Mata Clarisa berair, dia menatap Pras dengan rasa tak percaya. Dia tak mengamuk, tapi berdiri dan berlari ke dalam kamarnya. Menangis sesenggukan merasa sakit hati atas pengakuan suaminya itu."Kenapa kamu tega padaku, hik hik hik," gumamnya diiringi isakan.
Ceklek pintu kamar dibuka dari luar.
Clarisa menoleh, itu adalah Pras. tadi, Pras memang mengikutinya.
"maaf, aku serahkan semua keputusan kepadamu. Aku tau, aku salah. Aku tau aku jahat, sudah aku katakan sebelumnya, andai kamu ingin meninggalkanku, aku akan berlapang dada. Aku terlalu jahat untuk wanita sebaik kamu," desah Pras, dia masih berdiri di hadapan Clarisa.
Clarisa mendongakkan wajahnya. Menatap Pras lekat penuh kemarahan, dia berdiri dan menatap suaminya tajam.
"Aku tau kamu tak mencintaiku, tapi tak pernah kupikirkan sedikitpun kalau kamu bisa punya pikiran selicik itu! Setidak berartikah aku untukmu hah!" Clarisa berkata lirih disela isakannya, dia memukuli dada suaminya dengan kuat.
"Tidak, aku mencintaimu dan memaafkanmu. Berubahlah, cintailah aku. Aku akan berusaha memaafkanmu sepenuhnya, meski sakit hati ini mungkin akan lama pulihnya," ujar Clarisa dengan isakannya, hingga tersedu-sedu.
Pras memeluknya erat, mengucapkan kata maaf berulang kali.
Sementara itu, di ruangan keluarga. Pak Tedi dan Bu Mila meminta maaf kepada Sekar.
Dengan tulus, Sekar memaafkan Pras dan semuanya. Sekar ingin pulang secepatnya, karena merasa tak nyaman berada di rumah ini berlama-lama. Apalagi, suasana rumah yang terasa tegang.
Sekar pikir, Pras dan keluarganya pasti ingin membicarakan hal ini lebih dalam. Terutama membujuk Clarisa untuk memaafkan Pras.
"Om ayo pulang," ujar Sekar sedikit berbisik di telinga Wiguna.
Wiguna mendesah, dia meremang merasakaan terpaan hangat napas istrinya yang tepat berhembus di telinganya.
"Hmm," hanya itu responnya. Dengan cepaat, ia pamit kepadaa Kakaknya, meski Pak Tedi dan Bu Mila meminta Wiguna dan Sekar menginap, tapi Wiguna menolaknya.
"Sekar tak mau nginap, dia ingin berduaan saja denganku katanya," jawab Wiguna saat diminta menginap.
Sekar membulatkan mata dan mulutnya mendengar perkataan sang suami, " menyebalkan," cibirnya pelan dengan nada kesal.
Akhirnya, mereka pulang. Tak lupa, Wiguna membawa Aura yang sudah terlelap di kamarnya yang biasa ia gunakan saat menginap di rumah ini.
Sesampainya di apartemen, Sekar langsung tidur memeluk Aura.
"Aku tidur dimana?" tanya Wiguna bingung.
Sekar menatapnya bingung juga sebenarnya. "Terserah," akhirnya jawaban itu yang keluar. Dengan cepat, Sekar menarik selimut dan memejamkan mata sambil memeluk Aura.
Wiguna menatap Sekar dengan bibir yang tersenyum tipis. Dia senang melihat Sekar satu selimut dengan Aura, anak kesayangannya.
Wiguna pun memilih merebahkan diri di samping Sekar, dia masuk ke dalam selimut dan memeluk Sekar dari belakang.
Sekitar jam satu malam, Sekar mengerjapkan matanya. Dia terbangun, karena merasa haus.
Matanya memerhatikan seisi kamar, tak ada Wiguna terlihat. "Om Wigu kemana ya?" gumamnya pelan.
[ P O V Sekar]
Aku melangkahkan kaki keluar dari kamar menuju ke dapur. Sesampainya di dapur, aku segera mengambil segelas air dingin. Lalu langsung meneguknya sampai tandas, karena merasa sangat haus.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta yang Terhalang Takdir
RomansaMenjadi Janda di usia muda bukanlah keinginannya, tapi nyatanya itu terjadi pada Sekar. Hingga sosok Andi membuatnya jatuh hati, namun kembali ia patah hati. Merantau ke kota untuk move on dari Andi. Namun kisah cinta yang rumit kian menanti. Pras s...