Keluarga Pras pulang sehabis isya.
Aura tentu saja ikut tinggal disini, dia bermain bersama Hasna. Mereka begitu akrab dan dekat. tentu saja, karena mereka memang saudara seayah sebenarnya.
"Kenapa mereka agak mirip ya?" ucapan Nina, istri Amar membuat Amar terkejut.
Amar mendengus," Masa iya sih, kamu suka ngada-ngada deh!" tapi, Amar jadi kepikiran dengan ucapan istrinya itu. Di menatap intens Aura dan memerhatikannya lekat.
"Ah gak mungkin!" menggelengkan kepalanya kuat-kuat, berusaha menghalau pikiran buruk yang ada dalam otaknya saat ini.
Amar jadi kepikiran ucapan Nina, istrinya. Semalaman, dia susah tidur.
Aura, tidur bersama orang tua Sekar. Karena kasur Sekar tidak akan cukup untuk tidur tiga orang, untuk tidur berdua pun pasti sudah pas-pasan. Ya sempit gitu.
Untung saja Aura gak rewel dan mau tidur sama orang tua Sekar, ya karena anak itu cepat dekat rupanya. Mungkin, karena ada ikatan batin antara cucu dengan nenek dan kakeknya.
Kamar Sekar
Sekar berbaring memunggungi Wiguna. Badannya panas dingin, hatinya berdebar hebat. Otaknya sudah dipenuhi pikiran-pikiran yang membuatnya meremang tak karuan.
"Astagfirulloh, kenapa aku terus berpikiran yang enggak-enggak sih," gumam Sekar dalam hatinya. Dia berusaha mengembuskan napas sepelan mungkin, demi menata perasaannya saat ini.
Sebenarnya, Wiguna pun sama salah tingkahnya dengan Sekar. Hanya saja, dia lebih bisa bersikap tenang dan tak menunjukkan kegelisahannya, karena dia seorang lelaki dewasa, terlebih usianya lumayan terpaut jauh dengan Sekar. Sekitar sebelas tahunan.
Sekar berusia sekitar dua puluh dua tahunan saat ini, sedangkan Wiguna seusia Amar, sekitar tiga puluh tiga tahunan.
Wiguna menggerakkan tubuhnya, menatap punggung Sekar. Tangannya terulur ingin tau apakah sudah tidur atau belum. Tapi, tangannya menggantung di udara.
Dia pun diam menatap Sekar dengan intens, tanpa menyentuhnya.
Lama-lama, Sekar mulai mengantuk. Dia pun mulai menguap, lalu tidur.
Sedangkan Wiguna masih diam menatap punggung Sekar. Dia berusaha memejamkan mata, tapi tetap saja tak bisa tidur.
Dia adalah lelaki dewasa, terlebih seorang yang sudah menduda cukup lama. Ada wanita cantik di depan mata, halal pula keinginannya jadi semakin menggebu.
Dengan pelan, Wiguna menyentuh bahu Sekar. Menariknya perlahan, hingga Sekar terlentang. "Huuuh!" Wiguna menghembuskan napas kesal. Kesal pada dirinya sendiri.
"Ummmh." Sekar menggeliat, posisinya berubah jadi menghadap Wiguna. Tanpa sadar, kakinya sudah naik ke atas paha suaminya itu.
Sekar, memang kalau tidur suka berantakan. bisa guling-guling dia.
"Huuhf," dengan sebisa mungkin Wiguna menahan napas. Hasratnya jadi semakin membuncah. Dia mengerang kesal, kepada Sekar kali ini.
Wiguna beringsut pelan, tangannya terulur menyentuh pipi Sekar. Membelainya dengan lembut.
"Kamu cantik dan baik, pantas untuk diinginkan. Tapi, sayang sekali kamu adalah adik Amar. Pria yang paling aku benci," gumam Wiguna.
Matanya mulai berkabut, wajah Amar dan Elly mulai menari-nari dibenaknya.
Wiguna berusaha menghalau pikirannya, dia memejamkan mata. Berusaha untuk tidur.
Meski sulit, beruntung karena pada akhirnya dia terlelap.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta yang Terhalang Takdir
RomanceMenjadi Janda di usia muda bukanlah keinginannya, tapi nyatanya itu terjadi pada Sekar. Hingga sosok Andi membuatnya jatuh hati, namun kembali ia patah hati. Merantau ke kota untuk move on dari Andi. Namun kisah cinta yang rumit kian menanti. Pras s...