Chapter 12.1 - Another Revelation

65 13 0
                                    

Sekitar pukul enam pagi, Excelsis mengangkat kepala dan menemukan Schifar duduk sambil menatap lurus padanya.

"Hei. Kau belum pergi juga?" Excelsis berkedip berkali-kali untuk menyesuaikan dengan cahaya dari luar yang menembus tirai.

"Apa perlu kubilang lagi alasannya?"

"Kau sama sekali tidak tidur?" Excelsis menjadi tidak nyaman sekaligus mengkhawatirkan kesehatan Schifar. Ketidaknyamanan Excelsis berakar dari kehadiran seorang lelaki selain Maeveen yang melihatnya bangun tidur di pagi hari.

"Tidak sempat. Baiklah, aku pergi. Ada apa-apa segera hubungi aku." Schifar membuka jendela dan merapatkan kembali dengan hati-hati. Ia melompat ke sebuah dahan dari pohon terdekat dan turun dengan cekatan.

"Bagaimana dia menghindari sistem keamanan di rumah ini?" Excelsis memiringkan tubuh. Kaki Lysandra nyaris mendarat di wajahnya. Entah sejak kapan si mungil menyerah dengan kantong tidur di lantai dan memanjat untuk mendapatkan kehangatan kasur yang empuk. "Dia tidur seperti jarum jam! Kemarin jam dua belas, sekarang berubah jadi jam enam."

Aithne mengetuk pintu. "EG, kau sudah bangun?"

Karena tidak kunjung mendapat respons, Aithne pelan-pelan mengintip. Ia hendak menutup pintu dan membiarkan Excelsis tidur setengah jam lagi. Namun, selain aroma lavender dan melati, ada aroma lain yang mengusik penciumannya. Untuk sesaat ia mengendus-ngendus sebelum menutup pintu rapat-rapat.

"Pfiuh ...." Excelsis lega karena mengira berhasil menipu orang tuanya. Namun, tidak lama pintu kamar kembali terbuka.

Eh? Kenapa Papa ikut juga?

"Bagaimana?" bisik Aithne pada Maeveen.

"Ya, Vyraswulf. Apa sebelumnya sentira ini sudah ada?"

"Tidak. Semalam belum ada."

"Ada yang menyusup di malam hari?" Hal pertama yang menarik perhatian Maeveen adalah jendela.

Derap langkahnya yang berat mirip sepatu besi yang berdetak teratur di telinga Excelsis. "Enggg ... kalian sedang apa?"

Dua pasang mata menoleh pada Excelsis yang terduduk di atas ranjang sambil pura-pura menguap dan mengucak mata. Bagaimanapun caranya, Maeveen tidak boleh sampai ke jendela yang belum sempat dikunci. Efek kurang tidur membuatnya lengah.

"Pagi, EG." Aithne menghampiri Excelsis dan memberikan kecupan selamat pagi, sementara Maeveen masih melanjutkan niatnya memeriksa jendela.

"Pa! jangan dibuka jendelanya. Dingin ...."

"Sebentar saja. Tidak akan lama." Maeveen mengambil satu langkah lagi.

"Apa mendesak?"

"Ya. Hanya memeriksa kuncinya apa masih layak atau saatnya diganti."

Celaka. Excelsis kehabisan alasan untuk mencegah Maeveen menyibak tirai. Kaki Lysandra kembali terayun dan hampir membelai pipi jika ia tidak buru-buru menarik mundur kepalanya.
Anak ini brutal sekali tidurnya!

Sebuah ide merasuk. Tendangan pada bokong di bawah selimut, berhasil membuat Lysandra terlunjak kaget dan membuat polusi suara di pagi hari. "Akh! Terlambat! Kita terlambat EG! Cepatlah, kita harus ke perpustakaan sebelum Nona Kuda Gigit Besi itu membatalkan keanggotaanku di sana!"

"Pa, bisa periksanya nanti saja? Lihatlah dia." Excelsis menunjuk Lysandra. "Dalam mimpi saja diteror. Dia takut tidak bisa bayar denda."

"Bisa pinjam uang darimu, bukan?"

Virmaid: ARC I - The Beginning [FINAL REVISION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang