AFFECTION

10.9K 328 5
                                    

Happy Reading
💖💖💖
*****

Adeline duduk sendiri di sofa ruang keluarganya dengan gelisah. Clara sudah pamit sedari tadi karena tidak bisa pulang terlalu malam. Jarum jam hampir menunjukkan waktu pukul 8 malam dan Darren belum juga datang.

Adeline begitu khawatir karena sedari tadi Athalia tidur dengan tidak tenang. Gadis dengan tubuh yang sudah penuh akan keringat itu terbangun beberapa kali dengan suhu panas yang tak kunjung mereda. Obat sudah ia minum, namun seperti tidak berpengaruh apa-apa pada tubuhnya.

Wanita berumur itu bangkit begitu mendengar suara pintu terbuka. Kakinya melangkah dengan terburu-buru menghampiri seseorang yang membuka pintu. Ia sangat berharap bahwa itu adalah anaknya.

Helaan napas panjang yang terdengar begitu lepas itu lolos dari mulut Adeline melihat anaknya datang. Dadanya langsung plong, lega karena anaknya datang. Adeline tahu Athalia sangat ingin bertemu anaknya ini.

"Ma," sapa Darren.

"Kamu kok lama sih? Athalia itu nungguin kamu dari tadi!"

Darren mengernyitkan dahinya. "Gak tidur?"

Adeline menuntun anaknya menuju tanggam "Tidur, tapi gak tenang. Kebangun berkali-kali. Suhu panasnya juga gak turun. Stuck di 40 derajat."

"40, Ma?" tanyanya terkejut.

Adeline mengangguk. "Makanya, buruan sana. Lagian, kerjaan kamu itu gak bisa apa ditinggal?"

Darren tidak menjawab. Dia memilih untuk langsung melangkahkan kakinya menuju kamar gadis nakal dan keras kepalanya. "Darren naik dulu."

"Iya, naik sana. Samperin dia."

Perasaan Darren selama bekerja pun tidak tenang dan sangat gelisah. Hari ini penuh akan rapat dengan orang-orang penting yang akan bekerja sama dengannya untuk proyek-proyek nanti dan setelah mendengar kabar gadisnya sakit, pikirannya seolah tidak berfungsi. Apalagi mendengar suara tangisnya dari telepon rasanya ia ingin langsung terbang saja.

Selama rapat, pikirannya hanya terfokus pada Athalia sampai-sampai sekretarisnya harus menyadarkannya beberapa kali saat rapat agar dia kembali menaruh perhatiannya pada rapat.

Jika saja kali ini rapatnya bisa ia serahkan kepada Clarissa, ia akan meninggalkan ruang rapat saat itu juga. Sayangnya tidak bisa.

CEKLEK

Setelah menutup pintu, laki-laki berkemeja putih dengan lengan yang digulung sebatas sikut itu mendekati Athalia yang tengah tertidur di ranjang dengan tubuhnya yang ditutupi selimut. Ia melepaskan sepatunya sebelum duduk di sisi gadisnya. Ia bisa melihat wajahnya yang pucat itu dipenuhi dengan bulir-bulir keringat.

"Shit," umpatnya melihat keadaan Athalia yang jelas tidak baik-baik saja. Bagaimana bisa Athalia memaksakkan diri untuk bekerja tadi?

Meskipun kesal, Darren tidak akan menegur gadisnya lagi. Sudah cukup sekali ia menegur Athalia tadi. Tangannya terangkat mengelus dahi gadisnya yang mengkerut membentuk tiga gelombang.

"Sssttt..." desis Darren berusaha membuat Athalia kembali tenang dan tak terbangun. Namun, usahanya itu sia-sia kala mata itu perlahan terbuka.

Athalia mengerjapkan matanya berusaha memfokuskan pandangannya yang mengabur. Merasakan elusan di kepalanya, Athalia menoleh dan menemukan Darren duduk di sampingnya.

"Hey..." sapa Darren kelewat lembut masih setia mengelus kepala gadisnya.

Athalia hanya menandang wajah kekasihnya dalam. Seolah dia tidak percaya kekasihnya kini ada di dekatnya.

HELLO, MR.EX! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang