Prang!
Lampu penerang jalan di luar jendela tiba-tiba meledak dan menarik perhatian para pengunjung, termasuk Schifar dan Lysandra yang baru saja duduk. Suasana tenang langsung gaduh karena kejadian yang terlalu sering terjadi akhir-akhir ini. Beberapa dari mereka bahkan terburu-buru angkat kaki.
Lysandra berusaha menangkap mata Schifar, memintanya mengambil keputusan untuk tetap tinggal dan menghabiskan sisa makan malam mereka atau mengikuti langkah beberapa pengunjung tersebut.
Nyatanya sulit untuk menarik perhatian Schifar yang berdiam diri dan sibuk memasang telinga pada percakapan pengunjung di meja seberang. Dari sikap mereka yang terlihat tenang dan malah terus berbincang-bincang, Schifar bisa menarik kesimpulan bila mereka pengunjung tetap.
Lysandra memanfaatkan menit-menit berharganya untuk menyantap wajah serius Schifar hingga puas, tidak peduli bila si tampan ini sadar atau tidak bila ia menjadi objek pemuas visual seorang gadis yang tengah memasuki masa puber.
Schifar berdecak setelah menyadari telah menghabiskan waktu untuk mencuri dengar diskusi kosong di meja seberang. Ia memutuskan untuk bertanya langsung pada pemilik restoran cepat saji yang duduk di area khusus karyawan pada bagian kasir. "Tunggu di sini."
***
"Jen, sepertinya minggu ini adalah berkah bagi petugas reparasi, bukan begitu?" canda seorang pria berkumis tebal yang duduk di dekat meja kasir.
Jen memandang ke luar dari balik pintu masuk yang terbuat dari kaca. Tentu saja tidak ada yang bisa dilihatnya dengan kondisi jalan yang gelap gulita.
Schifar berhenti sewaktu Jen beranjak keluar dari meja kasir dan berjalan ke arah pintu masuk. Semilir angin malam langsung menerpa wajahnya yang mulai berkeriput.
Jen menoleh pada si pria tua dan membalas, "Tapi tidak untuk bisnisku, Sam."
"Bagaimana dengan putrimu?"
"Shelly memaksa akan masuk di shift kedua menggantikanku. Anak itu ... selalu saja memikirkan orang lain lebih dulu."
"Ya, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, bukan?" sahut Sam. Dari seragamnya, bisa ditebak bila ia adalah seorang sheriff.
"Bagaimana bila buah tersebut jatuh, menggelinding menuruni lereng, lalu hanyut terbawa arus? Apakah peribahasamu masih berlaku?"
"Masih saja tajam seperti dulu, eh?"
"Tentu saja."
"Apakah ini seperti waktu itu?"
"Entahlah, Sam. Aku sangat berharap firasatku tidak menjadi kenyataan." Jen melipat tangan di depan dada dan memandang bulan yang hampir penuh. "Bulan purnama ke-13, hah?" gumamnya sepelan mungkin supaya tidak didengar siapa pun.
Cahaya temaram dari lilin dan lampu interior di restoran kecil ini tidak bisa menghalangi Schifar menangkap kekhawatiran di wajah Jen. Firasat Jen mengatakan sesuatu akan terjadi di kota ini, cepat atau lambat. Getir dan menyesakkan dada adalah dua pertanda yang sudah ia rasakan sejak seminggu lalu, bertepatan dengan meledaknya lampu bohlam di atas kepala.
Suara Jen kurang pelan untuk telinga sensitif Schifar. "Keberatan bila saya meminjam waktu Anda, Madam?"
Jantung Jen nyaris melompat keluar akibat Schifar yang tiba-tiba muncul di depannya. "Anak muda yang tampan, jangan mengangetkan wanita berhati rapuh sepertiku. Jantungku sudah tidak sekuat dulu."
Schifar hanya menarik ujung bibirnya, bingung harus merespon candaan Jen yang masih mengelus-ngelus dada. "Maaf, tidak bermaksud membuat Anda kaget."
KAMU SEDANG MEMBACA
Virmaid: ARC I - The Beginning [FINAL REVISION]
Fantasy[Pemenang Wattys 2022 Kategori Fantasi] [Reading List WIA Periode ke-2] Kehidupan Trio SEL (Schifar, Excelsis, Lysandra) berubah drastis setelah mereka menjadi magnet dari segala kejadian-kejadian di luar nalar, terutama Lysandra, gadis keras kepala...