Kakak nggak kenapa-napa kok." Aku membawa anak itu ke pangkuanku.
Aura hanya mengangguk, kemudian dia kembali melompat turun dan kembali menonton TV.
"Om jadi ke luar kota?" tanyaku.
"Jadi, besok pagi-pagi sekali berangkat. Sekalian bareng dengan Sasa," tidak tahu kenapa, kok aku kurang suka ya mendengar Om Wigu menyebut nama itu.
"Oh, lalu Aura bagaimana?" tanyaku.
"Kamu nggak keberatan kan, kalau nitip dulu di sini?" tanyanya. Dia menatapku penuh harap sepertinya.
"Hemm, boleh. Sebenarnya, aku ada daftar sekolah kesetaraan hari ini, tapi nggak masalah. Aku akan mulai belajar senin depan saja," jawabku.
"Aduh Om jadi nggak enak nih, biar Om titip aja ya sama asisten rumah tangga yang ada di rumah Kak Mila. Soalnya, di rumah Om juga pengasuhnya baru pulang kampung, lagi ada keperluan." Om Wiguna tampak bingung sepertinya.
"Nggak mau! aku mau sama Kakak mama!" pekik Aura, tiba-tiba.
Dia pun mulai merajuk dan diakhiri menangis.
"Ya udah sama Kakak aja sini," aku akhirnya membujuk Aura, dan berjanji untuk menjaganya.
"Terimakasih ya Sekar, maaf jadi merepotkan," ujar Om Wigu dengan tak enak hati sepertinya.
"Tak masalah, asal setimpal dengan bayarannya hehehe," candaku sambil tertawa.
"Kalau masalah itu tenang saja, Om akan bayar kamu mahal untuk mengasuh anak kesayangan Om." Om Wiguna sepertinya menganggap perkataanku serius deh.
"Hahaha, aku kan cuma bercanda. Serius amat," godaku diiringi tawa kecil.
Om Wigu menatapku sekilas, bibirnya tersenyum tipis. "Meski kamu bercanda, Om seriusan loh mau bayar kamu mahal. Kamu mau jagain anak Om aja, udah bikin hati Om senang. Apalagi kalian berdua begitu dekat dalam waktu sesingkat ini," ujar Om Wiguna serius.
"Iya iya, iya deh. Lagian aku nggak bakalan nolak rezeki, hehehe " Jawabku cepat.
Kami pun mengobrol cukup lama, hingga terdengar notifikasi pesan. Dan Om Wigu buru -buru pamit pergi padaku. Katanya sih harus bertemu dengan klien penting sekarang juga.
Dia sekalian nitip Aura saja sekarang, nanti supir akan mengantarkan pakaian untuk ganti Aura selama ditinggal bersamaku.
Anak itu dititipkan padaku selama tiga hari katanya, setelah itu Om Wigu akan pulang kembali ke kotanya.
Mendengar kata pulang ke kotanya, kenapa hatiku sedikit sedih ya? kenal dengan Aura dan Om Wigu selama beberapa hari ini, membuatku sedikit bahagia.
Mungkin, karena punya teman baru. Om Wigu adalah orang yang baik, hangat dan bijaksana selama beberapa hari aku mengenalnya. Meski terkadang, sepertinya ada sesuatu yang ia pendam dan sembunyikan dariku.
Mungkin, dia menyembunyikan masa lalunya itu. Yang menurutnya sedih dan menyakitkan. Entah kenapa, tapi rasanya aku ingin tahu tentang masa lalunya itu, dan aku ingin mengenal dia lebih jauh.
Hanya sekedar kepo dengan cerita masa lalunya, tidak lebih dari itu. Apalagi sampai naksir, enggak lah! hal itu sungguh tidak mungkin!
Kini hanya tinggal aku dan Aura di dalam apartemen, karena Om Wiguna sudah pergi sejak dua puluh menit yang lalu.
Aku melihat jam yang menempel di dinding, waktu menunjukkan jam setengah sebelas siang.
"Katanya mau pulang jam sepuluh, tapi ini sudah jam setengah sebelas siang. Gimana sih Kak Amar," gumamku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta yang Terhalang Takdir
RomanceMenjadi Janda di usia muda bukanlah keinginannya, tapi nyatanya itu terjadi pada Sekar. Hingga sosok Andi membuatnya jatuh hati, namun kembali ia patah hati. Merantau ke kota untuk move on dari Andi. Namun kisah cinta yang rumit kian menanti. Pras s...