Antarkan saya pulang tuan, saya takut tersesat." Cicitku dengan takut.
"Huuh"
Kulihat, dia menghela nafasnya. Lalu melihat ke arahku sebentar. Setelah itu, dia melihat laptopnya kembali.
"Tuan!" Cicitku lagi, jujur saja aku sangat takut sekali kalau harus pulang naik taxi.
"Aku pesankan taxi online saja." Ujarnya, lalu dia meraih hp dari dalam sakunya.
"Saya tidak mau tuan." Ku gelengkan kepalaku kuat-kuat.
Dia memicingkan matanya sambil menatapku.
"Kamu ingin aku yang antar?" Tanyanya dengan senyuman tipis yang membuatnya semakin tampan, aah dasar! Makiku pada diri sendiri.
"Saya cuma takut kalau harus pergi dengan orang asing." Aku berkata dengan nada pelan, benar-benar takut rasanya. Ini baru hari keduaku di kota besar.
"Padaku kamu tidak takut?" Pertanyaan itu seolah mengingatkanku pada apa yang terjadi tadi.
Pipiku rasanya mulai memanas, semoga saja tidak merona. Aku benar-benar malu jika ingat kejadian tadi. Kenapa juga dia harus mengatakannya.
"Takut, tapi setidaknya saya kenal anda. Dan saya bisa melaporkan anda kepada uwa dan juga Bu Mila." Jawabku jujur.
Pffff
Kenapa dia sepertinya menertawakanku, apa ada yang salah dengan perkataanku. Kutatap wajah tampannya lekat dengan kesal.
"Kamu sungguh lucu sekali, dengar aku bisa saja memperkosaku lalu membuang jasadmu ke sungai!" Ucapnya sambil tertawa kecil.
"Apa-apaan dia! Dia kan sedang mengancamku, tapi kenapa dia terlihat santai seperti tanpa beban begitu! Tertawa lagi!" Aku menggeram kesal dalam hati.
Ku elus dadaku untuk menenangkan gemuruh di dada karena marah.
"Hey apa kamu sedang menggodaku?"
Apa katanya! Ingin rasanya aku melemparnya dengan ….
Dengan apa ya, aku celingukkan mencari sesuatu.
"Dasar aneh!" Cibirnya, dia menatapku dengan tawa sinis seperti tokoh antagonis dalam film. Tapi tetap saja dia terlihat tampan! Otakku benar-benar perlu di servis, semenjak bertemu dengan tuanku itu, aku jadi sering mengumpat dalam hati karena jengkel.
"Aku tidak sedang menggoda Anda tuan!" Akhirnya kesabaranku yang setipis kertas habis.
"Lalu kenapa mengelus dada? Apa ingin mengatakan padaku kalau ukurannya besar!" Dia mengangkat kedua tangannya dan melakukan gerakan seolah sedang mencengkram sesuatu.
Pikiranku jadi traveling, sepertinya dia sedang mengkhayalkan skuisiku deh! Sungguh brengsek!
"Anda mesum pak!" Kataku lantang, ingin rasanya kuremas mulut sexinya itu.
Dia mengedikan bahunya tak peduli. Kemudian kembali fokus pada pekerjaannya.
"Tuan!" Sungguh memalukan, sepertinya nada bicaraku sudah memelas. Ah aku memang lebay.
"Aku banyak pekerjaan!" Suaranya datar dan raut wajahnya tampak serius pada pekerjaannya.
"Tapi saya juga banyak pekerjaan, saya harus membantu menyiapkan pestanya tuan Dimas." Aku semakin bingung, bagaimana caraku pulang nanti. Rasanya mata ini mulai menghangat.
Aku ingin menangis tetapi kutahan, tak ingin terlihat lemah.
"Pesta? Jadi Dimas sudah pulang, anak itu selalu saja pesta-pesta." Dia menghela nafasnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta yang Terhalang Takdir
RomanceMenjadi Janda di usia muda bukanlah keinginannya, tapi nyatanya itu terjadi pada Sekar. Hingga sosok Andi membuatnya jatuh hati, namun kembali ia patah hati. Merantau ke kota untuk move on dari Andi. Namun kisah cinta yang rumit kian menanti. Pras s...