Makhluk berbulu yang ditunggangi Lysandra kembali memasuki hutan setelah menurunkannya di dekat mobil yang terparkir di tepi hutan. Bias biru menyala terang dari balik pohon sebelum padam. Schifar sudah kembali ke wujud semula dan kembali menghadapi masalah yang sama—telanjang dan kedinginan.
Dari jarak sejauh ini pun, ia bisa mendengar ocehan Lysandra.
"Hei, Wolfy! Bukankah kau sudah diminta Schifar untuk jadi pelayanku, kenapa kau pergi sebelum kusuruh, hah!"
"Dasar tidak tahu terima kasih!" sungutnya kesal. "Bisa-bisanya dia menganggapku pelayan! REGULUS!"
Lysandra kembali mengalami brain freeze. "Argh! Kenapa kepalaku sakit lagi!"
"Siapa yang kau panggil pelayan, hah?"
"Gondrong? Ini benar kau?"
"Memangnya siapa lagi?"
"Kau di mana? Cepatlah datang ke sini, Si Wolfy tidak bertanggung jawab sama sekali! Masa dia main pergi begitu saja, bagaimana bila ada yang menculikku? Didikanmu parah sekali, sih!"
"Wolfy?"
"Iya, ajari dia sopan santun. Kalau tidak bisa, berikan padaku nanti kudidik jadi anjing lembut dan tahu etika seperti Shun Shun."
Schifar mencengkeram dahan pohon yang melintang di depan wajah dan diremas hingga patah. Siapa yang tidak akan kesal bila wujud serigala gagahnya disamakan dengan anjing Maltese gembul peliharaan gadis kontet di ujung sana. "Harusnya kubiarkan saja kau jadi budak Merphanon selamanya!" gerutunya sepenuh hati.
Lysandra menoleh ke arah suara derakan dahan yang dipatahkan Schifar. "Gon—Schifar, Schifar! Kau masih bisa mendengarku? Cepatlah datang atau kirim Si Wolfy ke sini! Ada sesuatu datang mendekat!"
"Gonggongi saja, siapa tahu dia takut dan pergi."
"Kau bicara apa, sih? Cepatlah datang!"
Schifar mengucapkan kata 'Regulus' untuk mengakhiri sambungan telepatinya, membuat Lysandra mengoceh tanpa henti dan berakhir meniru segala jenis gonggongan anjing yang ia tahu.
***
Schifar mengambil jalan memutar dan menyelinap di belakang Lysandra yang masih sibuk meniru suara gonggongan anjing. Ia berlutut sambil menyentuh lubang kunci bagasi belakang mobil dan berbisik, "Aperta."
Aperta adalah perintah sederhana untuk membuka sesuatu yang sudah pernah ditorehkan mantra sebelumnya. Pintu bagasi terbuka dan Schifar sibuk mengobrak-abrik isinya, berharap bisa menemukan sepotong pakaian.
Lysandra sudah menyerah berprofesi sebagai anjing dan mendekam di atas kap mesin mobil sambil harap-harap cemas tidak ada yang mendatanginya. Kondisi gelap dan ketiadaan Schifar sudah menghadirkan bulir bening yang bercucuran.
Schifar beruntung menemukan selembar kemeja putih bekas pakai dan celana kulit hitam yang masih terkemas rapi. Parfum favorit Gunther masih menguar harum dari kemeja yang pasti akan sangat longgar di tubuhnya, tapi masih lebih baik daripada bertelanjang dada dan mengorbitkan pikiran Lysandra ke dunia lain.
Keberuntungannya ditutup dengan penemuan sepatu bot hitam mengilap yang teronggok sepi di pojokan terdalam bagasi. "Heh! Celana dan sepatu ini kuanggap hadiah karena kau meletakkan barangmu di mobilku, Maniak Tua. Seleramu memang bagus, tapi bahan kulit bukan favoritku." Schifar memakai semua barang temuan lalu merogoh sesuatu yang menempel di bawah pintu bagasi—kunci mobil cadangan.
"Schifar ... kau di mana, sih? Kenapa belum datang juga ...." Lysandra memeluk lutut sambil membenamkan kepalanya.
Pintu mobil berdebam dan lampu kekuningan di atas kepala Schifar menyala. Bantingan pintu sempat mengguncang mobil hingga Lysandra menoleh. "Gon ... drong ...?" Tangannya segera menyeka jejak air mata hingga tidak berbekas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Virmaid: ARC I - The Beginning [FINAL REVISION]
Fantasy[Pemenang Wattys 2022 Kategori Fantasi] [Reading List WIA Periode ke-2] Kehidupan Trio SEL (Schifar, Excelsis, Lysandra) berubah drastis setelah mereka menjadi magnet dari segala kejadian-kejadian di luar nalar, terutama Lysandra, gadis keras kepala...