itu duduk dengan kaku di atas sofa sembari menyilangkan satu kakinya di antara kaki lainnya. Sejak awal dokter Melburne menempati sofa, Elias mengamati jari-jarinya berusaha menyingkirkan sesuatu di atas rok putih yang dikenakannya pagi itu, dan wanita itu menyipitkan kedua matanya ketika berbicara.
"Jadi ini tentang Rachael Simone?" tanya Dokter Melburne untuk mengawali percakapan.
"Ya."
"Aku tidak tahu jika kepolisian masih meminta seseorang untuk melakukan tugas itu. Kupikir kasusnya sudah ditutup?"
"Tidak, aku tidak menjadi terapisnya karena tuntutan apapun. Aku datang ke rumah sakit itu untuk menyelesaikan studiku. Aku sedang mengerjakan tesis saat ini, membuat penelitian, dan aku memilih Rachael sebagai subjek analisaku."
"Well, itu menarik. Kenapa Rachael?"
Elias berusaha memikirkan jawabannya, tapi kemudian menatap sang dokter dan berkata, "kupikir aku memiliki alasan yang sama seperti ketika kau memutuskan untuk meninggalkannya."
Dokter Melburne menarik rahangnya hingga membentuk senyum lebar. Dari dekat, Elias dapat melihat kerutan di dahi dan di bawah matanya dengan lebih jelas. Wanita itu tidak lagi muda, hal itu terlihat jelas dari semburat abu-abu di sela-sela rambut gelapnya. Sebuah cincin perak melingkari jari manisnya. Berdasarkan profilnya, Dokter Melburne telah menikah selama lebih dari sepuluh tahun. Sebuah pernikahan panjang tanpa anak. Ia juga memiliki pengalaman lebih dari lima belas tahun sebagai seorang terapis, dan mendapatkan izin untuk mendirikan praktek secara legal kurang dari tujuh tahun yang lalu. Meskipun tampaknya Dokter Melburne sudah mengemban pekerjaan itu untuk waktu yang lama, ia masih tampak bugar diusianya saat ini. Hal itu terlihat jelas dari kedua bahunya yang tegap, cara berjalannya yang cepat, dan suaranya yang tidak terdengar ragu-ragu.
"Aku tidak meninggalkannya," aku wanita itu secara terang-terangan. "Tapi aku harus mengakui, sebagai sesama terapis, bahwa aku menyerah padanya."
"Itu yang ingin kutahu. Kenapa?"
"Well, aku rasa kita sama-sama tahu jawabannya. Dia tidak berbicara. Itu sudah jelas."
"Tapi kau memiliki pendapatmu sendiri tentang hal itu?"
"Ya," sahut Dokter Melburne dengan yakin. "Dia juga seorang terapis, aku yakin kau sudah tahu hal itu. Dan kemudian dia mengalami peristiwa mengerikan itu, dan itu menimpa orang terdekatnya. Aku cukup yakin itu akan membuat siapapun gentar saat mengalaminya. Bahkan untuk Rachael sendiri. Aku bisa melihat itu di matanya. Dia merasa terguncang dengan apa yang terjadi padanya malam itu. Tapi masalahnya adalah bukan apa yang terjadi malam itu."
"Apa?" tanya Elias sembari menegakkan punggungnya. "Apa maksudmu?"
"Masalahnya terletak pada apa yang terjadi sebelum malam itu."
Elias memiliki pendapat yang sama, tapi ia menolak untuk mengungkapkannya dan membiarkan Dokter Melburne menyelesaikan penjelasannya.
"Sesuatu terjadi pada Rachael sebelum malam itu. Tidak satupun diantara kita tahu apa saja yang sudah dialaminya, tapi aku cukup yakin dia telah mengalami hal terburuk yang tidak terbayangkan. Kemudian malam mengerikan itu terjadi dan secara tidak langsung, itu memicu emosi dari masa lalunya. Masalahnya adalah, tidak ada seorangpun yang tahu. Aku sudah menelunsurinya dan aku mendapatkan beberapa informasi seperti catatan lengkap tentang latar belakangnya, kemudian aku juga berbicara dengan saudara tirinya, Allistair, dan itu membuat semuanya menjadi semakin jelas. Rachael dibesarkan di sebuah panti anak ketika seseorang mengadopsinya. Dia tidak terbiasa hidup berdampingan dengan orang lain, dan aku cukup yakin Rachael menjalani masa kecilnya sebagai gadis yang pendiam. Tidak ada yang tau apa yang terjadi sebelum itu, siapa orangtua biologisnya dan dimana mereka berada. Banyak kabar yang mengatakan kalau Rachael ditinggalkan di panti sejak kecil, orangtuanya tidak bertanggungjawab dan meninggalkannya begitu saja disana, ada juga yang mengatakan kalau seluruh keluarganya tewas karena menderita penyakit menular. Tapi semua kabar itu tidak bisa dipercaya. Bagaimanapun, dia terlihat baik-baik saja sebelum peristiwa malam itu. Dia masih menerima panggilan dari pasiennya, dan seorang pekerjanya yang bernama Mindy mengatakan kalau Rachael tidak menunjukkan sikap-sikap aneh sampai malam itu. Jadi sangat mudah untuk menyimpulkan kalau dia mengalami trauma. Tapi apa itu sudah menjelaskan semuanya? Tidak – karena seseorang tidak bisa berubah begitu saja dalam waktu semalaman."
Ada jeda selama bebeberapa detik ketika Elias berusaha mencerna semua informasi itu. Sang dokter masih memandanginya seolah sedang menunggu reaksinya.
"Maksudmu, kondisi mentalnya sudah terganggu sebelum kejadian itu?"
Dokter Melburne menumpukan sikunya pada lengan sofa dan menjawab, "tidak ada alasan yang lebih baik dari itu untuk menjelaskan kondisinya sekarang."
"Tapi kau mengklaim kalau dia hanya mengalami trauma?"
"Benar."
"Mengapa? Mengapa kau mengatakan itu jika kau tahu kalau itu bukan sekadar trauma?"
Sang dokter kembali menyipitkan kedua mata, kali ini ia memiringkan wajahnya sebelum mengatakan, "karena kita tidak membiarkan orang lain mengetahui apa yang terjadi pada pasien kita, Dokter Kermitt. Itu sumpah yang kita ambil ketika kita memutuskan untuk menjadi seorang terapis. Dan aku mengatakannya karena lebih mudah bagi publik untuk menganggapnya sebagai trauma. Mereka akan melupakan Rachael sampai pada akhirnya tidak ada siapapun yang mengingat namanya lagi."
Elias tertegun untuk mencerna semua itu, kemudian membuka mulutnya untuk mengatakan, "itu tidak menjelaskan kenapa kau menyerah padanya."
"Dia menolak untuk bicara, Dokter Kermitt," jelas Dokter Melburne dengan suara tegas. "Dalam kasusku, pasien yang menolak untuk berbicara memiliki dua motif: mereka menyembunyikan sesuatu, atau mereka ingin dilupakan. Rachael tidak pernah menjadi pasienku, tidak secara langsung. Dia tidak pernah datang padaku untuk meminta bantuan – aku yang mendatanginya karena kepolisian ingin aku untuk menganalisa sikapnya. Dan apa yang kudapatkan selama enam bulan?" Dokter Melburne menggeleng pelan. "Tidak ada. Dia tidak memberiku apa-apa, kecuali kebisuannya. Apa dia berusaha menyembunyikan sesuatu? Itu jelas. Tapi lebih dari itu, dia hanya ingin dilupakan. Aku bisa melihat itu dari tatapannya – dia tidak mengatakannya secara langsung, tapi dia memintaku untuk menyerah padanya."
"Bagaimana kau tahu itu yang benar-benar diinginkannya?"
Wanita itu tersenyum simpul sebelum mengatakan, "aku tahu pekerjaanku, Dokter Kermitt. Dan tidak ada keraguan untuk itu."
-
THE UNSEEN (YANG TIDAK TERLIHAT)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE UNSEEN (COMPLETE)
Mystery / ThrillerRachael Simone, seorang mantan terapis profesional, ditemukan terkurung di gudang setelah peristiwa penembakan yang menewaskan suami dan sahabatnya terjadi. Kebisuan Rachael yang tiba-tiba membuat kepolisian menyakini bahwa wanita itu bukanlah korba...