Maeveen masih bertelanjang dada di depan cermin. Ia baru habis bercukur sewaktu mendengar pintu kamar mandi terbuka dan memunculkan sosok Aithne dalam balutan piyama ungu muda berbahan satin.
Dari posisinya, Aithne bisa melihat empat garis memanjang di punggung suaminya. Ia mendekat. Jarinya menyusuri salah satu bekas luka tersebut. "Apa masih sakit?"
Maeveen menggeleng dan buru-buru memakai piyama. Ia tidak ingin mengenang kejadian yang membuatnya mendapat luka tersebut. "Mereka sudah tidur?"
"Hm."
Maeveen menyusupkan diri dalam selimut tebal dan hangat. Meski matanya terpejam, pikirannya masih berkelana untuk mencari korelasi dari semua kejadian yang muncul belakangan ini. Pergerakan kelompok Merphanon semakin gencar. Bila benar mereka mengincar Kristal Azarubin, pertanyaan selanjutnya menjadi 'apa yang akan mereka lakukan dengan kristal tersebut?'
Di ujung lorong lain, perhatian Excelsis beralih dari halaman komik ke arah derakan besar yang berasal dari luar jendela. Ia meraih tongkat baseball dan mengintip dari balik tirai. Cahaya lampu taman dan lampu baca yang masih menyala, cukup menjadi penerang sehingga lampu kamar tidak perlu dinyalakan. Lagipula, ia tidak ingin membangunkan Lysandra yang masih terlelap seperti seonggok mayat.
Tidak ada apa-apa di luar sana. Namun, gemeretak di kaca jendela semakin sering terdengar. Keingintahuan semakin mengusik hingga mendorong Excelsis untuk membuka kunci dan menggeser jendela untuk mengintip. Hawa dingin langsung berembus masuk dan menggerayangi kulit wajahnya. "Brrr ... dingin sekali."
"Exis!" Wajah konyol Schifar tiba-tiba muncul di hadapan Excelsis yang refleks mengayunkan tongkat di tangannya.
Meski berhasil menghindar, Schifar terpeleset. Pijakannya menjadi licin akibat sisa air hujan yang membentuk beberapa genangan kecil di tepi jendela. Excelsis berhasil menangkap tangan kanan Schifar sebelum ia jatuh dan menimpa deretan pot tanaman hias Aithne. Dengan satu tarikan sekuat tenaga, Schifar jatuh di samping Excelsis yang terlentang di lantai beralas karpet ungu.
"Hufh! Menyusahkan." Excelsis menepuk kasar bahu Schifar untuk menunjukkan kekesalannya.
"Maaf." Sambil menyangga tubuhnya dengan satu siku, Schifar mengacak-acak rambut Excelsis. Ujung bibirnya tertarik ke atas.
"Sekarang bilang, kenapa kau bertindak seperti perampok?"
"Beginikah sambutanmu setelah lama tidak bertemu?"
"Cih!"
"Aku lelah, boleh tidur sebentar? Schifar segera bangkit dan ingin merebahkan diri di sofa panjang dekat ranjang Excelsis.
"Setelah jadi bongkahan mayat, kau bisa tidur di mana pun."
"Galak sekali," cibir Schifar.
"Kukira kau sudah melupakan kami." Excelsis melepas lensa kontak dan membiarkan poni panjang menyembunyikan iris peraknya.
"Tentu saja tidak, aku mencari informasi."
"Hati-hati melangkah, kau bisa menginjak bangkai kecoa—maksudku bangkai Lysa."
"Dia di sini?"
"Itu, hampir kau injak."
Kaki Schifar tertahan dan buru-buru menunduk. "Oh," gumamnya singkat sambil melangkah hati-hati dan mendudukkan diri pada sofa empuk di dekat ranjang.
"Setiap kali menghilang, kau selalu bilang 'cari informasi', tapi aku dan Lysa tidak pernah dapat satu pun."
"Mungkin ini saatnya kalian tahu." Raut wajah Schifar berubah serius.
![](https://img.wattpad.com/cover/314800084-288-k593850.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Virmaid: ARC I - The Beginning [FINAL REVISION]
Fantasy[Pemenang Wattys 2022 Kategori Fantasi] [Reading List WIA Periode ke-2] Kehidupan Trio SEL (Schifar, Excelsis, Lysandra) berubah drastis setelah mereka menjadi magnet dari segala kejadian-kejadian di luar nalar, terutama Lysandra, gadis keras kepala...