(SISIPAN) Seashore

222 32 16
                                    

Pantai Lumicola, Laneford Laguna, Arlukha. Masa kini.

Senyum bulan sabit sudah lama merekah memperhatikan sekumpulan pemuda yang melarikan diri dari kepenatan ibu kota untuk bersantai di tepi pantai. Mereka cukup berjalan kaki dari hotel untuk sampai ke salah satu lokasi wisata di distrik terpencil ini. Titik-titik cahaya yang sesekali berkilat-kilat terpantul pada permukaan laut yang cukup tenang.

"Selesai." Seorang bartender menyodorkan dua gelas cairan berwarna biru dengan hiasan irisan lemon di tepinya pada tamu wanita yang segera berlalu setelah memberi tips tambahan.

"Dan, tidak punya rencana untuk pindah ke kota? Aku bisa minta Andy untuk merekrutmu," tanya Clayton, pemuda tampan yang duduk di bangku sebelah kiri.

Sesekali cairan kekuningan dari sekaleng bir diteguk dan kembali digenggam erat seperti memperlakukan barang berharga bernilai tinggi. Ia masih tidak mengerti dengan pilihan si bartender si bartender yang memilih menghabiskan waktu sepuluh tahun di salah satu kota dari provinsi Arlukha yang minim tempat wisata.

Dan—atau lengkapnya, Daniel—hanya menyunggingkan senyum tipis sebelum merespon pria yang menatap serius padanya. "Sama sekali tidak, tempat ini luar biasa."

"Seperti?" Brad yang sedari tadi sibuk dengan ponsel akhirnya menerjunkan diri dalam percakapan dua sahabat yang sudah saling kenal sejak mereka masih duduk di sekolah dasar.

Brad dan empat kawannya yang lain sering mengunjungi kota kelahiran Clayton sejak tiga tahun terakhir untuk berlibur. Pantai Lumicola yang terletak paling selatan, menjadi tujuan utama untuk melakoni hobi berselancar mereka. Kesamaan hobilah yang mempertemukan mereka dalam sebuah grup sosial media. Setelah mencoba berbagai pantai yang tersebar di benua mereka tinggal, Benua Amaria, semuanya sepakat bahwa Pantai Lumicola adalah tempat terbaik yang bisa ditawarkan oleh alam.

Meski arus dan gelombang di kawasan ini sulit diprediksi, keberadaan Daniel membuat segalanya menjadi sedikit lebih mudah. Ia bukan seorang pawang laut, tapi karena kecintaan pada tanah kelahiran dan sifat yang senang mengamati segala sesuatu, sangat membantunya untuk memahami karakter arus dan gelombang dari pantai yang menghadap samudra tersebut.

"Malam ini kalian akan menyaksikannya sendiri." Sudut mulut Daniel terangkat, memancing rasa penasaran dari dua tamunya.

"Mungkin sedikit petunjuk bisa menyelamatkan hidupku?" Senyum khas Brad yang tampak seperti seringai tak tulus kembali muncul ke permukaan. Bila tidak ada yang tahu bagaimana sifat aslinya, manusia satu ini memang terlihat seperti sosok yang tidak menyenangkan untuk dijadikan teman. Namun, ia tidaklah seburuk ungkapan 'seperti menghadapi tuan muda dari keluarga kaya raya yang angkuh dan dimanjakan sejak lahir'.

Clayton melirik Brad. Gurauan lelaki berbibir tipis itu sama sekali tidak terdengar lucu. Untuk sesaat ia merasa tidak nyaman, seperti ada sesuatu dalam diri yang mencoba memberi peringatan akan nasib buruk yang bisa saja datang menimpa Namun, dengan cepat ia menepis firasat yang meremangkan bulu kuduk.

"Hei, kenapa menatapku dengan penuh cinta begitu? Lupakanlah aku, Sayang." Brad menepuk bahu kawannya sambil menggoyang-goyangkan jari manis yang tersemat cincin perak bermata intan, menandakan ia telah bertunangan.

Gurauan kedua sungguh sangat pantas diberi apresiasi berupa lesatan tinju di pipi yang bersemu merah akibat pengaruh alkohol. Sadar atau tidak, ia tengah mengolok Clayton sebagai pria tidak laku. Bagaimana bisa ia lupa bila si calon istri dalam dua bulan ke depan adalah wanita yang ditelikung darinya.

Daniel menunjuk empat orang yang tengah mengelilingi api unggun di tepi pantai dan meminta dua temannya tidak beranjak sebelum ia kembali. Dengan kata lain menitipkan pondokan kecil tempatnya melayani para turis kepada mereka.

Virmaid: ARC I - The Beginning [FINAL REVISION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang