Lysandra sudah berhasil menyelinap masuk ke dalam museum. Ia tidak bisa melihat apa pun akibat listrik yang tidak akan pernah menyala. "Luxum."
Permukaan lantai pualam putih ertutup makhluk-makhluk merayap bertubuh lunak dan berlendir. Inilah yang ditangkap oleh matanya dalam mode penglihatan malam bernuansa hijau.
"Bi—binatang ini datang dari mana?" Gelitik geli dan jijik menjalar cepat hingga ke kulit kepala. Hamparan karpet lengket yang terinjak mirip persilangan lintah dan bekicot. Sebagian perlahan merayapi sepatunya hingga ia sibuk menendang-nendang supaya makhluk yang meninggalkan bekas lendir tercampak. Namun, mereka terlalu lengket. Kepanikan yang mendera, membuyarkan mantera Luxum dan lumpuhlah penglihatan Lysandra. "Argh ...! Tolong jangan merayapi kakiku ...!"
Pergulatan juga terjadi tiga meter di bawah tanah. Excelsis masih berusaha membebaskan diri dari sulur yang terus menariknya ke ujung lain terowongan. Ia meraih jepit rambut berbentuk kupu-kupu dan menusuk sulur lengket yang membelit pinggangnya hingga mengendur. Dirinya memang dilepas, tapi terbanting di atas kubangan air. Cipratan air sempat masuk ke mulut. Asin. Meski terhuyung dan kuyup, ia berhasil berdiri sambil menahan nyeri yang tidak berhenti berdenyut. Udara di dalam sini lebih lembap daripada di mulut lorong. Tangannya kembali meraba-raba dinding tanah dan sesekali menabrak akar-akar pohon yang bergelayut karena kegelapan masih merenggut penglihatan.
Ia mengeluarkan ponsel dan memanfaatkan cahaya untuk memeriksa sejenak. Harapannya sudah pupus untuk mencari bantuan karena di bawah sini sama sekali tidak ada sinyal. Ini berarti, dirinya harus mengandalkan diri sendiri untuk keluar dalam keadaan hidup.
Kembali ke atas, bantuan Lysandra datang dalam bentuk axolotl. Tubuh si binatang merah muda terang membesar ratusan kali lipat hingga seukuran anjing laut dewasa dan langsung Ia sibuk memuntahkan gelembung-gelembung udara. Yang terkena efeknya langsung saling serang bertindak kanibal terhadap sesamanya. Seluruh tubuh axolotl juga memancarkan cahaya.
Lintah yang sedari tadi melekat dan sulit lepas, berjatuhan dan mati. "Apa kau yang melakukan ini?" Lysandra sambil bangkit dan mencoba bicara pada makhluk berwujud lucu yang langsung memalingkan kepala. Seketika ia meniru rupa sosok yang dilihatnya. Sangat mirip hingga mereka bisa menjadi pasangan kembar identik. "Keren! Bagaimana kau melakukannya?"
Secepat datangnya senyum di wajah, secepat itu pula pupus berganti protes, "Hei! Aku tidak pernah tersenyum selebar itu, jangan mencemarkan citraku sebagai gadis dengan senyum terindah, Ok!"Raut wajah Lysandra palsu berganti masam dan hampir menangis.
"Egh! Kau tidak bisa terima kritik!" Lysandra tertawa dan mengangguk-angguk puas setelah melihat wajahnya yang akan menangis tidaklah jelek, justru sangat manis. "Kau punya nama?"
Lysandra palsu mengangguk. "Axolon." Bukan hanya wajah, suaranya pun sangat mirip dengan pemilik asli."Hati-hati, Axolon. Aku bisa menuntutnya karena pelanggaran hak cipta."
Lysandra palsu kembali bersedih.
"Sudah, sudah. Aku hanya menggodamu. Terima kasih sudah membantuku."
Axolon berwajah Lysandra tersenyum lebar lalu buru-buru menarik Lysandra untuk merunduk karena sulur berujung tajam mengincarnya.
"A—apalagi kali ini?"
"Jahat. Hati-hati."
"Kau tahu siapa musuh kita?"
Axolon mengangguk. "Tidak bisa beritahu."
"Kenapa?"
"Lumicus." Axolon menggunakan mantra yang digunakan oleh Quentine di Hutan Eorwood, tapi belum pernah dipelajari oleh Lysandra. Ruangan menjadi terang-benderang, menandakan Aechid ini memiliki kemampuan di atas rata-rata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Virmaid: ARC I - The Beginning [FINAL REVISION]
Fantasy[Pemenang Wattys 2022 Kategori Fantasi] [Reading List WIA Periode ke-2] Kehidupan Trio SEL (Schifar, Excelsis, Lysandra) berubah drastis setelah mereka menjadi magnet dari segala kejadian-kejadian di luar nalar, terutama Lysandra, gadis keras kepala...