Kecepatan Excelsis melahap habis semua makanan yang tersedia pantas diacungi jempol. Schifar menyesal tidak sempat menyalakan aplikasi stopwatch dan merekam pencapaian mengesankan dari gadis di hadapannya.
Excelsis meregangkan diri sebelum membereskan kotak-kotak kosong yang hampir menutupi permukan meja bulat tempat mereka duduk. "Terima kasih untuk makan siangnya. Lain kali giliranku mentraktir, ok?"
Tangan Schifar berhenti dari kegiatan menyingkirkan segala bentuk sayuran dari burger. Hanya matanya yang bergerak naik dan tidak mengatakan apa pun.
Tahu akan mendapat penolakan, Excelsis langsung melintangkan jari telunjuk di bibir sendiri. "Aku tidak menerima kata 'tidak' atau gelengan sebagai jawaban."
"Terjadilah begitu. Puas?"
"Sangat." Senyum bahagia terukir di wajah Excelsis. Ia pun berdiri untuk pamit ke toilet dan menepuk sekantong plastik yang disesaki oleh kotak-kotak sisa makanan.
"Tong sampah di sana. Jangan malas seperti Lys." Perkataan Schifar seolah tidak pernah sampai di telinga gadis yang sudah berlari ke luar kantin dan hilang dari sapuan mata. Akhirnya ia hanya bisa berdecak sebal dan meneruskan kegiatan semula—menambah tumpukan sayuran di kertas bekas pembungkus burger yang tidak akan pernah dimakan.
Excelsis terburu-buru karena butuh menguras kandung kemih yang serasa akan meledak jika ditahan lebih lama lagi. Selain takut mengompol, ia harus mengejar waktu yang juga terus berlari. Lima menit adalah waktu yang sangat singkat. Elevator sama sekali bukan pilihan karena mengantri saja sudah membuang waktu.
Ada toilet guru di lantai tiga dekat tangga yang jarang digunakan karena sudah ada toilet baru yang lebih dekat dengan ruang guru dan elevator. Lampu penerangnya—yang sering berkedip-kedip seperti lampu disko—tidak pernah diganti hingga menebar kesan angker. Mungkin sudah tidak ada yang ingat dengan keberadaan tempat ini, kecuali Lysandra.
Di tengah lari kesetanan, ia menabrak sesuatu hingga memiringkan sudut pandang dan mendarat di atas permukaan marmer putih. "Ugh. Sakit ...." rintihnya sambil memegangi lutut yang terantuk keras.
Sepasang mata yang terbuka lebar menatapnya dalam diam, seolah-olah tidak pernah melihat ekspresi kesakitan seseorang. Perlahan-lahan otot-otot di wajahnya berkedut kaku, berusaha meniru semirip mungkin dengan sosok yang masih terduduk dan meringis.
Saat membuka mata, Excelsis disuguhi penampakan makhluk mungil yang terlentang di sampingnya dengan wajah menyeringai, tapi dahi berkerut-kerut akibat sakit yang tidak tertahankan. Sungguh ekpresi yang aneh. "Lysa, dari mana saja kau? Ayo cepat, sebentar lagi bel," ucapnya sambil menarik tangan Lysandra supaya ikut berdiri bersamanya.
Selaput biru transparan di mata si gadis berwajah bulat, luput begitu saja. Salahkan tinggi mereka yang tidak bisa berkompromi. Ia teringat dengan bunyi benturan bukan hanya berasal dari lututnya yang menghajar permukaan lantai, tapi melihat posisi jatuh sang sahabat, belakang kepalanya pasti juga terbentur keras. "Maaf," katanya penuh simpati, "belum geger otak, kan?"
Lysandra langsung memiringkan kepala. Tindakan Excelsis disamakan dengan ancaman hingga ia juga menangkap pergelangan tangannya.
"Wow, Lysa! Refleksmu makin bagus. Tapi, ayolah ... biar kuperiksa kepalamu." Excelsis menarik tangannya yang entah mengapa sedikit berdenyut nyeri dan sekali lagi mencoba menjamah belakang kepala si mungil. Ia sangat mengkhawatirkan kondisi Lysandra. Namun, yang bersangkutan menepis dan pergi begitu saja, tidak peduli jika mereka harus beradu bahu.
Protes ingin dilancarkan, tapi diurungkan begitu melihat langkah Lysandra yang terseok-seok mirip orang mabuk yang bisa ambruk kapan saja. Ia sempat berpikir gadis itu bertingkah lagi, tapi matanya terhenti pada noda merah di kerah belakang seragam sekolah sang sahabat. "Darah ... apa karena benturan tadi?" Dengan langkah tergesa, ia berhasil meraih bahunya untuk diajak ke klinik kesehatan.
![](https://img.wattpad.com/cover/314800084-288-k593850.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Virmaid: ARC I - The Beginning [FINAL REVISION]
Fantasia[Pemenang Wattys 2022 Kategori Fantasi] [Reading List WIA Periode ke-2] Kehidupan Trio SEL (Schifar, Excelsis, Lysandra) berubah drastis setelah mereka menjadi magnet dari segala kejadian-kejadian di luar nalar, terutama Lysandra, gadis keras kepala...