~Prolog~

92.5K 2K 36
                                    

"Congratulations!" seru laki-laki itu dengan senyumnya yang merekah sambil mengelus kepala gadisnya. Gadis itu tersenyum lembut lalu mengucapkan terimakasih pada kekasihnya.

Hari itu Atlantic High school tengah mengadakan acara kelulusan untuk anak angkatan kelas 12. Mereka telah menyelesaikan masa-masa ujian yang dimana itu adalah masa terberat yang harus mereka hadapi untuk mencapai kelulusan.

Di hari kelulusan ini biasanya perasaan kita akan tercampur aduk. Senang, sedih, takut, semua menjadi satu. Senang karena akhirnya mereka lulus, sedih karena mereka harus berpisah satu sama lain demi mengejar cita-cita, dan takut untuk menghadapi kehidupan yang sebenarnya.

Yah, itu juga yang dirasakan oleh gadis berusia 18 tahun yang bernama Athalia Aliesha atau biasa dipanggil Athalia.

Gadis cantik nan sederhana ini berdiri ditengah kerumunan para murid yang baru saja menerima kabar lulus. Ada yang berfoto, bercanda, dan juga ada yang menangis sembari memeluk sahabatnya. Matanya memandang haru sekelilingnya.

Belum benar-benar berpisah saja sudah terasa rindunya.

Ia memang merasa senang sebentar lagi dirinya akan terbebas dari amukan guru-guru killer disekolahnya. Senang juga akan terbebas dari guru yang selalu menunggunya didepan gerbang ketika telat masuk ke sekolah. Namun, justru hal-hal seperti itu yang akan ia rindukan nantinya. Makanya, ia tidak pernah menyesali apapun peristiwa yang terjadi di masa SMA-nya karena kenangan seperti itu tidak akan terulang kembali.

Ia berjalan menerobos kerumunan sembari menghapus air matanya. Ia mencari-cari dimana kekasih dan sahabatnya.

Agatha Ellery Winanto. Jika membicarakan tentang Agatha, ia hanya bisa mengungkapkan betapa sayangnya dia pada Agatha. Saat orang tuanya sudah tidak ada, Agatha dan keluarganya selalu ada untuknya. Agatha satu-satunya orang yang bisa ia percaya selain kekasihnya yang berusia 2 tahun lebih tua, Darren Altezza.

Cinta pertamanya.

Mereka sudah menjalin hubungan selama hampir satu tahun. Mereka bertemu ketika Darren yang ternyata merupakan alumni Atlantic High School diminta untuk memberikan seminar pada siswa kelas 12 mengenai dunia bisnis. Dari awal melihatnya, Athalia memang langsung terpana. Pesona, wibawa serta karismanya mampu membuat Athalia seketika jatuh cinta pada laki-laki itu. Begitu pun sebaliknya. Sampai akhirnya selesai seminar Darren menghampiri Athalia dan meminta nomornya.

Singkat cerita mereka pun akhirnya memutuskan untuk menjalin hubungan setelah beberapa bulan saling mengenal. Athalia senang akan hal itu karena ini merupakan yang pertama untuknya bisa memiliki seorang pasangan dan juga pertama bagi dirinya menaruh kepercayaan pada orang lain selain pada Agatha dan keluarganya. Awalnya dia ragu, tapi melihat Darren yang sangat tulus membuat hatinya luluh.

Namun, kepercayaan yang sudah ia berikan untuk Darren itu hancur begitu saja saat mata indahnya menangkap hal yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Hal yang tidak pernah ia pikirkan akan terjadi.

Agatha duduk diatas meja murid dengan Darren ditengah-tengah kakinya. Mereka saling memeluk erat hingga tak ada jarak lagi yang tersisa. Tangan laki-laki itu berlabuh dipaha Agatha dan meremasnya pelan membuat Agatha mengeluarkan desahan pelannya.

Menjijikan.

Tangannya menyentuh dadanya yang terasa sangat sesak. Seperti ada sesuatu yang menghantamnya kuat. Baru kali ini ia merasakan sakit yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya.

Sekuat mungkin ia tidak mau menangis didepan mereka, namun air matanya lolos begitu saja saat akhirnya mata kekasihnya menatapnya. Agatha dan Darren seketika saling menjauh dengan raut wajah terkejut.

"Tha-"

Belum selesai berbicara, Athalia sudah memotongnya terlebih dahulu. "Apa yang gue lakuin sampai kalian lakuin ini sama dibelakang gue?" lirihnya dengan air mata yang terus jatuh membasahi pipinya.

Darren berjalan hendak meraih tangan kekasihnya, namun tentu saja Athalia menghindar membuat Darren hanya bisa menggapai udara. Darren tertegun melihat betapa tersakitinya gadis didepannya ini. Terlihat dari matanya yang membendung kesedihan yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Ia menyesal telah menyakiti gadis yang ia cintai. "Tha, aku bisa jelasin semuanya. Ak-"

"Percuma, Darren. Mau dijelasin dengan berbagai alasan pun nggak akan merubah fakta kalau kamu itu selingkuh. It doesn't justify what you did," sela Athalia.

"Aku tau aku nggak akan pernah cukup buat kamu. Kalau dibanding Agatha pun aku masih kalah jauh. Tapi, asal kamu tau, aku cinta kamu itu tulus, Darren. Tapi, teganya kamu mainin aku kayak gini," ujarnya dengan bibirnya yang sudah bergetar menahan agar tidak terisak didepan mereka.

Tatapannya kini beralih ke Agatha yang terlihat biasa saja. Terlihat dari tangannya yang bersidekap dada dengan raut tidak merasa bersalah. "Dan lo, Agatha. Lo sahabat gue! Lo satu-satunya yang gue punya! Kita seneng, nangis, ketawa, semua bareng-bareng! Terus kenapa sekarang lo malah kayak gini sih? Kalau emang pengen banget selingkuh, jangan nusuk orang yang sayang sama lo!"

Agatha terkekeh sinis. "Sayang kata lo? Lo tau gue dari awal suka sama Darren! Tapi, lo ambil dia, Tha!"

Athalia menatap Agatha tidak percaya. Sejak kapan Agatha menyukai Darren? Sahabatnya itu sama sekali tidak pernah bercerita tentang Darren. "Gimana gue bisa tau kalau lo aja nggak bilang apa-apa ke gue? Lo bahkan dukung gue saat gue sama Darren jadian, terus sekarang lo ngomong kayak gini?"

"Munafik lo, Athalia."

Athalia membuka mulutnya hendak membalas Agatha, namun ia urungkan. Tidak ada gunanya juga berdebat jika pemikiran orangnya saja sudah salah. Athalia menggelengkan kepalanya sebelum menatap Darren kembali. "It's fucking over."

Darren membulatkan matanya terkejut. Dadanya terasa sesak. Ini tidak bisa! Ia tidak ingin kehilangan Athalia. Ia tahu ia salah, tapi ini masih bisa diperbaiki.

Bisa, kan?

Ia hendak memanggil Athalia, namun Agatha memanggilnya terlebih dahulu.

"Athalia."

Ia tidak membalikkan badannya. Hanya memunggungi Agatha menunggu apa yang hendak ia katakan selanjutnya.

"Gue tau lo cukup sadar diri untuk tau kalau sejak awal Darren emang nggak pernah pantes buat lo. Anak yatim piatu yang cuma bisa bergantung ke keluarga orang lain, nggak akan pernah pantas untuk siapapun. You're just a parasite."

DEG

"Agatha!" sentak Darren tidak terima dengan apa yang dikatakan Agatha.

Athalia tertunduk. Terlepas dari Darren yang juga menyakitinya, tidak ada yang lebih menyakitkan ketika mendengar kata-kata hinaan kasar itu diucapkan oleh orang terdekat yang kita kenal. Apa selama ini Agatha tidak pernah tulus?

Kenapa baru sekarang Agatha mengatakan ini semua?

Agatha memutar bola matanya malas melihat Darren yang masih saja membela Athalia. "Kenapa? Emang bener kok. Dia bisa sekolah disini aja karena orang tua gue. Kalau engga mungkin udah nggak sekolah kali. Tuh, biaya kuliah aja bokap gue yang keluar duit."

Darren hendak mengejar Athalia yang sudah berlari meninggalkan mereka, namun tangannya ditahan oleh Agatha.

"Anjing!"


*****






HELLO, MR.EX! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang