Mata Schifar selamat karena kesigapannya menutup wajah. Namun, lengan yang dikorbankan sekarang melepuh. "Makhluk laknat!" makinya sengit. Seragamnya dipenuhi lubang disertai campuran bau kain dan daging terbakar yang menyegat.
Area yang melepuh dan terbakar di sekujur tubuh Schifar sembuh seperti sediakala berkat darah Vyraswulf yang mengalir dalam dirinya. Namun, sensasi panas dan denyutan nyeri intens yang dirasakan tidak mungkin terhapus begitu saja dari ingatan.
Kejadian yang berlangsung satu menit ini, tidak akan berakhir bahagia.
Membangkitkan sisi serigala liar dalam diri Schifar yang menggelegak marah adalah suatu kesalahan fatal, sefatal ulah kelomang yang mendidihkan darah Aithne. Dengan satu tolakan kaki, Schifar melesat dan cipratan cairan kental kembali mengenai wajah, leher dan pakaiannya. Bau anyir darah yang memuakkan langsung menyergap hidung.
Gumpalan-gumpalan merah tak berbentuk berjatuhan, sebagian lagi menggantung dari kepalan yang masih terkatup erat. Darah segar yang terus bertetesan dari gumpalan merah tersebut, juga merembes dari sela-sela jemari Schifar. "Urgh! Sekarang bauku seperti binatang liar!"
Schifar membuang sisa gumpalan kepala ular yang telah hancur dan mengibas-ngibaskan tangan, berusaha mengenyahkan lumuran darah dari makhluk yang menemui kematiannya dengan cara mengenaskan.
"Tidak berperasaan!" Suara wanita yang sangat tipis dan melengking menusuk gendang telinga Schifar.
"Siapa!" Telinga Schifar berdiri waspada. Ia yakin suara yang didengarnya bukanlah milik Lysandra.
"Ya ampun, kau cepat melupakan korban yang kau bunuh, ya?"
"Heh! Korban? Maksudmu ular jelek ini?" Schifar menginjak tubuh ular tanpa kepala yang tergeletak di dekat kakinya.
"Linka buatanku tidak jelek!"
"Berhenti berteriak! Kau menyakiti telingaku, tahu!" Schifar menarik turun ujung telinga berbulunya yang berdiri kaku, gemas dengan lawan bicara yang tak kunjung muncul. "Cepat tunjukkan dirimu!"
"Aku tidak berteriak! Suaraku memang begini!"
"Tunjukkan dirimu!" tuntut Schifar.
Sosok ular bersisik putih metalik dengan mata oranye menyala, merayap keluar dari potongan tubuh ular besar tanpa kepala. Schifar langsung teringat pada film dokumenter tentang binatang parasit yang menyuntikkan telurnya ke tubuh korban. Setelah masa inkubasi selesai dan menetas, si parasit baru akan mencari jalan keluar, bila perlu dengan mengoyak tubuh inang yang telah menutrisi mereka. Benar-benar makhluk durhaka.
"Cacing raksasa parasit!" Schifar bergidik dan langsung mundur menjauh.
"Aku bukan parasit! Linka adalah karyaku setelah dia mati terlindas roda besar dua bulan lalu!"
"Pantas aku mencium bau bangkai. Aku berhadapan dengan zombie cacing raksasa rupanya."
"Linka bukan zombie, apalagi cacing raksasa!"
Tubuh Schifar terhempas dan terbanting keras pada sebatang pohon setelah terkena gelombang suara. Aura yang selama ini menyelubunginya hancur seketika. Mungkin tulang-tulang di tubuhnya patah dan menjadi serpihan-serpihan tajam yang melukai organ dalam. Muntah darah dan tulang rusuk yang mencuat keluar serta kehilangan sumber oksigen menjadi bukti kondisi Schifar yang tiba-tiba memburuk saat ini.
"Si ... al!" Schifar megap-megap, berusaha mendapatkan asupan oksigen yang cukup untuk paru-parunya. Tiap helaan napas yang pendek-pendek pun terasa menyiksa.
Schifar juga dilanda gelap gulita setelah kondisi matanya kembali seperti semula. "Ak—hirnya ...." Senyum tipis mengembang di wajah Schifar seturut kesadaran yang perlahan menjauh. Mungkin inilah saat yang ditunggu-tunggu itu. Mati dalam menjalankan tugas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Virmaid: ARC I - The Beginning [FINAL REVISION]
Fantasy[Pemenang Wattys 2022 Kategori Fantasi] [Reading List WIA Periode ke-2] Kehidupan Trio SEL (Schifar, Excelsis, Lysandra) berubah drastis setelah mereka menjadi magnet dari segala kejadian-kejadian di luar nalar, terutama Lysandra, gadis keras kepala...