"Tu tuan apa yang anda lakukan?" Dengan jantung yang berdegup kencang, tubuhku seakan terasa kaku.
"Tidak ada." Sungguh santai sekali dia menjawab, membuatku kesal saja. Mungkin kamu tidak sadar kalau sudah membuat diri ini baper akut.
"Tangan anda tolong lepaskan." Sekarang nada bicaraku sengaja kubuat ketus. Sekedar agar tidak terlihat gugup saja sebenarnya.
Padahal hati ini sudah jumpalitan dan bersalto ria saking hebohnya.
"Memangnya kenapa tanganku?" Dia malah semakin mengeratkan pelukannya.
"Tu tuan saya sesak sepertinya anda sengaja ingin mencekiku ya!" Sinisku. Lagi-lagi kusembunyikan rasa ini dalam keangkuhan.
Dia mengendurkan tangannya, lalu melepas pelukannya. Lalu memutari kursi yang aku duduki dan duduk tepat di sampingku.
Dadaku terasa sesak, bukan karena sesak nafas. Tapi karena menahan nafas agar tidak kelihatan salah tingkahnya.
"Hey kenapa kamu suka sekali menahan nafas sih?" Tanyanya dengan raut heran. Bahkan dia menyentuh keningku.
Kok dia bisa tau sih kalau aku sering menahan nafas saat berdekatan dengannya?
"Anda pasti salah, saya tidak sering menahan nafas ko." Ucapku gelagapan.
"Ck ck jangan suka berbohong, aku sering memperhatikanmu. Jadi aku tahu!" Dia menceburkan bibirnya mengejekku.
Memperhatikan apa maksudnya? Taman bunga di hatiku tiba-tiba saja bermekaran kembali membayangkan tuan Pras menyukaiku. Ah sadar sekar sadar! Kamu pasti salah! Kamu bukan levelnya tahu!
Bunga-bunga ditaman hatiku langsung layu seketika saat aku sadar dari khayalanku.
"Ada apa?" Dua membelai pipiku lembut.
"Sopan tuan!" Ketusku.
Dia menurunkan tangannya. "Kamu ingin menanyakan sesuatu?" Ujarnya.
Dia menatapku lekat dari jarak dekat, membuatku salah tingkah dan langsung memalingkan wajah. Semoga saja dia tidak tahu kalau aku sedang salah tingkah. Dan semoga saja pipiku tidak merona.
"Kenapa pipimu memerah?" Tuan Pras langsung meraup wajahku dengan kedua telapak tangan besarnya. Dia tampak memperhatikan wajahku lekat-lekat. Membuatku semakin salah tingkah dan baper.
Segera ku tepis tangannya kuat-kuat.
"Apa maksud anda mengatakan itu pada ibu dan bapak?" Tanyaku ketus.
"Memangnya apa yang aku katakan pada ibu dan bapak?" Sok polos sekali tuan Pras. Aku yakin dia sadar apa maksudku.
"Jangan sok polos tuan," aku memutar bola mata malas.
"Aku memang tidak tahu mangkanya kasih tahu." Apaan itu, kenapa dia mengedipkan satu matanya padaku. Dia terlihat genit, tidak biasanya.
Apa memang dia itu menyukaiku ya? Ah kadar kehaluanku meningkat drastis! Kesal rasanya pada diri sendiri.
"Kenapa mengaku-ngaku menyukaiku?" Tanyaku penasaran dengan alasannya, tapi tidak dipungkiri diri ini berharap dia mengatakan kalau dia menyukaiku.
Ah halu!
"Karena aku memang menyukaimu?" Aku menjerit dalam hati mendengar perkataannya.
"Hahaha anda pasti bercanda tuan?" Tapi aku berkata dengan hati berdebar penuh kebahagiaan.
"Memang, aku memang bercanda." Katanya dingin.
Seketika aku merasa kecewa, tubuh ini terasa lemas tak bertenaga.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta yang Terhalang Takdir
RomanceMenjadi Janda di usia muda bukanlah keinginannya, tapi nyatanya itu terjadi pada Sekar. Hingga sosok Andi membuatnya jatuh hati, namun kembali ia patah hati. Merantau ke kota untuk move on dari Andi. Namun kisah cinta yang rumit kian menanti. Pras s...