Pintu ruang perawatan pasien telah terbuka ketika Elias berjalan menghampirinya. Di dalam sana, Rachael sedang duduk dengan wajah menghadap ke jendela yang tertutup rapat. Di belakangnya, Theodore berkutat dengan gunting dan bersiap untuk memotong rambut Rachael yang memanjang sampai di atas pinggulnya. Begitu Elias mengetuk pintu ruangan, petugas itu langsung menengok ke belakang untuk menyapanya.
"Pagi, Dok."
"Selamat pagi," Elias menyeruak masuk ke dalam ruangan. Di depannya Rachael tidak menunjukkan reaksi apapun selain mengangkat satu alisnya. Langsung saja Elias menunjuk pada gunting yang digenggam Theodore dan berkata, "kau boleh menyelesaikan pekerjaan lain, aku yang akan memotong rambutnya."
Theodore mengangkat kedua alisnya seraya berkata, "aku bisa menyelesaikannya."
"Tidak apa-apa. Itu bukan pekerjaan sulit, aku bisa melakukannya. Lagipula, sudah waktunya untuk pertemuanku dengan Rachael."
"Baiklah, panggil saja aku jika butuh bantuan."
"Aku akan menanganinya, terima kasih."
Theodore mengangguk, tatapannya mengawasi Rachael selagi ia berjalan menuju pintu.
"Kau mau pintunya ditutup, Dok?"
"Ya, tolong."
Elias menunggu sampai daun pintu digeser tertutup sebelum bergerak untuk mengitari kursi kayu yang diduduki Rachael, kemudian mengangkat gunting dan bersiap untuk memotong rambut wanita itu.
"Hati-hati!" suara itu terdengar sebelum Elias menyelesaikan potongan pertamanya. "Aku tidak suka rambut yang terlalu pendek."
"Dimengerti."
Rachael memiliki rambut hitam yang bagus. Bentuknya bergelombang dan permukaannya halus. Rambut itu cukup tebal, namun teksturnya memungkinkan Elias untuk mengaturnya lebih mudah. Meskipun ada sejumlah bagian kusut dan akar rambut yang bercabang, bagian dalam gunting yang tajam tetap melakukan tugasnya dengan baik. Elias tidak mengalami kesulitan untuk memotongnya. Sementara itu, rambut yang sudah dipangkas dibiarkannya jatuh membentuk sebuah gundukan yang membesar di atas lantai. Karena disibukkan oleh rambut itu, Elias sampai tidak memerhatikan kalau Rachael sedang mengamatinya dengan tajam.
"Kau pernah memotong rambut sebelumnya?" tanya Rachael saat keheningan menyelimuti mereka.
Elias mengangguk pelan, kemudian berbisik, "istriku. Dia memiliki rambut hitam panjang seperti ini."
"Istrimu?" Rachael membeokan seolah-olah tidak memercayai apa yang baru saja ia katakan. Ketika Elias menunduk untuk menatapnya, ekspresi Rachael telah menunjukkan kalau wanita itu menuntut penjelasan. Kemudian Elias sudah dapat menebak kemana tatapan Rachael tertuju: jari-jarinya yang polos. Tidak ada cincin pernikahan disana.
"Dia sudah meninggal," jelas Elias akhirnya.
Tanpa rasa bersalah, Rachael melanjutkan dengan tenang, "kapan?"
"Sekitar dua tahun yang lalu."
"Bagaimana.."
Elias menggeleng sebelum Rachael sempat menyelesaikan kalimatnya. "Tidak, kita tidak akan sampai kesana – belum. Ini bukan waktuku, ini waktumu, aku disini untuk mendengarkanmu, jadi.."
"Apa yang ingin kau dengar?"
"Apa yang biasa kau katakan pada pasienmu saat mereka mengajukan pertanyaan yang sama?"
Sudut bibir Rachael sedikit terangkat membentuk senyuman tipis. "Aku tidak tahu, mereka tidak pernah bertanya padaku seperti itu."
"Mmm.. itu aneh." Elias mengarahkan ujung runcing gunting itu untuk memotong rambut di bawah telinga Rachael. "Bagaimana kalau kau ceritakan padaku tentang masa kecilmu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
THE UNSEEN (COMPLETE)
Mystery / ThrillerRachael Simone, seorang mantan terapis profesional, ditemukan terkurung di gudang setelah peristiwa penembakan yang menewaskan suami dan sahabatnya terjadi. Kebisuan Rachael yang tiba-tiba membuat kepolisian menyakini bahwa wanita itu bukanlah korba...