36- Om Mau Membawaku Kemana

41 1 0
                                    

Om Wiguna dan kak Pras menghampiriku, aku  merasa aneh dengan tatapan mereka. Mereka seolah mengintimidasiku lewat tatapan mata mereka.

"Aura ayo ikut papi." Om Wigu merentangkan tangannya, aku mendekatkan tubuhku untuk memberikan Aura kepadanya.

Aura langsung melompat ke pelukan ayahnya itu.

Karena kuatnya hentakan tubuh Aura saat melompat ke pelukan ayahnya, Aku sampai terhuyung ke depan dan bertubrukan dengan tubuh Om Wigu.

Aku sangat terkejut, saat Om Wigu memelukku erat, Mungkin kalau saja tidak ada Aura sebagai penghalang diantara kami, bibirku ini pasti sudah bersentuhan dengan bibirnya. Karena posisi kami yang begitu pas saat ini.

Pipiku langsung terasa panas, apalagi saat tanpa sengaja mata kami saling bertatapan.

Tak kupungkiri Om Wigu memiliki pesona luar biasa, wajah tampan yang terlihat lembut dengan tatapan mata yang teduh. Benar-benar kebalikan dari Kak Pras.

"Maaf, tadi kamu hampir terjatuh. Jadi aku menangkapmu." Ujarnya, dia sepertinya salah tingkah.

Tapi, tangannya masih saja melingkar di pinggangku.

"Yeey, Papi sama Kak Sekar pelukan!" Pekik Aura kegirangan, bahkan dia tertawa. Ah dasar anak-anak.

"Om apa-apaan ini! Kenapa terus memeluk Sekar!" Aku bisa merasakan, kemarahan Kak Pras. Rahangnya tampak mengeras, raut wajahnya terlihat sangat kesal.

Dengan cepat Om Wigu melepaskan tangannya dari pinggangku, aku sungguh malu dengan kejadian ini.

Disaat aku masih salah tingkah dan canggung, karena kejadian tidak sengaja ini, terdengar suara seseorang yang memanggil Kak Pras.

"Pras!" Bukan Om Wiguna yang bicara. Melainkan orang lain,yang idak lain adalah Clarisa.

Seketika hatiku sedih, saat melihat raut wajah Clarisa yang begitu berbinar penuh kebahagiaan.

Apa ada orang yang dijodohkan sebahagia dia?

Atau mungkin memang sebenarnya, Carisa memang sudah menyukai Kak Pras sejak lama.

Kak Pras tampak tidak nyaman dengan kehadiran Clarisa.

Wanita itu tersenyum lebar, tangannya  bergelayut manja di tangan Kak Pras. Tapi Kak Pras diam tidak menepisnya, aku ingin terawa dalam hati.

Katanya, dia tidak menginginkan Clarisa, katanya akan mencari cara untuk membatalkan perjodohan ini. Tapi, apa ini? Lihatlah, dia bahkan diam saat Clarisa memeluk tangannya.

Seketika mataku memanas, saat melihat adegan mesra mereka. Meski aku bisa melihat raut tidak enak dari wajah Kak Pras.

"Hey, bukankah kamu yang waktu itu ketemu di restoran?" Clarisa memperhatikanku, mungkin sedang menilai dan coba mengingat-ingat aku.

Aku tersenyum, kenapa senyuman ini terasa sangat sulit ya. Sebisa mungkin, aku memasang raut wajah biasa. Semoga saja berhasil.

"Kenalkan aku Clarisa calon istrinya Pras." Bibirnya tersenyum, tapi aku rasa dia sedang menegaskan bahwa Kak Pras adalah miliknya.

"Iya, saya melihat acaranya semalam.' Ujarku, dengan suara yang seakan tercekat di leher.

"Kenapa matamu merah?" Entah serius atau hanya ingin membuatku kesal saja, tapi dia berkata sambil memperhatikan wajahku.

"Benarkah? Wah saya harus segera membeli obat mata ke apotik kayaknya." Aku segera menyentuh mataku, karena aku tahu air mata ini hampir jatuh.

Memilih pura-pura sakit mata lebih baik,daripada harus ketahuan sedang patah hati.

Cinta yang Terhalang TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang