Chapter 2.6 - No One Knows If ...

106 39 32
                                    

Keheningan melanda setelah Suster May sibuk memeriksa foto rontgen yang diambil setelah Excelsis siuman. Schifar memilih keluar untuk menghirup udara segar. Ia tidak suka terlalu lama berada dalam ruangan tertutup yang membuatnya seperti terperangkap. Aroma parfum yang terlalu kuat juga menyumbang pening di kepala.

Bayangan Excelsis menaungi Suster May yang tengah membuat beberapa catatan singkat di agenda pribadinya. "Suster May, Schifar di mana?"

"Di depan. Ada yang kau butuhkan?"

"Tidak. Aku bosan, apa aku sudah bisa pulang?"

Sebagai seorang perempuan yang selalu ingin terlihat sempurna setiap saat, ia mengerti bila Excelsis ingin segera melempar seragam yang penuh noda dan berbau muntahannya sendiri ke mesin cuci. Satu lagi, pesing.

"Ya," balasnya sambil meletakkan pulpen dan berdiri. Ia bisa menerawang warna pakaian dalam Excelsis di balik kaos putih yang dipinjamkan padanya.

Excelsis bersumpah melihat senyum jahil seorang pria mata keranjang dan makin ingin memeluk tubuhnya sendiri saat Suster May berhenti dan berbisik, "Kau bisa menggunakan mantelku, atau kau lebih suka aku memaksa Schifar membuka jas dan memberikannya padamu?"

"Eh?"

"Tunggu di sini." Suster May tersenyum tipis lalu melenggang keluar dari pintu yang setengah terbuka.

Sudut menit dan detik masih sangat tajam sewaktu telinga Excelsis diterjang keributan dari luar, terutama suara Schifar yang bersungut-sungut, "Kalau ingin jas, akan kuberikan—tidak perlu sampai ingin menelanjangiku!"

Pintu klinik terbuka lagi, Suster May menyelinap masuk dan dengan sigap menutupnya kembali, seolah menghadang niat Schifar yang ingin masuk. "Lama menunggu?" tanyanya sambil mengulurkan jas sekolah hasil rampokan.

Excelsis masih belum bisa mencerna semua kejadian. Ia hanya menatap bingung pada sehelai kain tebal berwarna biru gelap tersebut.

"Kenapa?" Suster May mengira Excelsis enggan karena tidak suka dengan bau keringat yang mungkin menempel di jas. Untuk membuktikan, ia mengendus-endus dan menggumam pelan, 

"Wangi maskulin."

Wangi maskulin?

Excelsis semakin bingung dengan istilah Suster May. Ditambah wajahnya semakin aneh dengan pipi memerah dan mata menerawang, persis seseorang yang tengah ... kecanduan. Reaksinya mirip dengan kucing menghirup catnip.

Sesungguhnya reaksi Suster May normal, mengingat sedikit banyak sentira Schifar mirip dengan Gunther. Jadi, wajar bila pikiran dan hatinya langsung terbang pada pria yang tidak ditemui selama dua bulan terakhir.

Apakah sentira seseorang bisa menjadi candu?

Penasaran yang sanggup membunuh kucing, menggerakkan Excelsis untuk ikut mengendus ujung jas Schifar, bertepatan dengan pintu terbuka.

"Exis ...?"

Tertangkap basah melakukan hal aneh oleh Schifar? Excelsi ingin mengubur kepalanya sekarang juga. Ia gelagapan, berusaha membentuk kalimat yang bisa dimengerti, tapi yang keluar hanya suara berisik persis ocehan bayi dalam tubuh remaja.

Pintu yang terbuka lebar di belakang Schifar adalah tiket yang diperlukan. Tidak heran Schifar merasa ada angin lewat di sampingnya dan sosok Excelsis sudah raib.

"Exis! Kenapa kau lari?" teriak Schifar sembari buru-buru mengejar.

Arrrgh ...! Jangan kejar! Aku harus menghadiri pemakamanku!

Virmaid: ARC I - The Beginning [FINAL REVISION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang