Fritz mengguncangkan bahunya ketika tertawa. Cairan alkohol yang baru saja ditelannya telah menunjukkan reaksi. Laki-laki itu mengisap putung rokoknya dalam-dalam. Asap keluar dari lubang hidung dan mulutnya ketika ia berbicara. Sekarang, asap itu memukul wajah Elias sebelum menguarkan aroma nikotin ke setiap sudut pub. Orang-orang yang hadir disana tidak begitu mengacuhkannya, mereka telah terbiasa membaur dengan bau alkohol dan nikotin yang tajam di sekitarnya. Sementara Elias masih harus menyesuaikan diri untuk membaur. Meskipun begitu, cairan empedu dalam tubuhnya terasa seperti akan merangkak naik ke tenggorokannya. Pastinya hal itu disebabkan oleh soda. Terlalu banyak soda yang ditelan. Namun soda lebih baik dari alkohol. Setidaknya itu membuat Elias tetap sadar ketika Fritz mulai bicara melantur.
Kurang dari tiga puluh menit yang lalu, Elias menolak ajakan Fritz untuk datang mengunjungi pub itu. Namun jam kerjanya sudah berakhir, dan Fritz mengatakan pub itu menjadi pilihan tempat terbaik untuk bersantai. Kemudian Elias mulai mempertimbangkannya. Ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Elias harus menulis catatan tentang pertemuan pertamanya dengan Rachael, mencatat setiap detail selagi ia masih mengingatnya. Namun kegagalannya dalam pertemuan itu membuat Elias merasa frustrasi, sehingga ia berpikir kalau apa yang dibutuhkannya kala itu adalah pengalih perhatian. Kemudian Fritz mendatanginya disaat yang tepat dan semua terjadi begitu saja.
"Ayolah, sedikit alkohol tidak akan membunuhmu, Dok."
"Jangan panggil aku begitu – dan tidak, aku pesan soda saja."
Laki-laki itu mendengus, tapi menyerah untuk menurutinya. Ketika soda itu sampai di hadapannya sekitar sepuluh menit yang lalu, Elias meneguknya dengan cepat sampai Fritz menegurnya.
"Whoa.. tenang!" Alih-alih mengacuhkannya, Elias menandaskan minumannya dengan cepat kemudian meminta seorang bartender untuk mengisi ulang soda ke dalam gelasnya. Kemudian pertanyaan Fritz setelah itu tidak dapat dihindari. Laki-laki mulai itu menyebutkan nama Rachael Simone dalam percakapan mereka dan bertanya bagaimana pertemuan pertama itu berjalan. Dalam hitungan detik Elias membiarkan emosinya tumpah begitu saja. Alih-alih berempati atas kegagalannya, Fritz justru tertawa keras.
"Dan dia diam saja selama itu?"
Elias mengangkat kedua bahunya dengan kesal. "Seperti hantu. Rasanya seperti aku berbicara dengan tembok."
"Kalian lama sekali di dalam ruangan itu, kupikir kau benar-benar membuat sebuah kemajuan. Tidak bisa kubayangkan kau duduk di kursimu dan menatapnya selama itu tanpa berbicara apa-apa. Memang benar, wanita itu memiliki kemampuan untuk membuat seseorang menjadi gila."
"Ya, bicara sesuakamu. Tidak ada proses yang mudah."
"Tidak ada proses yang mudah," Fritz membeokan dengan suara melengking yang dibuat-buat. "Ya, ya, ya. Bukankah Amos sudah memeringatimu tentang wanita ini?"
"Tentu saja."
"Jadi kenapa kau tetap memilihnya?"
"Bagaimana menurutmu?"
Laki-laki itu mengerutkan dahi kemudian mengangkat kedua bahunya dengan tidak acuh. "Aku tidak tahu, itu keputusanmu."
"Kau tidak tahu?" Elias mendengus keras, menundukkan kepala untuk menatap lurus ke arah cairan soda di dalam gelasnya. "Begitupun aku."
"Dia begitu aneh," mulai Fritz setelah beberapa detik tertegun.
"Rachael Simone?"
"Kita sedang membicarakannya sejak tadi."
"Apa? Apa yang membuatmu berpikir dia begitu aneh?"
"Karena dia tidak berbicara."
Elias beringsut di atas kursinya, sejenak memandangi Fritz ketika sebuah gagasan muncul di kepalanya. Sementara Fritz menatap bir yang hampir habis di botolnya, Elias mengedarkan pandangannya ke sekitar. Dengungan dari percakapan yang menggantung di tempat itu mulai terasa mengganggu. Suara itu terdengar seperti kerumunan lebah yang menggantung di atasnya. Kemudian ada suara dentingan dari arah pintu, beberapa wajah asing baru saja masuk dan menempati kursi kosong. Sekumpulan pria di sudut membentuk sebuah lingkaran dan menglilingi meja biliar besar. Sorakan keributan dan tawa mereka terdengar sampai ke telinganya. Elias kembali memutar wajahnya, kali ini ia menunduk dan berbicara di dekat wajah Fritz.
![](https://img.wattpad.com/cover/310672342-288-k591699.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE UNSEEN (COMPLETE)
Mystery / ThrillerRachael Simone, seorang mantan terapis profesional, ditemukan terkurung di gudang setelah peristiwa penembakan yang menewaskan suami dan sahabatnya terjadi. Kebisuan Rachael yang tiba-tiba membuat kepolisian menyakini bahwa wanita itu bukanlah korba...