Bab 33

16 7 1
                                    

Selagi mengendarai mobilnya, Elias menatap keluar kaca jendela untuk melihat hamparan tanah berumput yang melandai di kedua bahu jalan dan juga barisan pohon yang dilaluinya. Ia memutar setir begitu sampai di jembatan panjang kemudian menyaksikan aliran arus sungai deras tak jauh disana. Suaranya begitu keras sampai berhasil meredam suara radio di dalam mobilnya. Jalanan di hadapannya kosong, tidak ada pengemudi lain yang berkendara disana. Sebuah papan kilometer jalan menunjukkan kalau kawasan hutan hanya berjarak beberapa ratus meter lagi di depan, namun Elias tidak sedang menuju ke sana. Ia memutar kemudi begitu melihat tikungan.

Kejadian pohon tumbang sepenuhnya telah berlalu. Elias dapat melihat pagar dan rambu-rambu jalan tidak lagi dipasang disana. Tali kuning yang sebelumnya dipasang untuk melarang siapapun melewati jalur itu kini sudah dilepas. Sisa-sisa dahan dan gundukan daun telah disingkirkan dari jalanan. Ketika Elias menegadah, ia melihat batang pohon besar yang biasanya menghalangi cahaya matahari untuk dapat menyentuh permukaan aspal, telah menghilang sehingga jalanan tampak lebih cerah dari biasanya.

Ia melirik arlojinya saat itu. Pukul delapan tiga puluh. Elias telah mengendara di sekitar kawasan itu selama lima belas menit. Ia menolak untuk mengambil jalan utama dan memilih jalan pintas agar tiba lebih cepat. Di sampingnya, tepat di atas kursi penumpang, tumpukan buku dan alat perekam sudah siap. Elias membawa tas hitam besar untuk meletakkan semua itu. Ia juga membawa laptop dan berencana untuk menyelesaikan pekerjaannya di rumah sakit.

Ketika mobilnya berbelok di tikungan lain, mesin radio baru saja mengeluarkan suara gemerisik yang mengganggu telinga. Elias menjulurkan tangan untuk mematikan mesin itu dengan cepat kemudian menyalakan wiper untuk menyingkirkan uap yang menutupi bagian depan kaca mobilnya. Suara musik lenyap, digantikan oleh dengungan mesin yang keras ketika mobilnya bergerak di atas jalur melandai. Satu tangannya merogoh ke dalam saku, Elias mengeluarkan sejumlah pil dari dalam sana. Setelah memandangi pil-pil itu selama beberapa saat, Elias menelannya bulat-bulat, perlahan merasakan ketegangannya mengendur.

Bagus, batinnya. Kau melakukannya dengan cukup baik sejauh ini - cukup baik.

Di atas dasbor, ponselnya bergetar. Elias menjulurkan wajah untuk menatap layar ponsel itu kemudian membaca nama yang tercantum di sana. Panggilan itu berasal dari salah satu muridnya. Elias memutuskan untuk mengabaikannya selagi ia mengendara menuju rumah sakit. Namun, sesampainya disana, ia menyaksikan gerbang utama dibuka dengan lebar, tidak seperti biasanya. Ada sebuah bus besar yang terparkir di halaman depan dan tiga orang petugas termasuk Fritz dan Theodore berdiri di dekat pintu. Seorang penjaga gerbang yang bertugas pagi itu mendekatinya. Elias langsung menurunkan kaca mobil untuk berbicara dengannya.

"Kau harus berputar dan masuk lewat pintu belakang," katanya.

Elias tidak segera menanggapinya, alih-alih bertanya, "ada apa disana?"

"Tur," sahut si penjaga. "Diadakan setiap satu bulan sekali."

"Kemana mereka pergi?"

"Melilingi kota - entahlah. Tujuannya selalu berubah."

Elias mengangguk kemudian tanpa berpikir panjang ia memutar kemudi dan berbalik untuk masuk melalui gerbang belakang. Deretan mobil lain yang dikenalinya telah terparkir disana. Ia langsung memilih tempatnya di halaman parkir paling pojok, persis di area paling gelap yang jarang disentuh oleh cahaya matahari karena terhalang oleh temboknya yang tinggi. Setelah mematikan mesin mobilnya, Elias memasukkan tumpukan buku dan alat perekam ke dalam tas, mengganti sepatu kets kemudian turun dan berjalan cepat menuju ruangannya.

Sejumlah pasien sedang berbaris di dekat lobi ketika Elias melewati lorong itu. Di ujung barisan, persis di dekat pintu, Rachael berdiri melamun memandangi pintu bus yang terbuka di depan sana. Olive berdiri tidak jauh darinya, sesekali wanita itu melompat-lompat sembari mengumamkan sesuatu. Kemudian Fritz melangkah masuk melewati pintu, menatapnya sekilas sebelum mengarahkan sejumlah pasien untuk masuk ke dalam bus secara bergiliran.

THE UNSEEN (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang