Apa calon menantu?" Ibu dan bapak sontak berteriak bersamaan. Sepertinya mereka sangat terkejut.
Putrinya yang polos dan tidak pernah dekat dengan lelaki manapun tiba-tiba saja datang membawa calon suami.
Ah kasihan mereka, ini semua gara-gara tuan Pras yang seenaknya mengaku-ngaku.
"Pak Bu, tenang. Dia hanya bercanda saja, sebenarnya dia adalah temannya kak Amar. Sekaligus majikanku di rumah besar itu." Aku meraih tangan ibuku dan berusaha menjelaskan kepada mereka.
"Ayo masuk dulu, biar kita ngobrol di dalam saja." Bapak segera mempersilahkan tuan Pras masuk.
Kami pun melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah.
Kami duduk berempat di ruang keluarga yang nyambi ruang tamu ini.
"Ibu ambilkan dulu minum ya," ujar ibuku.
Namun segera ku tahan. "Biar aku saja Bu." Dengan cepat, aku berdiri.
"Tapi kamu kan baru datang, pasti capek." Ibu sepertinya kasihan padaku. Aah kasih ibu memang nomor satu!
"Nggak apa-apa Bu." Aku tersenyum manis pada ibuku. Lalu segera beranjak menuju ke dapur.
Kubuatkan empat gelas teh manis, dan sepiring singkong rebus bertabur kelapa yang kulihat ada di rak tempat penyimpanan makanan.
Terdengar suara tuan Pras yang sedang mengatakan sesuatu. Aku sengaja berhenti dulu sebelum memasuki ruangan dimana mereka berada. Karena ingin nguping.
Maafkan hamba mu ini ya Alloh, sudah nguping pembicaraan orang.
"Jadi kamu apanya anak kami?" Itu adalah suara bapak.
Jantungku deg-degan. Apa-apaan bapak, kenapa bicara seperti itu sih. Kakiku sudah terangkat hendak mengayun untuk menuju tempat mereka berada.
Tapi suara tuan Pras menghentikan langkah kakiku.
"Saya calon menantu bapak." Untuk apa dia berbohong, sungguh tidak ada manfaatnya! Kesal aku mendengar perkataan konyolnya itu.
"Yang bener? Tapi kenapa Sekar tidak mengakuinya?" Nah kalau yang ini suara nyaring ibuku.
"Mungkin masih malu, Bu." Tuan Pras sungguh pandai berakting. Dia bicara ngawur, tapi jujur aku suka banget hingga bibir ini tersenyum lebar dan pipiku rasanya memanas.
Kutahan dulu kaki ini untuk melangkah, karena ingin menetralkan detak jantungku. Debarannya begitu kencang sampai kaki ini rasanya terasa begitu lemas.
Ah tuan Pras kenapa kamu mengatakan hal itu sih. Aku kan jadi baper, apa pula tujuan kamu berkata seperti itu. Tidak mungkin kan kamu beneran menyukaiku!
Huuuh
Kuhela nafasku dalam-dalam dan ku hembuskan dengan cepat. Setelah dirasa hati ini lebih tenang, aku segera melangkahkan kakiku yang rasanya seakan melayang ini.
"Ini teh nya." Ujarku sambil menata teh manis hangat beserta ubi rebus bertabur kelapa di atas meja.
Kutatap ayah dan ibu bergantian, mereka tampak tersenyum senang. Apa sesenang itu mereka mendapatkan calon menantu, ah andai mereka tahu kalau tuan Pras hanya berbohong, mereka pasti akan sangat sedih sekali.
Lalu kulirik sang pembuat masalahnya, eh apaan dia? Kenapa dia juga tersenyum senang sepertinya? Jangan katakan dia begitu senang karena mendapatkan restu dari kedua orang tuaku!
Tiba-tiba saja pipiku memanas, ya tuhan semoga saja tidak merona. Aku merasakan begitu bahagia saat ini, mengkhayalkan tuan Pras melamarku lalu kami hidup berumah tangga.
![](https://img.wattpad.com/cover/317312161-288-k969942.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta yang Terhalang Takdir
Storie d'amoreMenjadi Janda di usia muda bukanlah keinginannya, tapi nyatanya itu terjadi pada Sekar. Hingga sosok Andi membuatnya jatuh hati, namun kembali ia patah hati. Merantau ke kota untuk move on dari Andi. Namun kisah cinta yang rumit kian menanti. Pras s...