"Bohong?" Aku mengerutkan dahi, bingung dengan maksud Tuan Dimas.
"Jadi begini waktu itu, dia menemuiku di kantor. Dia meminta pertanggung jawabanku, kami bertengkar hebat. Tanpa sengaja aku mendorongnya hingga jatuh. Aku panik, dan membopongnya. Karena dia pingsan, maka kubawa dia ke rumah sakit. Namun aku bersyukur,"
"Gilak, ini benar-benar gila. Kamu bersyukur sudah bikin dia pingsan!" Aku memukul bahunya lumayan kuat.
"Ck ck, kamu ini ya! aku kan belum selesai bicara main menyela aja!" ketusnya.
Aku tertawa malu, lalu minta maaf.
Tuan dimas mulai melanjutkan curhatannya lagi.
"Aku bersyukur, karena saat pingsan aku tanya dokter itu." Lanjutnya.
"Dok bagaimana, keadaan bayi dalam kandungannya?" Ujar Tuan Dimas, dengan kesal.
"Tahu nggak, apa kata dokter?" Tanyanya padaku.
"Tentu saja tidak, kan anda belum bilang." Jawabku malas, kok nanya sesuatu yang sudah pasti aku belum tahu.
Dia mencebikan bibirnya, ih lucu. Kayak bocah lagi kesel gitu heheh.
"Dokter bilang begini, hamil? Siapa yang hamil? Maksudnya nona Clara?" Tanyanya heran.
Aku diam menyimak, Kali ini kutahan meski sebenarnya sangat ingin menyela.
"Saat itu, aku mengangguk kuat-kuat. Dan dokter itu bilang, kalau Clara tidak sedang hamil."
Tuan Dimas meremas tanganku tiba -tiba, sepertinya kesal.
"Sakit!" Ketusku, sambil menarik tangan yang seenaknya dia remas. Memangnya kertas apa?
Hehehe
Dia malah ketawa, enak banget. Aku mendelik judes padanya.
"Maaf, maaf. Habis aku terbawa suasana sih." Masih tertawa dia.
"Terus kamu langsung percaya kata dokter itu? Bisa saja kan dokter itu salah, seharusnya anda periksa dulu ke dokter kandungan." Ujarku menggebu-gebu, sebagai wanita aku tidak suka pria yang suka mempermainkan wanita.
Bisa saja kan, dokter itu salah. Karena, dia hanya memeriksa Clara secara umum. Sebagai pasien pingsan.
"Ck ck, dokter itu pintar kali." Tuan Dimas menoyor keningku dengan telunjuknya. Seenaknya saja!
"Dokter memeriksa ulang Clara yang masih pingsan, kemudian meminta dokter kandungan untuk lebih memastikan. Dan hasilnya ya itu, Clara tidak hamil." Mata Tuan Dimas berbinar, senang sepertinya.
"Terus apa Clara mengakui kebohongannya?" Tanyaku kepo, hingga rasanya aku lupa kalau aku ini sedang patah hati.
"Iya, dia mengakuinya. Itu dia lakukan karena demi cintanya padaku." Desah Tuan Dimas.
"Lalu, selanjutnya?" Tanyaku penasaran, semoga Tuan Dimas menikahi wanita itu.
Meski tidak hamil, tapi mereka sudah begituan kan? Jadi sudah sepantasnya, dia tetap bertanggung jawab.
"Kami putus." Sungguh santai jawabannya, aku memukul lengannya cukup kuat.
"Awww, kenapa pukul aku!" Dia meringis kesakitan, tapi aku tidak kasihan.
Seenaknya saja main putusin cewek! Sudah menghisap madunya pula!
"Karena anda jahat,Banda kan sudah begituan dengan Clara. Meski tidak hamil, anda harus tetap bertanggung jawab!" Ucapku ketus berapi-api, dengan mata melotot padanya.
Dia malah tertawa renyah, enak sekali dia!
"Kalau aku merawanin dia,baku mau tanggung jawab. Nah, saat kami melakukannya, dia bukan perawan. Sedangkan, aku baru pertama kalinya. Jadi kupastikan, dia bukan wanita baik-baik. Aku juga ingin punya istri wanita baik yang hanya menjaga kehormatannya untukku kali."

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta yang Terhalang Takdir
RomanceMenjadi Janda di usia muda bukanlah keinginannya, tapi nyatanya itu terjadi pada Sekar. Hingga sosok Andi membuatnya jatuh hati, namun kembali ia patah hati. Merantau ke kota untuk move on dari Andi. Namun kisah cinta yang rumit kian menanti. Pras s...