Chapter 9.5 - Pixie Tales

63 14 0
                                    


"Kau tidak apa-apa, Hazel?" Quentine khawatir melihat Lysandra yang memegangi belakang lehernya.

"Ya. Tidak seharusnya aku bergerak tiba-tiba." Demi meyakinkan Quentine, Lysandra menurunkan tangan yang sempat mengurut-urut belakang lehernya dan mengambil posisi paling santai. Ia menduga perbincangan mereka akan panjang. "Lanjut, Pops."

"Baiklah. Seperti Vyraswulf, kita sendiri bukanlah Aetherian. Spesies kita berbeda."

"Aetherian adalah sebutan lain untuk manusia—Betul?"

"Tepat sekali. Pada awal penciptaan kita bersanding dengan para Aingeru—spesies yang mengambil wujud manusia bersayap. Setelah itu leluhur kita muncul dan berakar di bumi."

"Pops, bisa langsung ke intinya?" Pikiran Lysandra serasa meranggas sewaktu mendengar kata 'berakar'. Memangnya mereka tumbuhan?

"Bunda Orfhlaith, begitu Freynir menamai leluhur kita. Ia adalah Pohon Kehidupan."

Lysandra tersedak. "Pohon! Jadi, aku benar-benar tidak salah dengar tadi?"

"Ya. Freynir mendapatkan benih Pohon Kehidupan dari Kalbatama dan ditanam di pusat Dunia Tengah hingga berakar luas. Kau tahu, akar-akar Bunda Orflaith seperti jaringan syaraf yang membentuk otak kita. Bisa kau bayangkan akar-akarnya itu menyelimuti seluruh permukaan bumi?"

"Seperti gulungan tali berbentuk bola?" terka Lysandra, "Pops ingin bilang seluruh hutan di bumi ini tercipta dan terhubung dengan Pohon Kehidupan?"

"Tepat sekali! Keajaiban berikutnya sewaktu Bunda Orflaith berbunga."

Quentine menceritakan tentang Freynir yang menyentuh 15 kuncup pertama dan memekarkannya. Dari bunga-bunga merah muda berkelopak lima tersebut, keluar makhluk-makhluk seukuran jempol manusia dewasa yang dikenal sebagai Pixie. Ras mungil nan mini tersebut berparas elok dan pintar, serta memiliki usia yang sangat panjang. Tugas utama mereka sebagai perawat dan pelindung seluruh hutan yang ada.

"Kitalah bangsa Pixie itu." Pandangan Quentine yang menerawang dipenuhi kekaguman dan kebanggaan terhadap rasnya sendiri.

Lysandra melirik jempol sendiri dan seketika kegetiran mengisi relung hati. "Pops ... tidak sedang bercanda, kan? Pixie—kita. Kita seukuran kecoa di kamar mandi?" Sulit bagi si mungil untuk menerima kenyataan bila ia seukuran jari terpendek di antara jari lain. Imajinasi liar menerbangkannya pada adegan dikejar kecoa jantan yang berahi. "Jangan kejar aku! Pergi! Aku bukan kecoa betina ...!"

Jeritan jijik Lysandra nyaris membuat telinga Quentine berdarah, lalu disusul suara berdebuk memaksanya untuk berdiri dan tergesa-gesa ke ujung meja lain. "Kau tidak apa-apa, Hazel?"

Lysandra—masih dalam posisi terjengkang di lantai—menengadah dan menyambut uluran tangan Quentine untuk membantunya duduk kembali. Sungguh, ia tidak bisa mengenyahkan rasa malu yang menggelitik sukma. Beberapa ia melirik melirik pria yang sudah duduk kembali di seberang meja demi memastikan tidak sedang diam-diam ditertawakan. "Po—Pops tidak menganggap ini lucu, kan?"

"Tentu saja tidak lucu. Kenapa tiba-tiba kecoa masuk dalam perbincangan kita? Kau ingin bilang kecoa lebih penting hingga menyita seluruh pikiranmu, begitu?"

"Pops ... kalau ingin tertawa, lakukan. Instingku tidak bisa ditipu. Aku tahu kau sedang berusaha untuk tidak meledak saat ini—" Lysandra kembali berdiri dan membuka kulkas, mencari apa pun yang bisa dikunyah. Benda pertama yang ditemukan adalah buah lemon yang sudah terpotong setengah.

Dengan cepat potongan tersebut masuk ke dalam mulut. Cukup dua kunyahan dan semburan asam nan pahit dari bulir-bulir dan kulit lemon menyerang ganas. Namun, kedongkolan di hati mengabaikan penderitaan lidahnya. Ia membanting diri pada permukaan kursi. "Bahu yang berguncang lebih jujur daripada muka serius, Pops."

Virmaid: ARC I - The Beginning [FINAL REVISION]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang