Lysandra mendudukkan diri di atas kasur, lelah merebahkan diri sambil menghitung bintang-bintang yang tergantung di langit-langit kamar. Dihitung berapa kali pun, jumlahnya tetap sama sejak tiga tahun lalu. Ia tidak lagi menggebu-gebu untuk menambah koleksi ornamen-ornamen cantik yang harus rutin dibersihkan jika tidak ingin kilaunya tertutupi tumpukan debu. Diliriknya jam pada ponsel. "Aish! Mereka akan pergi jam berapa, sih!" gerutunya sambil memegangi kepala dan berguling beberapa kali.
Kelakuan tidak bermanfaatnya baru terhenti ketika pintu kamar diketuk dua kali oleh seseorang. Tidak ingin terlihat seperti orang frustrasi, Lysandra segera meraih satu dari tumpukan buku pinjaman di atas nakas dan membuka acak halamannya, tidak lupa mengambil Kinoy untuk dijadikan sandaran. Tidak lama, kepala Quentine menyembul dari sela pintu yang dibuka sedikit.
"Pops? Ada apa?" tanyanya seraya mengintip dari balik buku.
"Tidak apa-apa." Quentine tersenyum lalu menutup pintu pelan-pelan. Embusan napas lega meluncur cepat bersamaan dengan kepulan asap tipis yang segera menghilang. Kekhawatirannya tidak terbukti dan ia senang putrinya bisa menurut.
Lysandra buru-buru memanggil sebelum pintu benar-benar rapat kembali. "Pops. Boleh tanya?"
Quentine mendorong pintu dan kembali menyembulkan wajah. "Apa?"
"Apa ... Pixie bisa 'bim salabim' seperti penyihir?"
"Tentu saja, kita memang penyihir, bukan 'seperti' penyihir."
Lysandra berbinar-binar membayangkan sesuatu akan tercipta sewaktu mengayunkan tangan seperti tokoh-tokoh penyihir dalam cerita fantasi terkenal. "Kalau begitu, apa ada mantra untuk membaca dengan cepat?" tanyanya antusias, sangat berharap mendapat jawaban yang positif.
"Hmmm ... ada, tapi aku tidak terlalu menguasainya."
"Bisa ... aku tahu mantranya?" Lysandra malu-malu mengutarakan keinginannya.
"Sebentar." Quentine berpikir sejenak. "Bafastram. Seperti itu mantranya."
"Trims, Pops."
Senyum Lysandra yang mengembang lebar hingga terlihat seperti seorang penjahat yang menyimpan rencana licik, sempat mendatangkan kerut di dahi Quentine. Namun, segera ditepisnya pemikiran tidak mendasar seperti itu.
"Ya. Hazel, kalau sampai malam kami belum pulang, panggil Excelsis untuk menemani, ok?" Setelah mendapat anggukan, ia menarik diri dan menutup pintu.
Sepeninggalan Quentine, Lysandra segera mencoba mantra pertamanya. "Bafastram!"
Tidak ada yang terjadi.
"Bafastram ...?" Kali ini Lysandra menutup buku dan menyentuh sampulnya.
Tetap tidak ada yang terjadi.
"Ba~fas~tram!"
Seketika buku yang teronggok diam dalam pangkuannya terbuka dan membalik satu per satu, makin lama makin cepat seperti diterpa angin. Halaman demi halaman terus bergulir hingga menutup dengan sendirinya.
"Wuah, wuah ... wuah!" Aliran informasi dari buku terus mengalir dari buku ke dalam kepala Lysandra. "Keren! Kalau begini caranya aku bisa membaca semua buku meresahkan ini dalam waktu lima menit saja! Mantra yang keren! Sangat keren!" serunya sambil melompat-lompat di atas ranjang.
Di ruang keluarga, Myristica menoleh ke arah Quentine yang berjalan ke arahnya. Ia menenteng sesuatu yang terbungkus kain putih. "Ada apa dengan Lisy?"
"Mungkin berhasil belajar mantra pertamanya."
"Mantra? Kau mengajarinya mantra?"
"Ya. Tadi dia tanya tentang mantra penghemat waktu untuk membaca. Bafastram. Apa aku benar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Virmaid: ARC I - The Beginning [FINAL REVISION]
Fantasía[Pemenang Wattys 2022 Kategori Fantasi] [Reading List WIA Periode ke-2] Kehidupan Trio SEL (Schifar, Excelsis, Lysandra) berubah drastis setelah mereka menjadi magnet dari segala kejadian-kejadian di luar nalar, terutama Lysandra, gadis keras kepala...