DONE

8.9K 323 125
                                    

TW//⚠️
mentions rape, blood
Happy Reading
🥀🥀🥀
*****

Agatha berjalan menyusuri setiap ruangan di dalam club malam ini. Athalia tidak mungkin berada di tempat yang mudah ditemukan. Dia pasti berada di tempat yang tak terlihat dan tidak mudah diakses orang awam.

"Gimana? Udah ketemu?"

Suara Darren yang terdengar dari earphone wireless itu membuat Agatha sedikit terkejut. "Belum," jawabnya pelan.

Setelah menjawab itu, mata Agatha tertuju ke sebuah ruangan yang terdapat di ujung lorong. Ia berjalan ke arah sana tanpa dugaan apapun. Dari luar terlihat seperti gudang biasa menurutnya. Tapi, tidak ada salahnya dia memeriksa.

Agatha membuka pintu gudang itu dan masuk ke dalam. Ruangan ini sangat gelap. Tidak ada lampu yang menyala sama sekali. Agatha pun mengeluarkan ponselnya dan menyalakan flashlight sebagai sumber penerangannya.

Ia mengarahkan ponselnya yang mengeluarkan cahaya itu ke sekelilingnya di mana hanya terdapat barang-barang yang nampaknya sudah tidak terpakai, namun matanya seketika terpaku kala dia melihat sebuah pintu di dalam ruangan gelap ini.

Agatha mendekat dan mencoba membukanya, tapi tidak berhasil terbuka. Pintu itu terbuat dari besi yang tidak bisa ia buka sendiri dengan tangan kosong. Anehnya, pintu ini tidak ada pegangannya yang bisa ia tarik.

"Pintu apaan sih? Masa gak ada pegangannya?" protes Agatha sembari mencoba membukanya lewat pinggiran celah pintu, namun usahanya itu berujung sia-sia. Pintu itu memang tertutup rapat meskipun terdapat celah-celahnya.

Agatha menghela napas beratnya, menyerah membuka pintu besi itu. Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri mencoba mencari alat untuk membuka pintu ini. Biasanya di gudang seperti ini ada alat-alat seperti linggis dan kawan-kawan.

Sebenarnya Agatha bisa saja pergi meninggalkan pintu ini dan lanjut mencari Athalia, tapi menurutnya hal ini sangat mencurigakan. Untuk apa ada pintu besi seperti ini di dalam sebuah gudang yang tak terpakai?

Saat dia sibuk mencari alat yang sekiranya dapat membantunya untuk membuka pintu, terdengar sebuah suara yang membuatnya seketika menghentikan kegiatannya.

Ia menoleh ke arah pintu di mana ia baru saja mendengar suara itu. Kakinya kembali mendekat ke arah pintu tersebut dan seketika matanya melebar dengan terkejut kala ternyata pintu itu kini terbuka.

Tanpa berpikir, Agatha masuk ke dalam dengan pintu yang tidak ia tutup rapat. Siapa tahu dia butuh bantuan dari Darren juga Atlas. Kini dia dapat melihat pegangan pintu. Agatha kini mengerti bahwa pintu ini hanya bisa terbuka dari dalam. Itu sebabnya tidak ada pegangan pintu dari depan.

Ia berjalan menuruni tangga ke bawah dengan hati-hati. Ia bahkan berjalan pelan agar sepatu hak tinggi yang ia kenakan tidak menimbulkan suara sama sekali di lantai yang hanya beralaskan semen ini.

Sampai di bawah, matanya membulat terkejut melihat seorang laki-laki dengan rambut yang diikat sedang berusaha berdiri dengan bertumpu pada tembok.

"Arghhh..."

Mata mereka bertemu, namun Agatha tidak takut sama sekali. Laki-Laki itu terlihat kesakitan membuat Agatha yakin bahwa laki-laki itu masih bisa ia lawan.

"Bu Agatha?"

Agatha terdiam. Tangannya yang sudah berancang-ancang mengambil botol kecil di dalam tasnya itu seketika terhenti. Ah, dia pasti tahu bahwa dirinya adalah anak dari James. Pantas dia bersikap sopan.

HELLO, MR.EX! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang