Pras kamu sudah datang!” Ucap Bu Mila ketika kami tiba di halaman belakang.
“Dia adalah Pras anak saya, dan hari ini dia akan bertunangan dengan Clarisa, sebagai hadiah ulang tahun pernikahan kami.” Ucap Bu Mila dengan senyuman yang mengembang dari bibir merahnya.
Seketika aku merasa lemas, kak Pras menatapku sekilas dengan tatapan sendu dan penuh sesal. Lalu dia melepaskan genggaman tangannya, dan pergi menuju podium. Meninggalkan aku yang berdiri sendirian dengan mata berair.
Senyuman lebar tampak dari bibir orang tua Kak Pras. Binar kebahagiaan tampak jelas dari wajah mereka, aku tersenyum. Senyum penuh luka dan air mata, juga senyuman penuh luka dan kecewa.
Tanpa terasa air mata ini mengalir begitu derasnya. Aku menatapnya yang sedang tersenyum di atas podium. Mungkin senyum kepalsuan, hanya untuk menghargai kedua orang tuanya.
Dia menatap ke arahku cukup lama. Sebuah tatapan penuh kesedihan, aku menganggukkan kepalaku sebagai tanda izin dariku. Aku tidak ada hak untuk mencegah hubungan mereka, toh aku dan Kak Pras belum terikat apapun. Hanya baru ikrar cinta antara kami saja.
Apakah ini arti dari rasa meragu setelah aku melakukan sholat istikharah semalam? Apakah Kak Pras memang bukan jodohku? Aku sudah terlanjur mencintanya, kenapa juga aku harus jatuh cinta kalau nyatanya hanya untuk kembal sakit hati.
Kusapu air mata ini, sungguh tidak tahu malunya aku. Yang sudah menangisi pria yang nyata-nyatanya sudah menjadi tunangan orang lain.
Air mata ini semakin berderai ketika acara pertunangan dimulai. Kak Pras tampak memasangkan cincin tunangan kepada wanita bernama Clarissa itu.
Karena sudah tidak sanggup lagi menahan air mata, aku memutuskan pergi dari sana. Aku berjalan dengan begitu cepat, hingga tanpa sengaja menabrak seseorang.
Brukk
Aku oleng hampir terjatuh andai orang yang ku tubruk tidak menopangku.
“Anda baik-baik saja nona?” Tanya pria yang ku tabrak dengan nada khawatir.
Aku mendongakkan wajahku, saat ini aku berada dalam pelukan pria yang kira-kira seusia kakakku. Wajahnya taman, dengan garis wajah yang sedikit ada kemiripan dengan Kak Pras. Bedanya, pria ini punya tatapan mata yang teduh dan ada lesung pipit ketika berbicara. Sedangkan Kak Pras mempunyai tatapan mata yang dingin sedingin salju.
Dengan cepat aku melepaskan diri dari pelukan pria itu. “Saya baik-baik saja tuan,” ucapku dengan seulas senyuman. Aku harus tetap memperlihatkan sikap ramah, meski hati ini sedang terluka.
“Terima kasih.” Lanjutku meski sebenarnya aku sedang malas bicara, apalagi bicara dengan orang asing.
“Tapi anda sedang kelihatan tidak baik-baik saja.” Ah sungguh orang ini kepo sekali, aku jadi kesal kan.
“Siapa bilang? Saya sangat baik-baik saja.” Ucapku jengkel sebenarnya, aku sedang ingin sendirian tapi orang ini malah terus mengajakku bicara.
“Mau saya tunjukkan tempat untuk menenangkan diri?” Ah dia sok akrab sekali, membuat aku semakin jengkel saja.
“Tidak terima kasih, saya baik baik saja.” Aku berkata dengan nada dingin. Lalu segera pergi meninggalkanya.
Sekilas, aku melihat ke arahnya. Dia tersenyum tipis padaku, apa maksudnya coba? Jangan-jangan dia naksir aku lagi. Aah sepertinya otakku sudah berdebu sampai berpikiran seperti itu.
“Papaaa!” Terdengar suara seorang anak kecil berteriak.
Aku menoleh ke arah suara anak kecil itu berteriak. Anak itu berlari ke arah seorang pria. Mungkin pria itu ayahnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/317312161-288-k969942.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta yang Terhalang Takdir
Любовные романыMenjadi Janda di usia muda bukanlah keinginannya, tapi nyatanya itu terjadi pada Sekar. Hingga sosok Andi membuatnya jatuh hati, namun kembali ia patah hati. Merantau ke kota untuk move on dari Andi. Namun kisah cinta yang rumit kian menanti. Pras s...