Chapter 2.3 - Trouble Makers

185 45 92
                                    

Tengah hari begini, lelaki yang sempat menjadi bahan candaan tadi pagi tiba-tiba muncul. Rambutnya lebih panjang meski dengan tatanan yang sama, terjurai bebas di belakang bahu. Poni panjang masih setia menutupi bagian kiri wajah. Meski tinggi Excelsis sekitar 168 cm, ia tetap tenggelam ketika harus berdampingan dengannya yang berdiri seperti menara mercusuar. 

Schifar melirik pada senior mereka. Wajahnya tetap menghadap Excelsis dan bertanya lembut, "Dia mengganggumu?"

"Heh. Kau rabun? Dasiku yang hampir robek, dan aku yang menjadi pengganggunya. Kesimpulan yang luar biasa." Pemilik tiga garis cyan di depan mereka memutar bola mata sambil menarik ujung bibir. Sinis.

"Exis ...?" Bukan hanya suaranya yang lembut dan bersahabat, tetapi sorot mata Schifar juga menjadi sangat teduh bila berhadapan dengan Excelsis. Sebaliknya, ia tidak akan berpikir dua kali untuk menghadiahi orang yang tidak disukai dengan tatapan tajam dan fokus, persis binatang buas yang bersiap menerkam dan mencabik-cabik mereka.

Banyak rahasianya yang tidak diketahui Excelsis dan Lysandra. Terutama pekerjaan sampingan sebagai pemburu hadiah dengan berbagai klien, mulai dari perkara mudah hingga kotor yang melibatkan pembunuhan. Jenis terakhir, ia hanya menerima perintah untuk membunuh para Vyraswulf Hitam yang telah berubah menjadi serigala hitam permanen setelah melewati purnama ke-13.

Ia satu-satunya lawan jenis—jika orang tua laki-laki tidak dimasukkan dalam hitungan—yang bisa dengan leluasa berdekatan dengan Excelsis. Peran yang dimainkan dalam grup kecil mereka adalah sebagai seksi logistik, terutama mentraktir dua anak perempuan yang keuangannya sering sekarat di tengah bulan demi memenuhi kebutuhan jiwa remaja mereka.

Orang tua para perempuan kaya ini, tidak sudi menyumpal dompet atau akun bank mereka dengan seri uang berjilid-jilid sebagai salah satu didikan supaya mereka bijaksana dalam mengelola keuangan sejak dini. Namun, dua siswi yang beranjak dewasa ini, selalu gagal mengontrol jiwa rakusnya untuk mengoleksi segala sesuatu yang dipandang indah oleh mata mereka yang selalu lapar.

Ketebalan kantong Schifar selalu menjadi salah satu bahan diskusi Excelsis dan Lysandra. Ia tidak pernah mengeluh kekurangan uang meski setiap hari selalu membeli deep blue cheese sebanyak tiga bungkusan. Artinya, dalam satu minggu ia harus menghabiskan sebesar 210 Chron, padahal rata-rata uang jajan yang dijatahkan kepada para siswa sebesar 90-110 Chron per minggu.

Ia sendiri bukan penggila keju seperti Excelsis dan Lysandra. Jatahnya sering ditandaskan oleh dua gadis pemilik lubang hitam di perut mereka. Rasa favoritnya hanya berkutat pada manis dan pedas. Manis dan sentuhan pahit pada kopi dan pedas dari berbagai varian saus yang terbuat dari keluarga cabai dan lada.

"Lupakan untuk makan deepcy hari ini."

Excelsis menoleh pada Schifar yang memasang muka serius. "Kenapa?" Dirinya butuh alasan kuat mengapa tidak bisa mencicipi deepcy—sebutan kesayangan deep blue cheese—hari ini.

"Lihat di ujung sana." Schifar menunjuk dengan sentakan dagunya.

Mata Excelsis bergeser dan membentur sekumpulan siswa yang berkumpul di pintu kantin, sibuk menonton atau malah merekam mereka.

"Sudah lihat gerombolan meerkat itu?" Schifar menyamakan para siswa yang selalu ingin tahu dengan sejenis musang yang hidup di gurun atau area yang masih berumput. Ciri khas dari makhluk berpenampilan lucu dan menggemaskan ini adalah kegemarannya berdiri dengan dua tungkai belakang untuk mengawasi sekitar mereka.

Sang senior ikut menoleh ke arah penonton mereka. "Meerkat ... julukannya cocok untuk makhluk-makhluk yang selalu ingin tahu seperti mereka," celetuknya sambil ditutup anggukan setuju. Meski sudah memberi reaksi yang bagus. Baik Schifar maupun Excelsis menganggap lalu kehadirannya.

Virmaid: ARC I - The Beginning [FINAL REVISION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang