Excelsis kesepian karena tidak ada Schifar di kelas dan Lysandra yang harus menjalani hukuman. Selain sepi, kekesalan juga tengah berkecamuk dalam hatinya. Semua pesan yang dikirim sama sekali tidak dibalas, dibaca saja tidak. Beberapa kali dihubungi pun sama sekali tidak diangkat, seolah-olah lelaki itu memang sengaja tidak ingin diganggu. Waktu istirahat akan terasa sangat panjang tanpa kehadiran Lysandra.
Bagi Excelsis, Lysandra justru akan sangat menikmati hari sanksi yang didapat. Dalam bayangannya, gadis yang menolak disebut cebol itu tengah sibuk bermain komputer atau pergi ke pusat perbelanjaan di tengah kota.
"Menjengkelkan, kenapa hari ini lama sekali berlalu!" Excelsis menempelkan dahi di atas meja, tidak bergairah sama sekali karena absennya para sahabat. Beberapa teman sekelas tidak ada yang berani mendekat bila ia menguarkan aura dingin dan menakutkan.
***
Lysandra memang berencana belanja ke pusat kota, tapi untuk belanja informasi, bukan yang lain. Sekarang ia sibuk mengatur jadwal untuk dua hari ke depan. Sungguh, Lysandra sangat bersyukur harus menjalani masa hukumannya di akhir pekan. Ini berarti, ada tiga hari untuk mengenyangkan diri dengan informasi tentang dunia Schifar dan Aithne berasal.
Tempat pertama yang akan dikunjungi adalah perpustakaan di balai kota. Besoknya diisi dengan mengunjungi museum yang dekat dengan perpustakaan untuk melakukan reservasi. Bila beruntung, mungkin bisa melihat persiapan pameran dan mendapatkan sesuatu yang berharga dari mulut pegawai yang bekerja di sana. Bisa jadi malah bisa bertemu dengan seseorang yang berinitial W.M.
Bel pintu berbunyi, menandakan Quentine sudah tiba di rumah. Tidak ingin membuang waktu, Lysandra buru-buru keluar dari kamar tidur dan berpamitan untuk pergi ke perpustakaan kota. "Kenapa buru-buru, Hazel?"
Quentine tidak berusaha menyembunyikan keheranan sedikit pun. Ia tahu pasti Lysandra bukan anak yang gemar membaca, kecuali buku-buku tebal berisi gambar-gambar semrawut yang entah dari mana letak indahnya.
"Ada tugas sekolah yang harus segera dikumpul hari Senin, Pops." Lysandra meyambar jaket hangatnya di gantungan dekat pintu dan melewati Quentine yang masih berdiri di depan pintu.
"Tunggu." Telunjuk Quentine menyentuh dahi Lysandra dan mempersiapkan diri untuk menangkap bila putrinya pingsan. Namun, tidak ada yang terjadi selain sepasang netra jernih yang menatap penuh tanda tanya.
Lysandra meraba dahi sendiri, mengira ada noda di wajahnya. "Ada apa?"
"Tidak apa-apa. Jangan pulang malam." Quentine menepuk lembut bahu Lysandra lalu beranjak masuk ke dalam dan menutup pintu.
Quentine bersandar di daun pintu dan bergumam, "Vyraswulf? Dari mana anak itu tahu mengenai mereka?" Penasaran, ia mengintip dari balik tirai jendela dan memperhatikan Lysandra yang masih menunggu bus pengumpan di halte seberang jalan.
"Lisy sudah pergi? Sejak tadi anak itu menunggumu pulang." Myristica yang baru keluar dari kamar tidur mendapati suaminya termenung di depan jendela.
"Ya, pamit ke perpustakaan katanya." Quentine menoleh pada Myristica dan kembali memperhatikan Lysandra. "Kau tahu apa yang kudapat barusan? Vyraswulf."
Myristica membelalak, persis seperti yang dilakukan Lysandra bila terkejut. "Dari mana anak itu tahu mengenai Vyraswulf, Zeafer?"
Quentine menoleh cepat dan menatap Myristica, seolah matanya mengajukan pertanyaan 'bukankah kau yang memberitahu anak itu?'
"Tidak. Aku tidak pernah menyinggung apa pun." Myristica menggeleng pelan sambil melangkah menuju perapian dan duduk di sofa.
Quentine segera menghampiri Myristica. "Baiklah. Akan kutanyakan bila dia pulang nanti. Sekarang bagaimana kondisimu, merasa lebih baik?" Quentine menaikkan suhu di telapak tangan dan mengusap-usap tangan istrinya yang sedingin es batu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Virmaid: ARC I - The Beginning [FINAL REVISION]
Fantasy[Pemenang Wattys 2022 Kategori Fantasi] [Reading List WIA Periode ke-2] Kehidupan Trio SEL (Schifar, Excelsis, Lysandra) berubah drastis setelah mereka menjadi magnet dari segala kejadian-kejadian di luar nalar, terutama Lysandra, gadis keras kepala...