8 ~ Cogan Satu Lagi

97 5 0
                                    

Karena dia tidak sopan, ketahuan membuka album Foto Tuan Pras, sehingga membuatnya  tidak senang. Karena Tuan Pras itu sangat tidak suka benda pribadinya ada yang menyentuh, kamu gak nyentuh apapun kan?" Uwa menatapku penuh selidik.

Aku langsung nyengir. "Kalau nggak nyentuh, mana bisa aku beres-beres wa." Rajukku.

"Bukan begitu, tapi kamu nggak boleh menyentuh benda pribadinya maksudnya." Lanjut uwa.

"Aku paham kok." Kuhela nafasku dalam-dalam dan ku hembuskan perlahan. Semoga tuan Pras tidak tahu, aku sudah melihat-lihat album foto nya tadi.

"Ada apa?" Uwa sepertinya penasaran.

"Heheheh, anu itu tadi aku buka-buka album fotonya. Uwa jangan bilang-bilang siapa-siapa ya. Please." Aku memasang raut memelas, jurus untuk mohon perlindungan uwa.

Huuuh

Wa Diah menghela nafasnya.

"Baiklah, tapi lain kali jangan seperti itu. Tidak sopan, apalagi tuan Pras paling tidak suka benda pribadinya disentuh orang lain. Dia bisa marah." Ujar uwa.

Aku mengangguk tanda paham

"Uwa kan sudah lama kerja disini, pasti tahu banyak tentang tuan Pras?" Entah kenapa aku sungguh kepo tentang pria itu.

"Tentu, uwa sudah disini saat usia tuan Pras baru dua belas tahun." Aku terpana mendengarnya, sudah selama itu uwa bekerja. Aku memang tahu dia lama bekerja, tapi tidak selama itu juga pikirku.

Saat usia tuan Pras dua belas tahun, kalau usia tuan sekarang tiga puluh tahun. Artinya uwa sudah bekerja selama delapan belas tahun. Luar biasa, kok betah ya. Apa gajinya besar kali?

"Betah banget wa?" Aku heboh.

"Iya begitulah, keluarga ini begitu baik dan berjasa bagi uwa. kenapa kamu jadi kepo begitu
jangan - jangan kamu naksir sama tuan Pras, ya?" Uwa menatapku curiga sepertinya.

"Nggak wa, mana berani saya naksir majikan sendiri." Jawabku sambil memutar bola mata malas.

Uwa hanya mencebikan bibirnya.

"Aku mau membersihkan  ruangan lainnya dulu  ya wa." Dengan cepat aku melangkahkan kakiku, meninggalkan uwa sendirian.

Aku takut uwa bertanya-tanya lagi, aku sama sekali nggak naksir tuan kok. Kalau kagum wajah tampannya sih iya, aku cewek normal yang akan suka melihat cowok bening.

Aku bantu-bantu art lainnya beres-beres.

Kemudian aku pergi ke belakang rumah, aku sangat menyukai suasana di halaman belakang. Sungguh nyaman, ada pepohonan dan taman bunga.

Serasa sedang berada di kampung halaman saja.

Aku duduk disebuah bangku panjang yang ada di halaman belakang dekat taman bunga. Ada pohon rindang yang menaunginya.

Tiupan angin sepoi-sepoi membuat mataku terasa berat. Hingga akhirnya kubaringkan tubuh ini menatap langit cerah.

Aku menguap beberapa kali, lalu kupejamkan mataku.

***

Aku mengerjapkan mataku beberapa kali, sepertinya tadi aku ketiduran deh.

Aku terkejut luar biasa, ketika melihat wajah tampan seseorang sedang berdiri memperhatikanku. Aku jadi salah tingkah, dengan cepat aku berdiri. Dan tersenyum kikuk.

Kulihat ada uwa juga disini.

Pipiku terasa memanas, mungkin saja sudah memerah karena malu. Apalagi ada pria tampan berdiri tepat didepan ku. Ah siapa dia?

Cinta yang Terhalang TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang