Cervius terkapar di dasar hutan. Ukuran tubuhnya sudah kembali normal. Api di sekujur Svelatrix telah padam setelah berhenti mendapatkan asupan energi dari Quentine yang tak sadarkan diri. Ia turun perlahan-lahan sampai ke jarak yang aman untuk melepas pria itu dari cengkeraman cakar elangnya. Setelah itu, ia kembali ke wujud manusia setengah burung.
Myristica hendak menghampiri suaminya, tapi dicegah oleh Maeveen. "Biar kuperiksa."
"Terima kasih." Myristica beralih memeriksa Cervius.
Aithne mendekati Maeveen. "Bagaimana dia?"
"Lemah. Kondisinya mengkhawatirkan."
"Apa yang harus kita lakukan?" Aithne bersedekap.
"Aku tidak membawa perlengkapanku. Kita harus segera membawanya ke rumah sakit." Maeveen memutar kepala sambil menengadah untuk bertanya pada Svelatrix, "Harpy, apakah kau masih bisa terbang jauh?"
"Maaf, kurasa energiku tidak cukup untuk itu."
"Baiklah. Aithne, kau urus yang lain." Maeveen mengangkat Quentine dan diletakkan di bahunya dan bersiap mengudara.
"Maaf, aku tidak bisa membantu lagi. Menyembuhkan adalah tugas Cervius." Svelatrix kembali ke wujud bola merah dan merasuk kembali dalam tubuh Quentine.
"Dia akan berguna kalau dia sadar." Aithne melirik Cervius yang masih belum bergerak.
"Tunggu. Myristica mengeluarkan botol kecil yang selama ini mengalungi lehernya. "Tolong baringkan dia."
Meski bingung, Maeveen tetap menurut dan membiarkan Myristica menyandarkan kepala Quentine di pangkuannya.
"Aku tidak menyangka akan menjadi seperti ini." Ia memanggil si Animus Rǜę dengan tujuan untuk menyembuh grupnya jika ada yang cedera. Namun, entah mengapa Cervius justru bertindak di luar kebiasaan. Makhluk itu tidak pernah menyerang membabi buta seperti tadi, semarah apa pun dia. Tetes air mata Myristica tidak terbendung lagi. Ia menarik rantai perak yang mengalungi lehernya hingga botol kaca kecil berisi cairan ungu menjuntai. Setelah membuka sumbat botol, ia menuangkan seluruh isinya ke mulut Quentine.
"Myristica, apa pun yang sedang kau lakukan sekarang, tolong cepatlah." Aithne menangkap suara mencurigakan sedang mendekati mereka. "Kita harus segera menyingkir dari sini."
"Benar," timpal Maeveen. Ia sangat ingin menyudahi penyelidikan mereka yang hampir berada di ujung petaka.
Quentine masih belum sadar dan tubuh Cervius semakin transparan. Melihat kondisi mereka, semakin membuat Myristica kalut. "Aithne, Maeveen ... aku minta maaf karena justru menyusahkan kalian, tapi bisakah aku meminta bantuan kalian?"
"Katakan," balas Aithne cepat.
"Lindungi kami."
"Walaupun merepotkan, itulah yang akan kami lakukan," sambung Maeveen.
"Terima kasih, sekarang aku bisa tenang." Myristica tersenyum miris lalu menghampiri Cervius dan menyentuhnya sambil berbisik, "Ka ... Ra."
Seluruh tubuh Cervius diselubungi cahaya putih berintensitas rendah. Seolah menyerap cahaya tersebut, tubuhnya menyala kebiruan dan kembali memiliki tubuh yang padat. Ia mengangkat kepala sambil menatap Myristica dengan mata bohlamnya. Setelah cukup kuat, ia bangkit dan menundukkan kepala pada Myristica.
"Kau baru tunduk pada istriku setelah hampir musnah, hah? Suatu hari akan kupatahkan tandukmu supaya kau tahu diri, Cervius!" gerutu seseorang di belakang Myristica.
Myristica menoleh dan melihat Quentine berdiri sambil memegangi bahunya. "Kau sudah sadar?"
"Tentu saja. Siapa yang rela kehilangan ramuan semanis madu buatanmu." Quentine memuji keahlian sang istri dalam membuat ramuan dari tumbuh-tumbuhan di Dunia Tengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Virmaid: ARC I - The Beginning [FINAL REVISION]
Fantasy[Pemenang Wattys 2022 Kategori Fantasi] [Reading List WIA Periode ke-2] Kehidupan Trio SEL (Schifar, Excelsis, Lysandra) berubah drastis setelah mereka menjadi magnet dari segala kejadian-kejadian di luar nalar, terutama Lysandra, gadis keras kepala...