THE USB

8.7K 255 50
                                    

Happy Reading
🕊🕊🕊
*****

Atlas memeluk Agatha yang masih diam sedari tadi. Gadis itu tidak bersuara setelah menceritakan apa yang dia lihat di rumah ayahnya sambil menangis tersedu-sedu padanya tadi. Atlas yakin Agatha pasti sangat terkejut dengan kematian Ricky. Tangannya dengan pelan mengusap punggung Agatha dibalik kaos putih tipis yang wanita itu kenakan. Agatha menyerukkan wajahnya di ceruk leher kekasihnya.

"Calm down..."

Agatha mendesah berat sambil menggeleng pelan. "Gak bisa. Kebayang-bayang terus, Atlas. The fucking blood was all over the floor. "

"Want me to make you forget? I can make you."

Seolah paham isi otak kotor laki-laki di depannya, Agatha justru menjauh darinya dan malah memunggungi laki-laki itu. "Ck! Jerk, I'm being dead serious right now."

Atlas terkekeh kecil dan mendekati Agatha. Ia menopang tubuhnya dengan sikutnya dan tangan satunya mengelus perut Agatha dari belakang. "Sorry, I was just kidding. Terus Ricky gimana?"

"Udah dibawa sama anak buahnya Papa. Gak tau ke mana. Cuma pasti gak mungkin dikubur di tempat yang layak. Ini korban pembunuhan Papa. Kasian Ricky..."

Ricky adalah laki-laki yang baik juga setia pada pekerjaannya. Agatha jadi merasa bersalah karena memberikan ide ini dari awal. Harusnya mereka menjalankan rencana awal saja.

Atlas menarik Agatha agar berbalik menghadapnya. Jarinya mengelus kecil dagu  Agatha. "It's not your fault. Don't think like that. Aku yakin dia juga udah tau konsekuensi dari ikut rencana ini."

"Tetep aja. Kalau dari awal aku gak ngasih idenya, Ricky gak akan berakhir kayak gini."

Agatha sungguh merasa bersalah. "Daripad sedih, mending kamu kasih tau Darren juga soal ini."

Tiba-tiba teringat sesuatu, Agatha langsung bangkit dari posisi rebahnya. Ia berjalan tergesa menuju tas yang ia letakkan di kursi dekat meja rias. Laki-Laki yang menenangkannya sedari tadi pun ikut turun dari ranjang dan menghampiri Agatha.

"Kenapa?"

Agatha mendesah berat tidak menemukan apa yang ia cari di tasnya. Ia mengacak rambutnya bingung. "Shit! Ke mana, ya?"

"Apa? Kamu cari apa?" tanya Atlas ikut bingung.

"Itu lho...USB kecil. Aku nemu di lantai deket kaki meja. USB-nya warna hitam. Kamu liat gak?" tanya Agatha panik.

Saat anak buah ayahnya sedang mengurus tubuh Ricky yang sudah tak berbentuk dan berdarah-darah itu, Agatha hanya bisa diam di pojokan. Kakinya seolah lemas dan tidak dapat membuatnya bergerak. Di saat itu, barulah dia matanya menangkap benda hitam kecil di dekat kaki meja. Ia mengambilnya dan kini ia lupa ia letakkan di mana. Seingatnya ada di tas, tapi entah ke mana benda itu sekarang.

"Enggak."

Agatha berdecak sebal. Dia diam sejenak sambil menutup matanya mencoba mengingat. "Di saku jeans kamu gak? Atau di saku blazer kamu? Kan, tadi kamu pake itu-"

"BENER!"

Agatha langsung berjalan masuk ke dalam kamar mandi dan mengambil jeans juga blazer hitam yang tadi ia kenakan. Dengan tak sabar, ia mencari-cari USB itu di saku kedua pakaian itu dan rasanya bagai menemukan harta karun ketika ia menemukannya di saku blazer.

Atlas mendesah panjang sambil menyandarkan bahunya ke ambang pintu. "Kan, makanya apa-apa itu gak usah panik. Cari dulu."

Agatha tersenyum lebar dan langsung menabrakkan tubuhnya pada Atlas.

HELLO, MR.EX! (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang