A Plan To Go

23.1K 528 6
                                    

Happy Reading
🪻🪻🪻
*****

Athalia yang sedari tadi mencari Darren pun, akhirnya menemukan laki-laki itu sudah duduk di kursi yang berada dimeja dapur sembari menyantap sarapannya dengan sebuah tablet dihadapannya. Entah sedang membaca apa.

"Gue nyariin lo, ternyata ada disini," celetuk Athalia mendekati Darren membuat Darren yang sedang meneguk kopinya melirik ke arahnya.

"Kenapa? Kangen?" tanya Darren.

"Halu!" sentak Athalia dengan wajah galaknya yang selalu menggemaskan. Athalia terlihat sangat cantik pagi ini dengan sweater rajut hijau matcha yang dipadukan dengan celana jeans hitam. Sangat manis, batin Darren.

Athalia mengulurkan ponselnya ke hadapan Darren. "Minta nomor lo. Takutnya, pas gue butuh atau lo butuh, kita nggak bisa kontakan."

Darren langsung mengambil ponsel itu dan mengetikkan nomornya. Ah, ia bahkan lupa bahwa dia belum memiliki nomor ponsel Athalia. Terakhir kali ia menghubungi gadis itu, yang mana 5 tahun lalu, nomornya sudah tidak aktif. Ia yakin waktu itu Athalia sudah mengganti nomor ponselnya. Makanya, ia ingin meminta nomornya, tapi entah bagaimana dia lupa untuk memintanya.

"Lo beruntung karena nggak perlu susah payah buat dapetin nomor gue," ucap Darren mengembalikan ponsel Athalia pada pemiliknya.

Athalia tertawa kecil dengan nada mengejek sembari bersidekap dada. "Kalau bisa juga gue nggak mau punya nomor lo," ucapnya kemudian berjalan menuju kulkas.

"Sarapan?" tawar Darren.

Athalia menggelengkan kepalanya. "Nggak usah. Nanti gue bareng Karel," tolak Athalia mengambil gelas dan mengisinya dengan susu coklat dingin yang ia ambil dari dalam kulkas.

Darren menarik napasnya mendengar jawaban Athalia yang membuat napsu makannya hilang begitu saja. Tangannya bergerak melepas satu kancing teratas kemeja putihnya ketika ia rasa dadanya memanas. Seberapa dekat mereka hingga Athalia mau bepergian dengannya sesering ini? Tidak bisa dibiarkan.

"Udah selesai makannya?" tanya Athalia yang dijawab dengan anggukan oleh Darren. Athalia mengambil piring itu dan membawanya ke tempat pencuci piring.

"Dia jemput lo?" tanya Darren.

Athalia mengangguk, mengiyakan. "Iya, tapi tenang aja. Dia nggak tau kalau ada lo kok."

Darren mendengus kasar. "Harusnya dia tau aja sekalian," gumamnya sangat pelan hingga tidak terdengar Athalia.

Darren berdiri dari duduknya, lalu menghampiri Athalia yang sedang mencuci piring dan gelas kotor. "Nanti lo gue jemput."

Athalia mendengus. "Nggak usah."

"Kita harus ke supermarket. Buat perlengkapan disini. Gue nggak tau apa yang harus dibeli," ujar Darren.

Merasakan kehadiran seseorang dibelakangnya, Athalia mengeringkan tangannya dengan handuk kecil yang tersedia sebelum membalikkan tubuhnya menghadap Darren. Matanya membelalak melihat jarak yang sangat tipis diantara mereka. Wajah Darren sangat dekat membuatnya gugup sendiri.

"Lo munduran dikit bisa nggak?" pinta Athalia dengan kedua tangannya yang sudah memegang erat ujung meja dapur menahan bobot tubuhnya yang terus bergerak ke belakang. Athalia benar-benar tidak bisa bergerak karena tubuhnya terhimpit dengan tubuh tinggi Darren dan tempat mencuci piring. Bahkan pinggang bawah Athalia sudah sepenuhnya bersandar pada pencuci piring itu.

Darren menggeleng. "Bisa, tapi nggak mau."

"Darren-"

Athalia terkesiap ketika laki-laki itu justru semakin menghimpit tubuhnya. Bahkan kini ia bisa merasakan sentuhan tangan laki-laki itu diatas tangannya.

HELLO, MR.EX! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang