Maeveen ... apakah kita melakukan hal yang benar?
Excelsis mengalihkan perhatiannya pada Aithne sewaktu iklan komersial terselip diantara liputan yang tengah ditonton.
"Ma? Apa yang kau pikirkan, serius sekali?" Panggilan Excelsis membuyarkan lamunan Aithne.
Tas kecil di pangkuan Aithne meluncur jatuh dan tersangkut di kaki."Ah! Tidak apa-apa. Lanjutkan acara nontonmu." Aithne buru-buru memungut tasnya dan pura-pura menguap sambil meregangkan tubuh, lalu berdiri meninggalkan Excelsis.
Mata Excelsis terus mengikuti Aithne sejak menaiki tangga hingga menghilang di belokan yang menuju kamar tidur utama. "Ada apa dengannya?"
Di dalam kamar, Aithne merebahkan diri sambil menutup dahi dengan punggung tangan. Ia masih jelas mengingat gencarnya godaan demi godaan yang diarahkan pada Excelsis sepanjang perjalanan pulang karena gelagat Excelsis yang tampak tertarik dengan Wise.
Menurut perkiraan Aithne, usia Wise sekitar delapan belas tahun. Memang tidak bisa dipungkiri lelaki muda itu memiliki wajah rupawan sekaligus misterius. Entah bagaimana cara mereka bisa berkomunikasi, mengingat Excelsis bukan tipe yang banyak bicara bila bertemu orang baru. Sepertinya Wise juga tipe pendiam, tapi tidak sampai memberi kesan tidak ramah.
Aithne tersenyum kecil karena wajah kesal Excelsis yang menggemaskan. Di saat yang sama, ia juga khawatir bila suatu saat Excelsis akan mengingat semua kejadian menyeramkan yang terjadi sesudahnya.
"Maeveen, aku tidak tahu sampai kapan sugesti pikiranmu itu akan bertahan dalam memori EG ...." Aithne memiringkan tubuh, memperhatikan sambil mengelus-ngelus bantal suaminya.
Aithne pantas khawatir karena belakangan ini Excelsis bercerita bila ia sering mengalami mimpi buruk dan terbangun di tengah malam akibat diserang oleh makhluk bersayap yang penggambaran karakternya mirip dengan Vampire. Ia berharap ingatan Excelsis tetap tersegel lebih lama lagi.
Mimpi-mimpi Excelsis merupakan kejadian nyata yang mereka alami dalam perjalanan pulang sewaktu mereka masih menetap di kota Venzenia. Teriakan histeris Excelsis bahkan masih sering menggema di kepala Aithne hingga detik ini, seolah kejadian tersebut baru saja terjadi.
***
"Kalau sudah bertemu teman bicara yang asyik, apa saja dilupakan termasuk orang tua," goda Aithne sambil memperhatikan pantulan wajah Excelsis di spion tengah.
Tertangkap mata Aithne, Excelsis buru-buru berpaling dan menengok keluar jendela, padahal tidak ada yang bisa dilihatnya akibat kaca film yang terlalu gelap dan tidak ada pencahayaan cukup dari luar. "Itu tidak seperti yang Mama pikirkan," balas Excelsis sambil menjaga suaranya tetap datar. Mungkin berusaha menekan rasa malu.
"Oh ya? Kok bisa hilang lama ...?"
"Waktu kembali dari toilet, dia sudah mengambil tempatku. Lalu kalian muncul."
Apa yang dikatakan Excelsis adalah kenyataan yang terjadi. Wise memang tidak menuruti permintaan Bent, melainkan memutuskan untuk memperhatikannya dari balik bayangan salah satu pilar.
"Ai ...." Maeveen mengingatkan Aithne supaya berhenti menggoda putri mereka. Tangan Aithne terulur untuk mengelus rambut pria yang dicintainya dengan lembut dan memutuskan menurut pada kehendak sang suami.
"Pa, aku merasa seperti mengenal dia sebelumnya. Tapi entah di mana."
"A-ha. Aku sudah berhenti membahas lelaki itu, tapi rupanya masih ada yang penasaran dengannya. " Aithne mengerling pada Maeveen.
"Bukan begitu, Ma. Wajahnya seperti tidak asing bagiku, tapi aku lupa pernah melihatnya di mana. " Excelsis memijit-mijit dahi, berharap dengan melakukan tindakan sia-sia itu akan merangsang otaknya berpikir lebih dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Virmaid: ARC I - The Beginning [FINAL REVISION]
Fantasy[Pemenang Wattys 2022 Kategori Fantasi] [Reading List WIA Periode ke-2] Kehidupan Trio SEL (Schifar, Excelsis, Lysandra) berubah drastis setelah mereka menjadi magnet dari segala kejadian-kejadian di luar nalar, terutama Lysandra, gadis keras kepala...