Sekali lagi Quentine merapal mantra penerangnya. "Lumicus!" Sesaat setelah sekeliling menjadi terang, Maeveen menjadi orang pertama yang dilihatnya dalam keadaan penuh cipratan darah di sekujur tubuh.
"Jangan sekali-kali menyentuh istriku dengan tangan kotor kalian!" Maeveen membuang potongan tangan dari salah Ophianid yang menahan Aithne dan merangkulnya. "Ai, kau baik-baik saja?"
Hanya dengan melihat potongan-potongan tubuh dua Ophianid yang terpencar di beberapa tempat, Quentine sudah mendapatkan gambaran jelas mengenai kondisi para Ophianid lain yang diburu Maeveen. Sungguh mengerikan membiarkan seorang Vampire mengamuk. Sebaik apa pun para Merx, hasil akhirnya selalu berakhir mengenaskan.
"Bisa jelaskan apa yang terjadi selama aku pergi?"
"Itzaso. Dia muncul," balas Aithne sambil menyeka cipratan darah di wajah Maeveen.
"Aithne, bisakah kau melacak keberadaan Hazel?" pinta Quentine dengan suara bergetar. Buku-buku tangan yang terkepal erat sampai memutih. Perasaannya tersorot jelas dari kilasan marah bercampur kekhawatiran di matanya. Marah terhadap Itzaso yang menyandera Myristica—juga terhadap Lysandra—dan khawatir putrinya tidak sadar dengan bahaya yang mengintai.
Aithne segera menghadapkan wajah pada Maeveen dan berbisik, "Gunakan sonarmu. Jujur saja aku kesulitan mengendus sentira siapa pun di hutan ini."
"Hm." Maeveen mengangguk. "Sumpal telinga kalian," ucapnya sebelum mengudara dan mengeluarkan gelombang ultrasonik ke empat penjuru mata angin. Semenit kemudian, ia mendarat sambil membawa berita mengenai enak titik yang mencurigakan. "Ada pergerakan tidak wajar dari arah utara."
Pencarian melalui udara tentu lebih efisien daripada harus berjalan kaki dan menghadapi rintangan yang mungkin datang menghadang. Quentine memanggil Svelatrix dan membiarkannya menelan satu kelereng arwah. "Svel, pinjamkan tiga permadanimu."
Svelatrix mengangguk dan melepas tiga helai bulu yang bertengger di puncak telinganya. Hiasan bulu tersebut merupakan bagian dari pelindung kepala. Sesaat setelah disusupi aura merah, helain-helaian bulu tersebut membesar hingga sanggup mengangkut tiga orang dewasa.
***
Akibat serangan Cervius, rombongan Wyfrien terpencar-pencar. Dua bersaudara Myers sibuk berlari menyelamatkan diri sambil melindungi tiga perempuan yang mereka kawal hingga memasuki kawasan berkabut minim oksigen.
Sungguh sial, berlari kesetanan menghindari gempuran bola-bola petir—yang entah datang dari mana—masalah baru langsung datang. Mereka kesulitan bernapas ketika oksigen sangat dibutuhkan sebanyak-banyaknya.
Gale sudah lama tumbang karena kelelahan. Zev terduduk lemas sambil bersandar pada sebatang pohon. Ia juga di ambang kehilangan kesadaran. Lysandra sampai harus digendong oleh Wyfrien karena tidak suka Excelsis memaksakan diri. Sebelum hujan bola petir, gadis yang dianggapnya sebagai biang masalah dari sejak pertemuan pertama mereka, memang masih berjalan sendiri. Namun, suara ledakan membuatnya panik dan berlari tanpa arah hingga tersangkut akar pohon dan terkilir.
"Hei, walau—walau ... aku tidak, aku tidak—suka, suka ... padamu ... terima ka—kasih. To—long jaga ... ja—ga EG un ... tuk ... ku ...." Lysandra tidak mampu mempertahankan kesadaran yang perlahan menjauh dan hilang.
"Apa yang harus kita lakukan?" Dada Excelsis sesak dan pandangannya mulai kabur.
Wyfrien mengedarkan pandangan ke sekeliling untuk memeriksa keamanan lokasi mereka. Ia tidak tahu sampai kapan rombongan mereka akan bertahan sebelum menjadi onggokan mayat yang mati kehabisan oksigen. "Tunggu di sini." Lysandra diturunkan dan disandarkan di pohon, tepat di samping Zev. Tidak lama ia mendongak dan meminta Excelsis mendampinginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Virmaid: ARC I - The Beginning [FINAL REVISION]
Fantasia[Pemenang Wattys 2022 Kategori Fantasi] [Reading List WIA Periode ke-2] Kehidupan Trio SEL (Schifar, Excelsis, Lysandra) berubah drastis setelah mereka menjadi magnet dari segala kejadian-kejadian di luar nalar, terutama Lysandra, gadis keras kepala...